Bandung

1.2K 125 10
                                    


Terhitung seminggu dia telah singgah di Kota Kembang ini. Begitu banyak tempat indah sudah terkunjungi, mulai dari tempat wisata sampai kuliner makanan khas.

Sayang sekali, dia harus mengakhiri sesi berlibur hari ini. Ingin rasanya tetap singgah untuk beberapa hari kedepan, menikmati lebih lama keindahan budaya dan arsituktur kota. Namun, tugas kuliah yang menumpuk, mengharuskan Jisoo cepat-cepat angkat kaki.

"Jis, tujuan terakhir kita ke Takuban Perahu. Mau berangkat sekarang, apa nanti siang?" tanya Rose.

Yap, Benar sekali.Jisoo tak mengelilingi kota ini seorang diri, bisa-bisa sang ayah akan mengamuk hebat. Rose, sahabat sekaligus sepupu Jisoo-lah yang menemani—kemana pun dia pergi.

Jisoo beranjak dari kursi nyamannya dan meletakkan kopi hangat di atas meja. Dia berjalan melewati Rose dengan mengikat rambut keatas. "Hmm, gue mau mandi dulu. Tolong beresin kamar ya, hehe."

Cibiran dari mulut keluar, pun dengan putaran mata jengah yang Rose lontarkan. Seorang pemalas seperti Jisoo sangat tidak dapat diharapkan, beruntung staf hotel turut andil membersihkan kamar. Noted:  jika Rose tak sempat.

--------------------

Sekarang di sinilah mereka, mengabadikan keindahan tempat wisata Tangkuban Perahu, dengan kamera masing-masing. Udara dingin yang ada di sana, menambah kesan tenang. Jisoo menyunggingkan senyuman sekilas.

"Rose, sini." Jisoo melambaikan tangan tergesa.

Mata Rose menyipit, alisnya terangkat keatas. Aishhh, dasar manusia pengganggu, padahal kabut sedang tak ada, batinnya kesal.

"Apa?" tanya Rose, dengan nada malas.

"Nih, sate. Enak bangettt." Satu tusuk sate Jisoo berikan. Senyum pepsodent ditunjukkan, membuat wajah Rose menekuk semakin kesal.

Dengan terpaksa Rose memakan sate yang diberikan. Dia menyerngit sambil menguyah, takut lidahnya akan menolak. Namun, seperkian detik setelahnya.

"Anjir .... Leu sate meuni ngeunah!*"

Ah, lihatlah. Logat sunda Rose mulai keluar dan Jisoo balas dengan mengedikkan bahu sekilas. Mereka terlihat begitu menikmati, sampai atensi Jisoo teralihkan oleh seorang pelanggan di sana.

"Bu, satenya dua porsi."

Suara tegas yang membuat Jisoo candu.Ekor matanya menangkap seseorang lagi. Ah,dia tak sendiri. Di sampinya ada satu pria lain. Seorang teman huh?, pikir Jisoo menebak.

Jisoo tak bisa fokus makan, dia kecanduan! Garis senyuman yang sempurna. Proporsi tubuh itu cukup tegas, lengan yang sedikit berotot.

Shit! dia sangat tampan, batin Jisoo mengumpat.

Wajah Jisoo memanas, buru-buru dia menundukkan kepala malu. Baru kali ini, ada pria yang mampu membuat dia begitu merona. Bahkan hanya dengan menatapnya saja!

"Kenapa lo," tanya Rose penasaran. Sikap Jisoo tiba-tiba berubah menjadi aneh, seperti orang yang bersembunyi dari penguntit.

"Anu, R-Rose ..., gue mau ke toilet dulu." Jisoo menepuk bahu Rose perlahan dan pergi begitu saja.

Dia sedikit berlari, buru-buru pergi dari sana. Ah ... ralat, dari jangkauan pria itu. Jika seperti ini terus, bisa-bisa dia mati dengan keadaan wajah merah padam!

---------------

Setelah bermonolog dan sedikit memaki diri sendiri. Jisoo membasuh muka kasar, dia membuang nafas berat. Menjengkelkan, saat masih tak dapat menghilangkan bayangan pria itu dari pikiran.

Dengan langkah gontai, dia berjalan keluar dari kamar mandi, berniat menghampiri Rose di kedai sate tadi. Namun, apa yang dilihatnya sekarang ini sungguh di luar nalar. Jisoo membulatkan mata sempurna, dia sedikit menganga tak percaya.

Bagaimana bisa Rose berbincang santai, bahkan tertawa bersama kedua pria itu?! Kepala Jisoo mendadak pening, dia tak sanggup jika harus berurusan dengan pria itu, sungguh.

"Jis!"

Sial! Rose benar-benar keparat. Jika begini, mau tau mau Jisoo harus menghampiri mereka. Dia berjalan mendekat sambil mengepalkan tangan, dadanya bergedup kencang, tubuhnya gemetar samar.

Aku harap mereka tak melihat wajah merah dan reaksi tubuh ini. Ahhh, sangat memalukan!  batinnya penuh harap.

"Jis, kenalin mereka temen SMA gue, ini Johnny—"

"Johnny."

"Ah, Jisoo." Jisoo terlihat santai saat menjabat tangan Johnny. Namun, dia tak akan sanggup, menjabat tangan pria di sebelah.

"Nah, yang ini Taeyong."

Tuhannn ..., tolonglah hambamu ini, Batinnya memohon.

"Taeyong," ucapnya menyunggingkan senyuman.

"J-Jisoo,"—Tangannya menjabat cepat—"iya, Jisoo."

Karena pertemuan yang tak di sengaja tadi, mereka berujung dengan berjalan beriringan. Rose terlihat begitu asik bercengkerama, sampai melupakan Jisoo yang notabenya masih canggung dengan suasana ini.

Terlalu asik melamun, Jisoo sampai tak sadar jika ada sepasang mata yang sedari tadi mengamatinya. Terpesona dengan aura yang dipancarkan.

"Jis, mereka mau balik duluan tuh," ucap Rose mengagetkan.

"Oh, iya hati-hati." Lambaian tangan Jisoo membuat Taeyong tersenyum simpul.

Kini Jisoo hanya dapat melihat punggung pria itu perlahan menjauh, wajah muram tak dapat disembunyikan. Dia menghela nafas berat, lalu mengerucutkan bibir kecewa.

Bohong, jika dia tak menginginkan pertemuan yang lebih lama. Pikirannya kini melayang kemana-mana. Makian pun tak luput karena merasa bodoh telah menyia-nyiakan kesempatan tadi.

---------------------

Jisoo membanting tubuh di atas kasur, dia kelelahan, suasana hatinya memburuk. Teringat malam ini dia harus pulang ke kampung halaman, berkutat kembali dengan tugas kuliah yang memusingkan.

Baru beberapa detik Jisoo memejamkan mata, suara notifikasi yang masuk membuatnya terbangun. Geraman pelan terdengar, dengan kasar dia mengeluarkan alat canggih itu dari saku.


















































Lee Taeyong [Ty.Lee] started following you



















































"Roseee!!!"















------Fin------

*Sate ini enak sekali.

One-Twoshot | TaesooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang