SATU

6 0 0
                                    

"Nisa!!!" suara cempreng itu membuat telingaku berdenging.

Aku menoleh dengan kesal, "kenapa sih kalo bicara itu gak perlu teriak?! Budek nih telinga jadinya!"

Gadis dengan hijab putih bersih itu tersenyum tanpa bersalah. Aku mendengus kesal lalu berbalik. Meninggalkannya sendiri di pintu gerbang. Dengan gopoh, ia segera menyusulku.

Ia meraih lenganku "iya, iya! Jangan marah dong!"

Aku mendengus kesal menatapnya, membiarkannya menggandengku selama menuju ke kelas. Anak satu ini memang selalu membuat telingaku sakit. Tapi anehnya, aku tak pernah bisa membencinya

Sudahlah, gumamku

Ketika kami berdua masuk, kelas sudah penuh dengan berisik. Aku memutar bola mataku. Pasti mereka sibuk membicarakan game yang populer akhir-akhir ini. Aku tak menaruh ketertarikan sedikitpun pada topik mereka. Dan tanpa kusadari, Citra (gadis yang tadi menemaniku) sudah ikut nimbrung dengan mereka

Aku menghela nafas. Kalo tentang hal berbau game, tanyalah pada Citra. Dia pasti tahu, dialah yang pertama kali memperkenalkan game ini kepada teman kelas. Aku hanya berpangku tangan melihat kerumunan.

"Nisa, sudah sekesai pr-nya gak?" Citra kembali ke tempat duduknya disampingku sejak bel masuk sudah berbunyi

"sudahlah!" jawabku tak peduli

Citra mencibir, "dasar dua wajah! Mana sikap manismu saat dengan orang tuamu? Kau malah ketus dengan orang lain!"

Aku melototinya. Yang dilototi malah senyum tak bersalah sambil kembali duduk dengan benar. Aku kembali fokus dengan bukuku

"aku hanya ketus pada orang asing,"

"bagaimana kamu bisa ngatain kayak gitu ke sahabatmu sendiri?! Hedoi-nee..."  

"kapan aku pernah mengakuimu sebagai sahabatku?" balasku santai.

Citra tampak ingin menangis tapi ia tahan, "Nisa jahat! Nisa jahat! Nisa jahat! Minta maaf gak?! Minta maaf! Ayo, minta maaf!!!"

"kenapa juga aku harus minta maaf?" aku berusaha menghalau pukulan ringan Citra. Dia tak benar-benar ingin memukulku.

pokoknya minta maaf!!! Gak mau tahu! Minta maaf gak?!"

"iya, iya aku minta maaf! Maaf! Puas?!"

Citra berhenti memukulku. Ia menghapus air matanya yang belum jatuh. Ia terkekeh kecil, mengangguk senang. Aku menghela nafas, dasar anak aneh! Sudah tak terhitung berapa kali aku mengusirnya tapi ia tetap tak mau mendengarkanku. Ia tetap saja mengikutiku kemanapun aku pergi. Bahkan sampai kerumahku. Kalau bukan saja karena ada orang tuaku, pasti aku sudah mengusirnya dulu. Bahkan aku sudah menyerah. Kubiarkan ia mengikuti terus. Toh, setelah tidak tahan dengan sikapku ia akan pergi. Tapi diluar perkiraanku, dia terus mengikutiku sampai sekarang.
Aku menatap siluetnya sebentar sebelum kembali tenggelam dengan bukuku. Yah, punya orang seperti dia tak ada buruknya juga sih

"Nisa, kamu beruntung lho ada aku. Kalo gak ada aku, siapa yang bakal nemenin kamu? Kamu pasti mati kesepian nantinya,"

Krek!!!

kutarik lagi kata-kataku. Jika ada orang ini disampingku aku akan mati karena darah tinngi. Aku menoleh dengan senyuman yang bikin merinding orang yang melihatnya. 

"Citra, bisa kita fokus pelajaran?"

Citra menelan ludah. Ia mengangguk sambil tersenyum takut. Cepat-cepat ia mengalihkan pandangannya dariku.

                                                                          ***

"ehh?!! Serius?! Kamu belum nyoba game 'Palestine and me'?!" seru Citra

Aku mengangguk tak peduli sambil memasukkan kembali semua bukuku kedalam tas. Memang, apa serunya dengan game itu? Aku tak mengerti sama sekali. Itu hanya game yang membuang waktu belajar saja.

"seriusan Nis! Kamu harus nyoba tuh game! Dijamin seru!" celoteh Citra

Aku mendesah. Memang harus kuakui, game itu adalah dobrakan besar dalam dunia game. Pertama kalinya dalam dunia game, game yang bertema agamis bisa menjadi top game dalam beberapa negara. Yah, tak hanya di negaraku. Tapi di beberapa negara juga sudah dibuat translationnya karena cukup populer disana.

"aku gak tertarik tuh!" jawabku sekenanya

"dasar maniak belajar!"

Yah, aku tak bisa menampik hal itu. Aku berkali-kali mengecek gawaiku. Ini sudah dua puluh menit sejak bus terakhir dan belum ada bus lain yang tampak berhenti di bus hallway. Padahal, menurut jadwal online harusnya lima menit lalu bus selanjutnya sudah sampai.

Arghhh!!! Ini membuatku kesal.

Dengan cepat Citra merebut gawaiku dan mengutak-atiknya.

"CITRA!!! Kamu ngapain sih?! Kembalikan gak?!!" teriakku kesal.

Namun, bukannya dikembalikan Citra malah mengangkatnya tinggi-tinngi. Karena perbedaan tinngi kami yang agak jauh, aku jadi tidak bisa merebut gawaiku darinya. Arghhh!! Kenapa aku yang harus jadi pendeknya sih?! Setelah beberapa saat, Citra mengembalikannya padaku. Segera, aku menyambarnya dan memastikan Citra tidak bisa mengambilnya lagi. Aku mengintip sedikit apa yang dilakukannya pada gawaiku. Mataku membulat.

Citra tersenyum tanpa dosa sambil menuju ke mobil jemputannya, "jangan lupa dicoba ya!!!"

Aku terpaku, menggengam erat gawaiku "Citra, dasar kau...."

Di layar gawaiku tampak ikon game 'palestine and me'

Palestine and meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang