"MULAI HARI INI, KAU JANGAN MENEMUINYA LAGI!" Teriak Mrs Lussy dengan murka.
***Saat ini aku menyenderkan punggungku di kursi dan mulai menutup wajahku.
"Ini hari yang buruk!"
Mrs Lussy hari ini membentakku, aku tak menyangka ternyata ia makhluk yang punya amarah. Mrs Lussy ternyata menyimpan sisi galak dalam dirinya.
"Bagaimana? Kau sudah dapat kuncinya?" Tanya Haechan.
Aku menggeleng. "Belum."
"Kenapa? Apa yang terjadi Jeno?" Timpal Mark.
"Aku malah dibentak oleh Mrs Lussy" ucapanku membuat mata mereka terbelalak.
"Bagaimana bisa?!" Ucap Haechan seperti tidak menyangka bahwa Mrs Lussy bisa marah.
Mark juga tertegun menatapku, seperti menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi.
"Mrs Lussy juga menyuruhku untuk tak menemui Karina lagi".
"Serius? Aku yakin, pasti Karina ada hubungannya dengan kejadian misterius di sekolah ini" ucap Mark
"Aku sependapat denganmu, Mark. Aku penasaran, bagaimana ia bisa mendapat informasi sedetail itu? Pasti dia orang yang ada hubungannya dengan kejadian ini." Timpal Haechan.
Mendengar mereka berbincang, aku hanya bisa terdiam kaku dan menunduk menatap lantai. Entah siapa yang harus aku percayai sekarang, apa yang harus aku lakukan? Semuanya nampak serba salah.
"Bagaimana dengan pencarian kalian di taman sekolah? Apakah menemukan sesuatu?" Aku kini menatap mereka berdua.
Mark dan Haechan menggeleng. "Nihil! Kami tak menemukan apa-apa" ucap Haechan.
"Baiklah. Besok aku yang akan mengambil kunci itu!" Ujar Mark dengan sungguh-sungguh
"Sepertinya percuma Mark, dia tak akan mendengarkan mu! Karena Mrs Lussy tau kau temanku"
"Iya sih, tapi kurasa jika kali ini kita mencuri, apakah dihalalkan?" Tanya Mark
"Entahlah..." Aku mengangkat bahu.
"Oh iya, apa kau sudah bertukar nomor dengan Karina?" Tanya Haechanm
Aku menggeleng "Dia tak mau memberikan nomor ponselnya padaku"
"What? Are you serious? Bagaimana bisa?!" Tanya Mark.
"Entahlah, privasi mungkin?"
"Privasi apanya? Bukankah kalian sudah berteman?"
"Aku juga tak tahu. Sulit menebak pola pikirnya, dia gadis yang misterius. Dia juga bilang padaku, kalau ingin menghubunginya aku tak perlu ponsel. Apakah itu hal yang gila? Mustahil bukan? Lalu dengan apa aku menghubunginya? Telepati?"
Mark dan Haechan nampak terkekeh mendengarkan kejengkelanku hari ini.
"Sabar ya..." Ucap Haechan seraya mengelus rambutku dan membuatku mendengus kesal padanya.
"Apa kau tahu Jen? Itu hanya alasan klasik para wanita yang tak mau memberikan nomor ponselnya." Ucap Mark.
"Oh benarkah?"
Mark mengangguk. "Yeri yang bilang padaku."
"Tapi Mark, mana mungkin sih orang setampan Lee Jeno tak diberi nomor ponsel? Padahal banyak perempuan yang sukarela memberi nomor ponselnya kepada Jeno. Ini di luar nalar!" Haechan mulai menimpali.
"Oh? Iya juga ya? Aku jadi penasaran dan ingin menemui Karina, secantik apa sih dia?" Jawab Mark.
"Dia cantik..." Membayangkan wajahnya saja sudah membuat bibirku tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taurus Blood
HorrorJeno, lelaki taurus itu seolah-olah terjebak pada lingkaran takdir. Ternyata mempunyai indra keenam adalah takdir yang harus ia jalani, walaupun pada roda takdir terkutuk. Sekolah asrama yang ia tempati kini mendadak menunjukkan tanduk seramnya. In...