Unik sekali dia, lama tidak melihatnya.
Apa kabar dia ya? Apa dia masih ingat aku? Ah sudahlah tidak penting, sepertinya.
“brukghh” suara tabrakan itu mengingatkan ku pada awal perjumpaan kami.
Aku tidak tahu siapa dia sekarang, tapi 4 huruf untuknya, U N I K. Dia tidak bipolar namun layak bipolar, paras dan gaya nya pun unik, layak kepribadiannya didepanku.
Aku memutar musik dari home theater ku, namun aku mendapati sebuah kaset lama yang sudah berdebu. Wajar saja, sudah lama aku tidak membersihkan lemari ku. Kaset itu miliknya. Kaset yang kukumpulkan setiap ia membeli kaset baru, walkman itu--
Waktu itu, ia katakan akan memberikan ku kaset lagi. Hingga saat ini aku tetap menunggu hal itu datang. Entah kapan, tidak tahu. Oh ya, senyum itu haha. Jarang sekali kudapati, simpel memang, namun membekas.
Jika ku fikir fikir, tiada guna memikirkannya.
Ini bukan tentang hati siapa yang patah, namun tentang hati siapa yang kecewa. Dan tampaknya memang sudah begini jalannya.
Tapi, tidak apa. Karenanya, aku percaya bahwa ada yang lebih dari indah dari sebuah pertemuan, yaitu perpisahan. Karena berpisahnya kami, aku sadar bahwa pertemuan yang indah bukan berarti suatu kebahagiaan.
Untuk kau, pria yang ku idam idamkan selama 7 tahun lamanya. Jika kau tanya “Masih adakah harapanku untukmu? ” jawabannya MASIH. 99,9% masih. Aku memang bodoh, tapi sebelum ku terima apapun darimu, tidak akan aku berikan hati ini kepada siapapun.
Kemana kau? Dua tahun sudah aku mencarimu. Tidak satupun kabar ku dapat. Salah apa yang telah ku perbuat kepadamu hingga kau benar benar tidak mau membalas sepatah kata pun untuk ku.
Apa kabar Walkman itu, apa kabar kaset kaset lama yang sering kita dengar bersama? Masih pantaskah aku menjadi bagian darimu? Jika tidak, beritahu hal itu.
Aku tidak suka bisu, walau ku tahu kau memang sering membisu tanpa alasan.
Sudah ya, ini keluhanku yang terakhir. Biar aku saja yang mengetahuinya. Aku harap kau merasakannya.
02/september-2018
(Nona K)
