Namaku Fatri anindya fatma, Aku Biasa Di panggil nindi atau fatma, tapi keseringan di panggil fatma sih, saat ini aku tengah menempuh study di salah satu prguruan tinggi Yang ada di kotaku.
Menginjak smester 7 aku merasa mulai agak sibuk karenanya. Aku tidak terlalu pinter tapi tidak bodoh-bodoh juga, dengan IP tiga koma keatas lumayanlah fikirku.
Aku punya skumpulan teman-teman yang unik menurutku, mereka dengan berbagai karakter, alay, pendiam, serius, humoris, sok ganteng, sok imut, sok Kren dan lain-lain, namun yang lebih mendominasi adalah gaya kebucinan mereka. Saling berbalas pantun cinta satu sama lain antara yang cewek dengan yang cowok tanpa mnyimpan kebaperan yg berarti karena sudah terbiasa dngan sikap masing-masing.
“tling” notifikasi pesan WA masuk di ponselku. Terlihat nomer baru dengan foto profil seorang laki-laki dengan wajah menyamping. Awalnya tidak kurespon sama sekali, paling nomer nyasar yang nggak jelas fikirku. Berkali-kali ia mengirim pesan, sampai melakukan panggilan, ahirnya mulai kurespon, siapa tau pnting.
Sejak saat itu aku dan nomer baru yg bernama kepemilikan Irfan Ardian tersebut semakin sering kontek-kontekan denganku, sudah dua minggu kami tetap saling hubungi.
Tentusaja dengan gaya bercandaku yg bisa di bilang lurus-lurus saja, mengiya iyakan perkataanya. PDKT itupun terus berlangsung hampir satu bulan.“nikah ayok!” bunyi pesan yg dikirim oleh irfan.
Aku trdiam sejenak, sebelumnya dia tidak prnah bicara kearah ini, namun tdk Ingin ku ambil pusing, sama halnya dngan temen-teman alayku, tentu saja pasti dia brcanda.
“ayuuuk” balasku padanya.
“srius ni?”
“tntu saja, knapa nggak?” balasku lagi
“baiklah jika kamu emang serius mau, akan kusampaikan pada orang tuaku kabar ini.
“ok, ibuk sama bapak camer, emangnya mau punya mantu kayak aku?” masih dngan senyum santaiku saat membalas.
“Tentu saja, insyaallah mereka akan selalu dukung”
“ow....gitu, baiklah😉”.balasku.
Tiba-tiba dia melakukan VC. Aku ragu mau Menganggkatnya atau nggak, namun ahirnya ku angkat juga, terlihat wajah Tampannya dengan senyum khas miliknya yang mmperlihatkan lesung pipi menambah ketampanannya. Dia terlihat tengah berkumpul dengan keluarga, sesekali dia memberikan pada keluarga yg lain untuk ikut bicara denganku melalui benda kecil pipih berbentuk persegi panjang tersebut. Asli aku malu sekali.
Aku memang hanya berteman dengannya, namun ahir-ahir ini sikapnya padaku mengusik pertahananku. Bukan berarti aku menyukainya ya, hanya saja itu membuatku gelisah dan bimbang. Jangan sampai dia benar-benar serius mengajakku menikah, fikirku. Karna aku belum siap.
Sesegera mungkin aku mengenyahkan fikiran itu, lagian manamungkin juga seperti itu, kita hanya bercanda dan hanya sebatas teman. tiba-tiba ngajak nikah? kenal aja baru beberapa minggu, Jadi nggak mungkin dong, lagian dia mana mau sama aku. Gerutuku.
Kembali seperti biasa dia mengirimkanku pesan, kali ini pembahasan pernikahan yang lebih dalam, ternyata selera bercandanya luar biasa orang ini fikirku. Namun terus saja aku Mengikuti arah bercandaanya.
Mulai dari membahas Tema acara pernikahan, berapa tamu undangan, rumah yg akan kami tempati nanti dan sebagainya. Aku sih ngikut aja kemanapun arah pmbicaraan. Aku memang orangnya kalo diajak brcanda responnya dua kali lipat.
Bersambung.......Hai...hai...hai semoga suka ya dengan ceritanya, maaf pendek, kalo nggak, ya tak apalah di abaikan.😉 hanya ingin berbagi potongan-potongan kisah hayalan saja. Tangan juga gatal pengen nuangin dalam bentuk tulisan. So maaf kalo banyak yang salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Datangnya Dibalik Candaku
Short StoryBerawal dari obrolan kami yg selalu hanya kuanggap candaan namun tidak dengannya, bahkan segalanya sudah ia dan keluarganya persiapkan tanpa ku ketahui. Mungkin itu aja sedikit deskripsinya. Capcus langsung di baca aja😉