01 - Meminta Restu

5.6K 90 5
                                    

"Ma ...."

"Tidak!"

"Ma, biarkan aku menyelesaikan dulu ucapanku!"

"Tidak! Mama bilang sekali tidak ya tidak!" Gloria Liem menyentak. Nada bicaranya kian tinggi dan ketus.

Gabriel mengusap wajah piasnya yang terasa kebas. Skenario ini memang sudah dipikirkannya sejak tadi, sebelum dia datang ke rumah ini. Pasti jelas keluarga besar takkan setuju atas keputusan yang diambilnya. Seharusnya Gabriel juga tidak perlu datang ke sini, malam ini. Buat apa? Buang-buang waktu saja. Toh, pada akhirnya, tetap saja Mama, Papa, Cici dan adiknya takkan setuju dengan hal ini.

Rencana meminta restu buat menikahi perempuan muslim sebaik dan secantik Nadya, pilihan Gabriel bukanlah perkara mudah. Nyatanya, dia takkan pernah dapat restu dari kedua orang tuanya. Sejak awal mereka memang tidak pernah menyukai Nadya. Bagi keduanya, Nadya hanyalah penghambat masa depan Gabriel.

Gabriel melirik Nadya yang duduk di sebelahnya. Gadis itu meremas lutut. Mukanya kelihatan tegang, menahan segalanya. Mulai dari rasa takut, gugup, berdebar dan bergetar hingga panas dingin karena ujung-ujungnya rencana minta restu untuk menikah tidak dikabulkan. Gagal total. Tidak sesuai harapan.

Gabriel menatap Liem Koen-Papanya, kemudian. "Pa ..., tolong izinkan aku menikahi Nadya!"

Koen Liem menggeleng. "Tidak, Gabriel. Kami tidak akan merestui pernikahan kalian. Kamu seharusnya tahu kalau sejak awal kami tidak akan pernah setuju dengan rencana ini!"

"Tapi aku mencintai Nadya, Pa!" Gabriel menekan kata-katanya. Dia menegaskan bahwa tidak ada wanita yang lebih baik daripada Nadya saat ini untuk menjadi calon istrinya. Tidak akan pernah ada!

"Cinta macam apa yang berani menentang restu orang tua, Iyel? Cinta macam apa, itu?" Gloria berseru kesal. "Kalau kamu mencintai dia dan dia mencintai kamu, seharusnya kalian mengerti kalau kalian tidak akan pernah bersama. Perbedaan agama yang kita anut akan jadi penghalang besar dalam perjalanan rumah tangga kalian. Seharusnya kamu paham itu!"

Gabriel menggeleng, muka tegangnya kian memerah. "Tidak, Ma. Ini tidak akan menghalangi kami. Aku ...."

Gabriel menelan ludah tercekatnya sekali, ditatapnya wajah kedua orang tua. Gloria sejak tadi menahan tangisan, kemudian Koen Liem diam tidak bersuara karena dia bosan mendengar perdebatan soal pernikahan yang tidak kunjung berakhir sejak berminggu-minggu lalu. Cici Gina dan Gamaliel hanya memerhatikan, tidak sanggup berkomentar sejak tadi. Lagi pula, kata-kata apa yang hendak mereka katakan malam itu.

Tak ada. Sebab suara mereka takkan diterima oleh Gabriel. Saat ini yang pria itu butuhkan adalah restu dari Koen Liem dan Gloria. Itu saja. Tidak banyak. Dia juga tidak datang ke rumah ini karena menuntut harta warisan. Jauh dari itu semua, Gabriel tidak butuh harta.

"Aku telah pindah agama. Aku yakin aku akan menikahi Nadya. Jadi aku memutuskan akan masuk ke dalam agama Islam, meninggalkan kepercayaan keluarga kita!" Gabriel melanjutkan ucapannya. Jelas ketika dia mengatakan itu, reaksi pertama orang-orang yang menatapnya adalah terkejut bukan kepalang.

"Apa?" Gloria berteriak lantang. Lantas reflek berdiri. "Apa kamu gila, Gabriel? Kenapa kamu melakukan itu, hah? Kenapa hanya mau menikahi dia, kamu sampai-sampai meninggalkan agama kita. Kamu tahu Gabriel, kita adalah penganut agama Kristen yang taat. Tidak sepatutnya kamu meninggalkan semua ini hanya karena ingin bersama dia. Kamu benar-benar bodoh, Gabriel!"

"Ma .... Jika itu satu-satunya cara supaya aku bisa menikah Nadya, maka itu cara satu-satunya juga yang harus aku lakukan agar bisa bersama dia. Aku yakin atas keputusan yang aku ambil sekarang!"

"Di luar sana banyak wanita yang jauh lebih baik dari Nadya, Gabriel. Banyak! Bahkan kalau kamu mau, kamu bisa memilih satu-persatu. Theresia juga adalah pilihan yang terbaik. Tapi tidak dengan perempuan ini! Mama bilang ya, dia memang cantik. Dia baik. Dia berpendidikan. Dia masuk tipe keluarga ini sebagai calon menantu. Mungkin dia menantu idaman buat para mertua di luar sana. Tapi latar belakang agama kita beda, Gabriel! Maka dari itu Mama tidak akan pernah setuju dengan rencana kamu yang tolol ini!"

Istri Untuk Tuan Gabriel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang