"Kenapa, Bun?"
"Ini Abel tiba-tiba halangan, kamu masih ada pembalut nggak?" Zila berpikir sejenak lalu mengangguk, "Masih ada kok, Bun."
Reina langsung menyuruh Abel untuk pergi ke kamar Zila dan mengganti pakaiannya. Sesampainya di sana, Abel langsung mengganti pakaiannya dan juga memakai pembalutnya. Setelah Abel keluar dari kamar mandi, Zila kemudian teringat tentang suara gitar dari rumah sebelah. Ia pun menceritakannya kepada Abel.
"Bel, lo tau nggak?"
"Nggak, kan lo belum kasi tau."
"Iya iya. Tadi kan waktu gue lagi siapin baju ganti lo, gue denger suara gitar dari rumah sebelah."
Bukannya penasaran, Abel malah merinding mendengarnya, "Kok gue merinding ya?" Zila langsung memukul Abel pelan, "Ih pikiran lo ke sono mulu. Skuy turun ke bawah. Bunda udah masak makan siang soalnya."
Abel mengangguk. Mereka berdua kemudian turun ke bawah untuk makan siang. Sesampainya di bawah, Zila tidak melihat bundanya. Ia kemudian menyuruh Abel untuk makan lebih dulu sementara ia mencari bundanya. Ketika Zila pergi ke ruang tamu, ia mendengar suara bundanya yang sedang berbicara dengan seorang wanita di sana. Ia yang penasaran langsung pergi ke sana dan menemukan bundanya tengah berbicara dengan seorang wanita yang mungkin seumuran dengan bundanya. Sang wanita yang menyadari kehadiran Zila langsung tersenyum.
"Eh itu anaknya ya? Cantik sekali," Reina menoleh ke belakang dan menemukan Zila yang sedikit terkejut karena tiba-tiba dipanggil oleh wanita tersebut. Ia langsung menyuruh Zila untuk mendekat dan memperkenalkan diri kepada wanita itu.
"Sini, La. Kenalin dia tetangga baru kita, Bu Maya," Zila otomatis menyalami wanita yang bernama Maya itu dan memperkenalkan dirinya. Setelah itu, Zila segera pergi untuk makan siang bersama Abel. Ketika Zila sudah agak jauh dari ruang tamu, ia masih bisa mendengar pembicaraan atara bundanya dan Bu Maya.
"Kayaknya anak kita seumuran deh."
"Beneran? Anak kamu cowok ya? Tadi aku liat dia keluar naik motor."
Zila hanya menganggap apa yang ia dengar sebagai angin lalu dan lebih memilih untuk cepat-cepat makan siang karena perutnya sudah berteriak meminta jatah.
Abel yang melihat Zila datang langsung bertanya, "Sudah ketemu bunda lo? Di mana ketemunya?"
"Dia lagi di ruang tamu bareng tetangga baru gue," Abel membulatkan mulutnya lalu kembali melanjutkan sesi makannya.
Zila menarik kursi makan di sebelah Abel lalu menyantap makanannya. Setelah selesai makan, Abel membantu Zila untuk menyiapkan peralatan sekolah dan seragam sekolah milik Zila karena besok lusa Zila sudah harus masuk sekolah seperti biasa. Abel membantu merapikan alat-alat tulis dan semacamnya sedangkan Zila menyetrika seragamnya. Di tengah kegiatan menyetrikanya itu, entah kenapa Zila penasaran dengan teman duduk barunya itu. Ia pun bertanya kepada Abel.
"Bel, teman duduk masa depan gue kayak gimana? Baik nggak anaknya?"
"Ceilah masa depan, mau nikah neng?"
"Gue serius, Bel."
"Gue sudah sering ajak ngomong sih, anaknya untuk ukuran laki-laki menurut gue sopan banget."
"Mana gantengan dia atau Lino? Pasti gantengan Lino kan?"
"Otak lo isinya kalau nggak pelajaran pasti Lino, Lino, sama Lino terus. Ngapain sih ngarep sama orang kayak dia. Jelas-jelas lo sudah kasih kode banyak ke dia tapi dianya nggak peka-peka! Kesel gue jadinya."
Zila tersenyum malu. Abel hanya menanggapi senyum malu Zila dengan tatapan sinis. Pasalnya temannya yang satu ini sudah terlalu bucin kepada orang yang bernama Lino tersebut sampai-sampai Abel muak karenanya.
"Dah lah, besok lusa lo liat sendiri nggk usah minta gue liatin. Biar mata lo yang liat langsung. Kalau gue mending lo sama anak baru itu dari pada sama Lino."
"Heh tolong kalau masuk kamar ini omongannya dijaga ya. Nggak usah hujat-hujat my bae kayak gitu. Harom hukumnya."
- ' ✧ '-
annyeong guys🌸
Tinggalkan jejak kalian ya:)็ั๑┇━✧*。❨𝐋𝐞̀𝐱𝐚❩
KAMU SEDANG MEMBACA
Confound
Fanfiction𝖢𝖾𝗋𝗂𝗍𝖺 𝗍𝖾𝗇𝗍𝖺𝗇𝗀 𝗉𝖾𝗋𝗍𝖾𝗆𝗎𝖺𝗇 𝖹𝗂𝗅𝖺 (𝘒𝘪𝘮 𝘑𝘦𝘯𝘯𝘪𝘦) 𝖽𝖺𝗇 𝖩𝖾𝗏𝗂𝗇 (𝘒𝘪𝘮 𝘛𝘢𝘦𝘩𝘺𝘶𝘯𝘨), 𝗅𝖺𝗄𝗂-𝗅𝖺𝗄𝗂 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗆𝖾𝗆𝖻𝗎𝖺𝗍 𝖽𝗎𝗇𝗂𝖺𝗇𝗒𝖺 𝗉𝖾𝗇𝗎𝗁 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗄𝖾𝖻𝗂𝗇𝗀𝗎𝗇𝗀𝖺𝗇. •──────────────────...