selimut

750 99 3
                                    


Waktunya makan malam.

Sampai langit berubah menjadi jingga, Doyoung masih belum mengetahui jelas nama dari si anak rambut hitam. Setelah menghabiskan waktu canggung bersama tadi siang, Doyoung belum berbicara dengannya lagi. Si anak rambut hitam itu benar-benar tidak berbicara sepatah kata pun.

Padahal, Doyoung ingin mengajaknya bermain bersama.

Ngomong ngomong tentang makan malam. Ya, malam ini mereka pergi makan malam bersama. Papa, Ibu, Doyoung, dan si anak rambut hitam itu, semuanya ikut. Kalau Doyoung boleh menebak, ini akan menjadi makan malam tercanggung yang pernah dia rasakan (selama sepuluh tahun hidupnya tentu saja, Doyoung masih tergolong anak-anak). Canggung disini sudah pasti mengarah pada dirinya dan si anak rambut hitam itu. (Soalnya Papa dan Ibu terlihat biasa biasa saja, mereka bahkan bercanda sambil tertawa).

Setelah memberi tahu Ibu menu yang akan dipilihnya, Doyoung kembali duduk manis di kursinya. Lalu, pelayan restoran datang dan mencatat menu yang namanya sangat aneh. Nama nama dari negara asing, tentu saja. Termasuk punya Doyoung, Ratatouille. Iya, Ratatouille yang itu. Doyoung memesannya karena teringat karakter koki tikus dari Disney.

"Papa, Jaehyun mau soupe a l'oignon"

Doyoung kaget, dan langsung menoleh ke sumber suara.

Si Anak rambut hitam bicara! Itu kedua kalinya dia bicara selain kata terima kasih yang Doyoung dengar tadi pagi! (Tambahan, Doyoung kaget karena si anak rambut hitam dapat mengucapkan Soupe a l'oignon dengan lancar). Dan apa tadi? Jaehyun? Nama si anak rambut hitam itu Jaehyun?

"Jay, are you sure? Papa tidak yakin kamu bisa menghabiskannya sendirian."

Jay ?

Jay...?

Mendengar itu, alis Doyoung bertaut. Bukannya tadi si anak rambut hitam itu memanggil dirinya dengan nama Jaehyun? Jadi yang benar yang mana? Jay atau Jaehyun?

Suara pelayan kembali terdengar. Pelayan itu menyebutkan kembali menu yang dipesan dengan suara yang lantang. Doyoung hanya menatap piring kosong, menunggu Papa atau Ibu mengajaknya berbicara. Tapi sepertinya Doyoung tidak bisa berharap banyak, karena mereka terlalu asik berbincang. Doyoung tidak berani untuk mengganggu.

Ketika makanan tiba, semuanya pun mulai makan. Tapi menurut Doyoung, makanannya terasa aneh. Iya, si Ratatouille ini terasa aneh di lidah Doyoung. Doyoung lebih suka tteokbokki buatan Ibunya. Tidak ada yang bisa mengalahkan tteokbokki buatan Ibu, catat itu.

Bulan di langit sudah semakin tinggi, dan tentu saja mereka harus pulang. Sebelum pulang, Papa memesan es krim vanilla untuk Doyoung (tentu saja si anak berambut hitam juga dapat, sepertinya rasa mint?) lalu pergi sebentar ke meja kasir untuk membayar. Ibu pergi ke toilet, dan Doyoung memilih tetap duduk di meja sambil menunggu Papa kembali dari meja kasir.

"Hei"

Suara itu muncul tepat ketika Doyoung ingin menelan es krimnya.

Doyoung yang hampir tersedak es krim, menoleh ke arah sumber suara dengan ragu-ragu.

Si anak berambut hitam memanggilnya! Doyoung harus bagaimana? Panik, Doyoung menunjuk dirinya sendiri, memastikan kalau si anak rambut hitam itu sedang memanggil Doyoung.

Si anak rambut hitam mengangguk, lalu kembali mengeluarkan suara "Jadi kau saudaraku?"

Kim Doyoung, yang masih duduk di bangku sekolah dasar kelas empat, kebingungan menjawab pertanyaan itu.

Hari sudah semakin larut, dan tentu saja sekarang sudah memasuki waktu dimana Doyoung harus tidur. Anak umur sepuluh tahun seperti Doyoung harus mendapatkan waktu tidur yang cukup.

Tapi Doyoung tidak bisa tidur! Doyoung melirik jam yang menggantung di dinding, pukul sebelas malam.

Doyoung mendekat pada Ibu yang tidur dengan lelap  di sebelahnya. Doyoung sebenarnya haus, dia tidak berani untuk pergi ke dapur sendiri. Bagaimana kalau di rumah ini ternyata ada hantu? Bagaimana kalau Doyoung tiba tiba diculik? Doyoung tidak mau! Doyoung sudah mencoba membangunkan Ibu, tapi sepertinya tidak berhasil.

Melawan takut, Doyoung turun dari kasur. Mencoba memberanikan diri dengan membawa selimut kecilnya sebagai benteng (informasi hari ini: selimut Doyoung berwarna biru, dengan motif domba berwarna putih) kalau kalau ada hantu yang muncul. Doyoung membuka pintu dan keluar dari kamarnya, menuruni anak tangga (hampir terpleset karena menginjak selimutnya sendiri), lalu berjalan lurus menuju dapur.

Seluruh ruangan terlihat sangat gelap, tentu saja. Namun, Doyoung melihat seberkas cahaya dari dapur. Bukan, itu bukan cahaya lampu! Cahaya yang ini agak sedikit remang, ditambah dengan suara gemerisik.

Doyoung membeku di tempatnya,

jangan jangan,

itu hantu?

Doyoung menutup mata rapat rapat, menutup seluruh wajahnya dengan selimut, dan meringkuk di dekat tembok, merapalkan doa doa yang dihafalnya. Sayang, Doyoung hanya tahu doa sebelum tidur. Meski begitu Doyoung tetap membacanya, berharap suara gemerisik itu segera hilang. Kaki Doyoung lemas sekarang. Doyoung bahkan tidak berani untuk sekedar berdiri, apalagi kembali ke kamarnya. Nanti kalau ketahuan hantu bagaimana?

Seiring waktu, suara gemerisik itu menghilang, berganti dengan...suara gluk? (Koreksi untuk Doyoung: suara air yang diteguk). Doyoung yang sedang haus (dalam artian ingin minum, tolong jangan salah paham) tentu saja penasaran dengan suara itu.

Satu langkah, dua langkah. Doyoung berjalan mengendap-ngendap, berusaha agar langkah kakinya tidak terdengar siapapun. Doyoung mengintip dari balik meja makan, ternyata cahaya itu datang dari kulkas.

Apa yang akan terpikirkan jika kamu melihat seseorang membuka kulkas di dapur, dengan lampu yang mati, dan suara gemerisik seakan-akan sedang berusaha untuk tidak mengeluarkan bunyi?

"Dia pasti pencuri! " pikir Doyoung, siapa lagi yang akan membuka kulkas diam diam di dapur, tanpa penerangan apapun, kalau bukan pencuri? Apalagi ini sudah malam. Ibu bilang, banyak pencuri yang melakukan aksinya pada malam hari.

Doyoung melepaskan selimut dari tubuhnya, berniat untuk menangkap pencuri kulkas dengan selimutnya. Sebuah ide yang buruk, mengingat selimutnya mungkin saja kekecilan untuk membungkus tubuh pencuri yang bisa saja..seperti raksasa? Namun Doyoung tidak bisa menemukan ide yang lebih bagus dari ini.

Satu langkah, mengendap

dua langkah, menahan nafas

tiga langkah, mengangkat selimut ke udara dan-

"Kena!" Doyoung berhasil membungkus kepala seseorang di depannya (yang dia anggap sebagai pencuri) dengan selimut.

"Aaa! Gak kelihatan!"

"Kamu pencuri kan? Ayo ngaku! Kamu habis mencuri apa di kulkas?"

"Aku bukan pencuri!"

"Bohong!" Suara Doyoung sedikit meninggi, mana ada pencuri yang mengaku dia adalah pencuri? Ya kan?

"Sesak! Buka!"

Si Pencuri menggelengkan kepalanya kuat kuat, berusaha terlepas dari selimut yang membungkus kepalanya. Susu cokelat yang dipegangnya tumpah berceceran ke lantai.

"Ngga akan dibuka! Makanya ngaku dulu!"

"Papaa! Tolong!"

"Kenapa malah panggil Pa-"

Papa katanya?

Doyoung perlahan melepas selimut yang membungkus kepala Si Pencuri itu,

Rambut hitam dan kulit seputih susu.

Doyoung sepertinya mengenali siapa Si Pencuri.

Doyoung bahkan tahu namanya,

Jaehyun.

brother(s)


ps. Happy 127 day!

brother(s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang