Silahkan putar lagunya :)
Ada banyak hal di dunia ini yang bisa di katakan sebagai pilihan. Seperti halnya, pada cerita yang akan aku tulis kali ini.
Mengenai adalah dan untuk.
Ku persembahkan cerita ini dengan sepenuh hati, untuk Bunda Lil dan orang-orang yang aku sayangi.
Senjaku adalah Pagimu.
"Anggap saja kehidupan adalah sebuah cerita tak berbuku. Aku tokoh utamanya, tempat adalah media nya, dan waktu adalah takdir dari alur yang sebenarnya. Namun sayangnya, pada hidup sebuah alur yang sudah tertulis, tidak akan pernah bisa untuk dihapus dan diulang kembali. Narasi tanpa tajuk yang tersusun rapi, hanyalah kilas balik dari perjalanan yang entah sampai kapan akan di lewati."
"Ck, siniin nggak! Aku kan belum selesai nulisnya..."
"Bintang! Ih nakal banget sih, bilangin bunda nih!" Dengan susah payah, gadis itu mengacungkan tangan nya untuk mengambil buku bersampul putih miliknya.
"Yahh, pendek sih." Lelaki itu tertawa terbahak-bahak, semakin semangat mengangkat tinggi-tinggi buku milik sahabatnya.
Vina menyerah, dia sudah lelah mengejar dan melompat untuk mendapatkan bukunya kembali. Gadis itu kemudian duduk, menikmati hembusan angin yang selalu seperti ini.
Melihat itu, Bintang ikut duduk. Dia meluruskan kakinya, kemudian menopang badan nya dengan kedua tangan yang disangga di belakang punggung.
Vina masih menatap deburan ombak di seberang sana. Dalam diamnya, dia berpikir tanpa arah. Bintang meniup telinga kiri gadis di sebelahnya.
"Cape ya?"
Dia menengok, "iya, udah tau cape malah nanya."
Lelaki itu terkekeh, "itung-itung olahraga, biar nggak pendek terus." Sembari mengusap pelan ujung kepala Vina.
"Umm, aku mau tanya deh. Boleh nggak?" Dengan tatapan polosnya, Vina menatap lelaki itu.
"Sebenernya, kamu itu sekarang udah nanya." Jawaban dari Bintang sungguh membuatnya salah tingkah, benar juga ya.
"Yaudah iya iya, itu coba liat di sana." Vina menunjuk deburan ombak dengan matanya.
"Ha? Kenapa? Ombak doang. Kaya gak pernah liat aja."
"Bintaaang, aku belum selesai ngomong. Kebiasaan deh," Vina mendengus kesal.
"Iya kenapa hm?"
"Itu loh, kamu kan bisa berenang tuh, hebat banget. Tapi kalo semisal kamu berenang di tengah ombak begitu, apa tetep bisa berenang?"
Sejenak, Bintang berpikir. "Lagian kenapa sih nanya begitu?" Ucapnya sambil berdiri.
Vina mendongak, menatap Bintang. "Emangnya nggak boleh? Aku kan cuma nanya."
Yang di tanya masih membersihkan celananya dari kotoran. "Iya cuma nanya."
"Gimana? Kamu bisa nggak?" Desaknya masih penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senjaku Adalah Pagimu
Teen Fiction❝ Jika bukan sekarang, mungkin di kehidupan berikutnya. ❞ - V Cover by Canva. This is my first oneshoot story.