"Kepala Tim, bisa turunkan aku di stasiun bus yang ada disana?" Hyehee menujuk sebuah stasiun bus yang berjarak kurang lebih 5 meter dari posisi mereka. Wonwoo yang berada dibalik setir kemudi langsung melihat kearah yang sedang ditujuk oleh Hyehee. "Aku bisa mengantarmu sampai kerumah, Hyehee-ssi." Wonwoo berucap sambi menepikan mobilnya pelan-pelan. Mencari celah diantara bus yang hendak melaju sebelum akhirnya dia berhenti berkendara dengan sempurna. "Terima kasih tapi aku harus mengantar titipan dari orang tua temanku dulu." Hyehee menolehkan kepalanya ke arah kursi belakang, disana terdapat sebuah box makanan dengan ukuran lumayan besar yang didapatkannya setelah dirinya berhasil mencuri waktu untuk mengunjungi rumah orang tua kekasihnya yang berada di Busan. Ya, benar. Box makanan itu sebenarnya untuk kekasihnya dan Hyehee tidak mungkin berkata jujur karena hubungan dirinya dan kekasihnya saat ini sudah seperti rahasia negara yang perlu dijaga sedemikian rapatnya agar tidak tercium oleh siapapun. Untungnya Hyehee juga bukan tipekal orang yang tidak terlalu terbuka dengan hubungan percintaannya jadi dia tidak masalah jika harus berbohong dan berlagak seperti masih sendiri.
"Tidak apa-apa, aku bisa mengantarmu kesana. Rumahnya dimana?" Hyehee hanya menatap Wonwoo dengan kerutan penuh didahinya. Dirinya merasa Wonwoo terlalu bersikeras, sedangkan dia menganggap mengantar Hyehee kemanapun bukan masalah. Simple. Ini sudah hampir larut malam dan tanggung jawab Wonwoo sebagai atasan dari Hyehee ialah memastikan bawahannya itu pulang kerja dengan selamat selain itu, Wonwoo juga tahu barang bawaan Hyehee yang dititipkan oleh orang tua temannya itu tidaklah ringan. Walaupun satu kotak, tetapi jika dilihat kasat mata isinya lumayan berat untuk dibawa seorang diri.
"Maksudnya, aku bisa mengantarmu sampai depan rumahnya... karena barang bawaanmu sepertinya berat." Wonwoo berusaha mempertegas maksudnya tapi kembali, Hyehee menolaknya tawarannya mentah-mentah. Wanita Lee itu memiliki kadar kerasa kepala yang sulit dilawan. Akhirnya, Wonwoo melepaskan Hyehee setelah tawaran darinya ditolak. Wonwoo pergi saat Hyehee berhasil mendapatkan taksi.Dijalan menuju tempat yang dituju, Hyehee terus menerus men-dial nomor yang sama sebanyak 4 kali. Namun karena tidak kunjung dijawab dirinya hanya meninggalkan sebuah pesan yang isinya mengabarkan kalau dirinya telah berada dijalan menuju tempat kekasihnya itu. Setelah berkendara hampir duapuluh menit, tibalah Hyehee didepan sebuah apartement atau mungkin bisa dibilang asrama karena para penghuni didalamnya adalah orang-orang yang bekerja dalam satu perusahaan yang sama. Walaupun milik perusahaan tapi tingkat keamanan didalamnya sangat tinggi. Perlu beberapa kali pengecekan serta alasan yang harus dikonfimasi oleh yang bersangkutan sebelum akhirnya petugas keamanan mengizinkan siapa saja masuk.
Hyehee yang sejak tadi kesulitan menghubungi kekasihnya terpaksa harus menunggu diluar sambi ditemani udara musim dingin yang lumayan membekukan. Dia terus menghubungi nomor yang sama hampir dua menit setelah kedatangannya tapi hasilnya tetap sama. Tidak ada respon. Bahkan pesan yang ditinggalkannya pun tidak kunjung dibalas.
"Aish, Jeon Jungkook. Awas kau yah,"Padahal Hyehee hanya ingin meminta Jungkook mengkonfirmasi kedatangannya, tapi karena pria bermarga Jeon tersebut tidak kunjung mengangkat telepone darinya terpaksa Hyehee harus melakukannya sendiri sambil berharap ada salah satu dari petugas jaga yang mengenali dirinya yang sering berkunjung kesini.
"Selamat malam, maaf Nona anda mau kemana?" Panggil seorang petugas jaga dengan proporsi tubuh tinggi besar jalan mendekati Hyehee.
"Saya ingin ke lantai 6. Jeon Jungkook-ssi, aku ingin bertemu dengannya." Hyehee agak berbisik saat menyebutkan nama lengkap sang kekasih. Dia takut seseorang akan mendengar suaranya jika dirinya menyebut nama Jungkook terlalu besar.
"Maaf nona, tidak ada penghuni yang bernama seperti itu disini. Anda sebaiknya-"
"Benar dia tamuku," celetukan seseorang yang barusan keluar dari lift berhasil menarik atensi mereka berdua. Hyehee senang sekaligus bahagia melihat seorang dengan wajah ditutupi masker hitam dan juga jaket bomber hitam datang menghampirinya. Dia tahu siapa orang itu.
"Maaf aku terlalu asik bermain game, ayo." Jungkook mengambil alih kotak makanan yang sejak tadi dipegang Hyehee. Mereka berdua pamit kepada petugas jaga yang sempat menghentikan langkah Hyehee. Timing kedatang Jungkook sangat pas padahal sedikit lagi dirinya diusir. Lihatkan, tanpa ada konfimasi langsung dari penghuni gedung orang luar tidak diizinkan masuk. Sebegitu ketatnya. Bahkan petugas jaga sampai harus berbohong demi melindungi kenyamanan dan privasi para penghuni gedung ini.
"Tanganmu dingin sekali." Sambil berucap, Jungkook memasukkan satu tangan Hyehee yang berada dalam genggamannya kedalam kantong jaketnya sedangkan Hyehee hanya berdecak kesal mendapat perlakuan manis dari Jungkook. "Makanya tanggung jawab. Karena siapa tanganku dingin seperti ini." Intonasi bicara Hyehee sengaja dibuat kesal karena memang dirinua sedang merasakan itu. Masih ingatkan tadi Jungkook bilang apa, asik main game? Hah.
"Iya tanggung jawab, kok. Sini... nanti kalau sudah sampai kamar aku tambahin hangatnya." Tangannya yang berada didalam kantong jaketnya tiba-tiba saja dipakai untuk mendorong bahu Hyehee hingga membuat tubuhnya merapat ketubuh Jungkook. Tapi setelahnya, Hyehee memberikan pukulan pada lengan Jungkook ketika sadar ucapan Jungkook terdengar ambigu ditelinganya.
"Aduh. kenapa dipukul?" Protes Jungkook dan lagi, Hyehee kembali memukul Kekasihnya tapi yang jadi sasarannya adalah mulut pria itu
"Hye, kenapa sih?"