"Aduh gusti, ampun deh putri. Aye (saya) telat (lambat) datangnya ke mari."
Batra mempersilakan tetamu yang baru datang ke rumahnya ini untuk duduk di sofa ruang tamu bersama Magalang.
Tetamunya ini adalah seorang perempuan yang berusia lewat 40 tahun, berbadan kecil, dengan rambut pendek separas telinga, bergigi jongang dan mulutnya agak memanjang ke depan. Dan tidak seperti Magalang dan Batra yang berwajahkan orang berketurunan Afrika dan Slavic, perempuan ini berwajah Melayu asli. Bahasa Melayunya tidak sama seperti mereka berdua. Sebaliknya tetamu ini bertutur dalam loghat Betawi. Dan tidak seperti Magalang dan Batra yang anak mata mereka berwarna violet, perempuan ini bermata hitam.
"Bukannya aye tidak mau ke mari untuk nolongin (membantu) putri ama (sama) pangeran~aye dapat perkhabarannya langsung dari putri sejak sepekan (seminggu) yang lalu. Tapi keluarga Auburn Betawi di Jakarta dapat serangan dari keluarga Irsab~sumpah putri!"
"Tenang Titi," Batra memegang bahu tetamunya ini yang sedang cemas. Riak wajahnya pucat ketakutan.
"~Aye tidak berani menggunakan telepati untuk menyampaikan pesan ama putri secara sembarangan~"
"Tenang dulu Titi~"
"Aye kagak (tidak) bisa tenang putri, keluarga Irsab sudah membunuh sebagian besar keluarga kita di Jakarta!"
"Keluarga Irsab ini berasal dari tempatmu jugakah?" Magalang mencelah.
"Aye kagak pasti pangeran. Mereka ngaku-ngaku yang kalau mereka itu juga punya hak di Kepulauan Sunda karena kononnya mereka itu vampir yang lahir dari keturunan pribumi~putri, aye mohon ampun sekali kalau aye udah menambah lagi beban di pundak (bahu) putri kali ini.
Tapi aye benar-benar mohon belas kasihan dari putri untuk nolongin (menolong) keluarga aye~keluarga kita di Jakarta."
"Apa yang telah terjadi, Titi?" Tanya Batra.
"Sumpah putri, aye juga kagak ngarti (mengerti). Yang aye tau, keluarga Auburn di sono diserang. Satu persatu vampir dari kalangan keluarga yang berdarah asli dan pejalan malam telah dibunuh mereka.
Aye juga hanya mendapat perkhabaran ini dari TJ di Semarang. Dia bilang, yang keluarga Irsab ini udah lama mencari tau mengenai keluarga Auburn dan vampir lain yang tinggal di sono."
"Pasti ulah (angkara) dari keluarga Maat dan Sekhmet," teka Magalang.
"Apa pangeran tau dari visi pangeran?" Tanya Titi.
"Khabar yang dibawa oleh Zafira kepada Raja Ariath dan Permaisuri Hapseseth pasti telah menebar (tersebar) dengan keluarga vampira yang lainnya." Jawab Magalang.
"Tapi, kan Ariath dan Hapseseth kan masih tidur? Lagi juga, kalau anak-anaknya mereka berdua udah tau titisan darah manusia Putri Batra udah bakal melahirkan Infinit di sini, mengapa keluarga Auburn di Jakarta yang mau dihapuskan? Apa hubungan ama keluarga Auburn di sini dan di sono?"
Senyap untuk seketika. Batra bungkam, dengan hanya menatap wajah Titi, sementara bola mata Magalang berputar ke siling rumah Batra. Dan untuk beberapa detik, mata violet-nya bersinar terang.
"Nah, itu apaan?" Titi sedar akan petanda dari Magalang yang telah melihat sepintas lalu bayangan di matanya.
"Tidak ada keluarga vampira lain yang tau akan kepentingan Infinit, selain keluarga yang punya kaitan dengan keluarga Maat dan Sekhmet. Ada beberapa lagi keluarga vampira dari penduduk asli di tempat kamu Titi. Namun ternyata, mereka hanya menyerang keluarga Auburn di sana," balas Magalang.
YOU ARE READING
INGENUE
Ma cà rồng"Aduh, ampun putri. Kalau menurut penerawangan mata batin aye, dia ini tidak seperti vampir kayak kita semua. Dengan darah Ratu Japira yang sedang mengalir di dalam tubuhnya, dia lebih mirip ke kuntilanak sih." Kisah puteri kerajaan ghaib jin di zam...