Author vop
Rania seorang gadis 18 tahun. Tahun pertama kuliah Perbankan. Putri kedua dari tiga bersaudara, perempuan ketiganya. Mudah senyum dan suka berteman. Tapi tidak peka dengan kondisi sekitarnya. Bahkan dirinya tidak pernah menyadari dengan kecantikanya. Sehingga dia tidak sombong malah sebaliknya, dia rendah diri dan pemalu tapi punya semangat yang kuat untuk belajar. Author mau buat tokohnya lucu tapi tidak cocok dengan alur ceritanya.
Ciri-ciri Rania, kulit putih bersih, bibir pink alami, punya lesung pipi di pipi kanannya. Walau cuma sebelah tetap menambah manis ketika dia tersenyum. Tapi sayangnya dia tidak pernah menyadari anugerah yang dimilikinya. Karena kesibukan kesehariannya membantu ibu berjualan, ia nyaris tidak punya waktu untuk nongkrong atau hangout diakhir bulan bersama teman sebaya.Boro-boro kongkow, terlambat pulang saja Ayah sudah menanti didepan pintu. Rania sangat takut bila ayah marah. walau ayah sangat menyayangi putri-putrinya, tapi ayah sangat tegas dalam mendidik anak-anaknya. Pernah adiknya Tika terlambat pulang karena membantu temannya belajar tapi belum pamit. Ayah menanti didepan rumah dengan memegang sebatang ranting.
Ketika adiknya Tika sampai Ayah langsung memukulkan ranting ke pintu rumah, membuat Tika gemetaran Rania dan Ibu yang berada didalam rumah tak kalah gemetar melihat pemandangan itu. Ibu langsung berinisiatif membawa Tika masuk sedang Rania hanya mematung memandang adiknya dengan tubuh yang masih gemetar.Tetapi itu hanya berlangsung sebentar setelah amarah ayah reda dia menghampiri kami. Kalian kan tau ayah tidak suka jika ada anak ayah yg terlambat pulang. Tika menyela ayah kan bisa tanya dulu sebelum marah. Apa ayah tidak mengenal kami putri- putrinya ayah. Kami akan selalu menjaga kehormatan dan kebanggaan ayah. Tadi Tika terlambat karna membantu teman belajar itu pun permintaan dari bu Guru di sekolah.
Ayah mengangguk mengerti. Dan berkata ya sudah besok-besok kasi kabar dulu. Atau beritahu ayah dulu sebentar kerumah sebelum berangkat. kan sekolahmu dekat cuma berjarak 500 m dari rumah MTs swasta kampung lalang, bisa pulang sebentar. Tikapun mengangguk dan makan dengan ceria dengan Ibu dan ayahnya. Rania hanya tersenyum melihat tingkah Tika yang berani menjelaskan masalah kepada Ayahnya. Kalau Rania dan kakaknya Arni pasti hanya diam dan mendengarkan petuah sampai ayah puas.
Tika cukup pintar untuk masuk smp Negeri, Smp manapun ia bisa masuk tapi ibu membujuknya supaya mau masuk Mts selain dekat banyak pelajaran agamanya. Walau ibu tidak pendidikan formal madrasah tapi ibu selalu berusaha menyekolahkan madrasah disore hari dan sekolah umum dipagi hari. Diwaktu kecil aku sangat sulit menghafal surah, terus bolos ke rumah teman ada yang melaporkan ibu langsung menjemput dan mengantarkanku ke madrasah malu sekali datang terlambat.
Tapi lebih mengatupkan lagi kalau dirumah bisa 3 jam ibu gak selesai-selesai menginputnya. Aku jadi senyum sendiri. Karena ibu akhirnya aku bisa menamatkan pendidikan dimadrasah. Karena berkali-kali aku coba berhenti dan ibu selalu menggagalkan dengan mengantarkan dan menunggui hingga benar-benar belajar barulah ibu pulang.
Rania vop
Aku berjalan menyusuri trotoar jalanan campus fakultasku. Aku tidak pernah menyangka akan menginjakkan kaki di campus ini. Karna kehidupan keluargaku yang sulit aku tidak berani bermimpi untuk terus melanjutkan pendidikan. Inilah aku Raniasari putri ke2 dari 3 bersaudara. Asli berdarah minang karna aku dilahirkan Ibu yg berdarah minang kelahiran kota pariaman. Dan ayah yg juga kelahiran pariaman. Tapi karena kesulitan hidup orang tuaku, membawaku ke tanah Deli yaitu lebih tepatnya kota MEDAN. Ketika itu aku baru berusia 2 bulan.Hari ini aku sangat berbahagia karna Allah masih mengizinkanku untuk terus belajar. Senyum terus mengembang diwajahku. Sepanjang perjalanan menyusuri fakultasku aku terus dipandangi orang yg melihatku.
