20.13 PM
Suara pecahan kaca terdengar hingga ke kamar seorang gadis yang saat ini tengah mendudukkan dirinya di tengah-tengah kasur. Gadis itu menyandarkan kepalanya di kepala kasur dan menatap ujung kakinya. Kosong. Satu kata itu yang menggambarkan tatapan reina.Brak. Mungkin itu suara benda yang di lempar papa raina. Tak hanya itu, suara tangisan mama dan bentakan papa raina masih terdengar jelas saling bersahutan. Bukankah ini saatnya tidur?
Sudah biasa. Raina sudah terbiasa dengan suasana rumah yang seperti ini. Ah pantaskah ini di sebut rumah? Entahlah.
Tangisan mama raina makin terdengar jelas di telinga raina. Raina menekuk lututnya dan menenggelamkan kepalanya di sana. Apa raina tidak ingin melerai orang tua-nya? Ingin! Tapi raina tidak terlalu memiliki keberanian yang besar. Papanya terlalu ringan tangan dan raina takut.
Hingga suara gerbang rumahnya terdengar. Sepertinya mama raina pergi. Kemana mama raina akan pergi? Entahlah, raina tidak tau. Tapi raina yakin pasti besok mamanya akan kembali ke rumah.
Raina tidak khawatir? Khawatir! Siapa yang tidak khawatir jika ibu mereka pergi dari rumah dengan keadaan kacau. Tapi raina tidak bisa berbuat banyak.
Sudahlah. Drama di rumahnya telah selesai, sekarang saatnya reina tidur. Besok adalah hari senin dan pasti akan ada upacara bendera raina tidak ingin terlambat. Dia masih tergolong murid baru.
Raina merebahkan tubuhnya menghadap jendela dan menutup seluruh tubuhnya menggunakan selimut. Tes..tes..tes air mata reina mulai menetes satu persatu, dan lama kelamaan suara isakan kecil mulai terdengar. Raina menangis dan selalu seperti itu.
🍁🍁🍁
Sedangkan di tempat lain evano tengah berkumpul dengan teman-temannya di markas. Suasana markas sangat ramai di penuhi guyonan yang saling terlontar.
"Akang gendang." Itu suara dafa.
"Kalo saya bilang cinta , neng wajib bales ya." Sahut farel.
"Huu itu mah maunya lo." Seruan itu berasal dari revan,
"Buaya cap doraemon lo rel." Lanjutnya lagi.
"IRI BILANG BOS." Teriak farel, membuat semua yang ada di sana tertawa.
Sedangkan evan hanya memperhatikan kelakuan absurd teman-temannya. Di sampingnya ada bara, si kulkas nya Draco yang sedari tadi hanya bermain dengan ponselnya.
"Pacaran lo sama keysa." Ucap evan saat melihat bara tengah chat-an dengan salah satu adik kelas mereka.
"Sahabat." Balas bara.
"Friendzone in aja sampe keysa punya cowok lain." Sedangkan bara hanya melirik sekilas ke arah evan.
"UDAH SI KEYSAYANGAN BIAR SAMA GUE AJA."
Sahutan farel membuat bara menatap tajam ke arahnya. Membuat nyali farel menjadi ciut.
"BUNGKUS AJA SI FAREL BAR."
"NTAR KASIHIN KE KANG BUNGKUS."
Ucap dafa ikut mengkompori. Membuat yang lain tertawa. Sedangkan evan yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya. Bagi evan draco adalah keluarganya. Dan jika ada yang mengganggu mereka evan tidak akan melepaskannya.
TBC
<pena_vi>
Hai guys
Welcome to my story
Ini cerita pertama yang aku buat
Gimana prolog nya?
Pendek? Kan masih prolog guys
Tetep tungguin next part-nya okey?
Papai.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANO
Teen FictionGanas. Satu kata itu menggambarkan seorang Evano Rangga Prayoga. Evano tidak akan pernah melepaskan siapapun yang berani membuat masalah dengannya. Dia adalah ketua Draco, geng yang paling banyak di takuti. Hingga suatu kejadian membuatnya bertemu...