Alunan musik terdengar beriringan dengan suara percikan air dari kaki yang dihentakkan diatasnya.
Senyum merekah di dua wajah polos itu. Duduk diatas sebuah batu mereka ditemani sebuah radio kecil dengan orkesta sang komponis musik klasik yang diliputi konspirasi.Sonata menggantikan biola. Gadis kecil berambut merah itu memejamkan mata. Seakan tak ingin melewatkan satu not pun. Kepalanya bergerak seirama suara yang dihasilkan tuts piano. Tarikan bibirnya semakin lebar. Jarinya mulai ikut mengayun diudara. Mengabaikan bocah lelaki disampingnya. Pria kecil itu menatap sang gadis bagai sebuah karya seni yang sedang melakukan pegelaran pribadinya. Dia tersenyum menatap tingkah gadis kecil itu. Dengan kaki yang tenggelam hingga mata kaki gadis itu masih dengan mata terpejam memainkan jari jari lentiknya. Seakan ada tuts tak kasat mata dihadapannya. Bibirnya merekah semakin lebar diikuti gerakan kepalanya. Tangannya menutup konser dengan gerakan layaknya maestro.
Dia membuka matanya tersenyum tulus pada bocah lelaki disampingnya. Bocah itu membalasnya dengan gigi putih nan rapih diantara kedua bibirnya. Manis sekali. Keduanya memang serasi.
Sudah dua kali sejak Rabu lalu , mereka diatas batu di bagian yang sama pinggir hutan. Dengan danau kecil nan jernih. Mereka bersama tak menyapa hanya tersenyum satu sama lain. Tak ada yang memperkenalkan diri. Keduanya menghabiskan waktu bersama seakan sudah akrab satu sama lain.
"Athena" Ucap bocah lelaki dan gadis disampingnya pun menatapnya lekat.
"Ya, ada apa?" Jawab gadis berambut merah itu. Mengangkat kedua alisnya.
"Bukan apa apa" Pria kecil itu tersenyum tulus ke arah sang gadis.
Matahari mulai melangkah turun dari singasananya. Pendar jingga memantulkan dua bayangan dengan ukuran yang sama dipermukaan danau. Gadis itu tersenyum lebar menatap langit yang mulai gelap.
Seperti sedang menunggu sesuatu. Jika sebagian besar orang akan memfokuskan pandangannya pada guratan jingga terakhir. Gadis itu justru menengadah menatap kegelapan diatasnya. Yah, dia tidak menunggu salam perpisahan sang mentari melainkan pendar berlian langit yang menghiasi angkasa. Unik memang, hal yang takkan kau temukan pada gadis lain. Sang pria kecil ikut menengadah sambil tersenyum. Dia tak pernah bosan menemani gadis itu menatap orkesta seni angkasa malam. Nyanyian serangga nokturnal yang nyaring memecah keheningan malam. Keindahan yang cukup mengerikan bagi beberapa orang. Makhluk mahluk kecil mulai menampakkan dirinya. Menyalakan senter alam di punggungnya yang hanya menyala di malam hari. Berterbangan diatas danau bagai kerlip lampu terbang meramaikan pargelaran seni alam malam itu. Indah sekali."Anna" Uccap bocah lelaki itu. Gadis yang dipanggil menoleh sambil terseyum manis ke arahnya lantai mengangkat kedua alisnya menanyakan maksud panggilannya sebelumnya.
"Aku...." Bocah itu tertunduk dengan pipi yang mulai merona
"Damian" Gadis itu menatap Damian yang terus menyembunyikan wajahnya.
"Anna, Aku ..." Sangat jelas bahwa bocah itu sangat gugup
"Ada apa? Kenapa kau menyembunyikan wajahmu?" Ucap Anna penasaran lantas memiringkan kepalanya agar dapat melihat wajah Damian.
"Aku menyukaimu Anna" Wajah bocah itu semakin dalam tertunduk. Bola mata Anna melebar disusul tawanya yang renyah.
"Ya ampun Damian, hanya itu? Dan kau butuh 2 menit untuk mengatakannya" Tawa Anna makin kencang melihat pipi Damian yang seperti kepiting rebus." Aku juga menyukaimu" ucap Anna ringan.
Mata Damian membulat lebar "Benarkah?" dia tidak lagi menyumbunyikan pipi meronanya. Pertanyaan itu hanya dibalas anggukan oleh Anna. Matanya berputar liar memandang sekeliling.
Senyuman mengembang di wajah Damian, wajah mereka saling bertemu saling melempar senyum.
"Kau sudah lama kuusir jika aku tidak menyukai kehadiranmu" Sambung Anna cekikikan.
Damian menekuk bibirnya kecewa "Kau mengusirku saat pertama kali kita bertemu"
Tawa renyah Anna kembali memecah bising serangga malam.
-----_--_----------_------------------------------------
Sabar sabar ini bukan romance
Almost forget how to write :(
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASY - Behind The Girl
FantasyDi era digital ini, ditengah pertumbuhan teknologi yang pesat. Kita sering bersikap seakan kita tahu segalanya. Nyatanya sesuatu tumbuh Di sekitar kita tanpa kita sadari. Sesuatu yang hidup, dibalik pembatas tak kasat mata. Rahasia yang terkubur dal...