Pikiran ku kembali ketika asa itu hilang yang hanya keputus asaan. Ketika aku merasa tidak ada lagi harapan.Aku merasa mungkin ajalku akan segera menjeput. Karna aku merasakan benjolan dipayudara kananku. Aku terus mencari tau dengan membaca buku2 diperpustakaan sekolahku tentang penyakit yg aku derita. Aku tak Tega meberi tahu ibuku. Aku yakin menambah beban pikirannya. Karna pekerjaannya membuka warung nasi minang.
Pekerjaannya disiang hari sudah sangat menguras tenaganya. Aku sungguh tidak Tega tapi aku juga takut untuk menghadapi kenyataan akan penyakit yang kuderita. Dari hasil buku2 yang aku baca aku mengidap kanker payudara. Mau mati saat itu juga rasanya. Aku putus asa, ku menangis sembunyi2 didalam kamar untuk melepaskan semua beban dihatiku. Aku gak Mau ibuku tau.
Ya Allah ini Cobaan atau hukuman untukku mungkin aku sering kalau menjalankqn perintahmu. Karena pekerjaan mencuci piring aku sering telat mengerjakan sholat. Mau menyesali semua kesalahanku. Mau menumpahkan airmataku didalam yang sepi, hanya sajadah menjadi saksi airmataku.
Semua berjalan sesuai yang kuharapkan.Tak seorangpun Dikeluarkan tau apa yang aku rasakan. Terkadang Berenti dan mulai sakit semuanya kutahan sendiri. Dan aku Tiba di ujian akhir sekolahku. Ketika pengumuman aku lulus, aku sangat Bahagia walau tidak diurutan pertama. Tapi aku berapa diposisi 3 nilai tertinggi, setidaknya diakhir akhir hidupku aku masih bisa memberi kebahagian dan kebanggaan untuk keluargaku.
Ibuku sangat senang mendengar kabar aku lulus apalagi masih masuk tiga besar. Karena bagi ibu aku sudah sekolah dengan naik sudah Cukup ibu tidak perish menekanku untuk belajar. Karna ibu sangat mengerti aku, Harus membagi waktu untuk belajar dan membantu ibu didapur dan menjual dagangan kami.
Terkadang Ibu berkata jangan terlalu keras belajarnya, udah naik kelas aja syukur nak. Tapi ucapan ibu itu malah membuat ku semangat sejak kecil Alhamdulillah aku terus berprestasi selalu diposisi tiga besar. Dan aku sangat senang melihat biar Mata Ibu bersinar dengan senyum bangga mengambil raport kenaikan kelasku.
Terkadang matanya berkaca2 dan memeluk selesai Pembagian hadiah. Aku tau alasan ibu, karna kesulitan ekonomi la tidak Mau anak-soalnya mengalami prustasi karna tidak bisa lanjut Kuliah karna terkendala biaya. Kakak dan adikku juga berprestasi. Terkadang sedang duduk bersama ayah, ibu berdiskusi.
Dengan bahasa minangnya yang kental. Awak bangsek tapi anak amuh2 utak e. Semangatlah bakarajo da bulih Baubah hiduik. Biso awak membiayai anak2 sampai lanjut. Ayah berkata" awak kan lah barusaho Sakuek tanago, manggaleh, pintakje kanan surang buleh tibo di tanah tapi anak-anak awak nantinya. "( awak miskin tapi anak2 pintar da, semangat lah kerja bang biar kita bisa membiayai anak sekolah sampai lanjut. Ayah menjawab. Awaklah berusaho sekuek tanago awak. berdoalah sama Allah mudah-mudahan tercapai cita-cita anak2 kito.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bias ASA
RomanceRania putri kedua dari tiga bersaudara. Bersifat polos dan periang tp rendah diri. Dia tidak menyadari potensi didirinya, Pasya seorang aktifis kampus yang banyak dikagumi para mahasiswa dan mahasiswi dikampusnya. Karna kecerdasannya dan sikapnya yg...