Selamanya Kamu

2 0 0
                                    

Aku memiliki seorang nenek. Ia berumur 68 tahun, tahun ini. Menurutku nenekku sangat cantik. Walau banyak keriput di wajahnya, tapi entah mengapa ketika ia tersenyum. Aku selalu merasa hangat. Apalagi ketika ia memanggilku. Beliau juga cukup sehat. Setiap hari ia selalu bersepeda sendiri ke pasar untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Walau dirumah kami ada asisten rumah tangga tapi beliau tetap lebih suka belanja ke pasar sendiri. Biar sehat katanya.

Umurku tahun ini 18 tahun. Saat itu aku dan pacarku sedang bertengkar. Moodku sangat jelek. Aku menggerutu di teras depan. Hari itu masih pagi. Terasa angin pagi yang sejuk dengan bekas jejak-jejak embuh pagi.

Aku memandang handphoneku, ingin rasanya ku banting!!

Nenekku datang menghampiriku dengan secangkir teh dan dua lembar roti bakar isi coklat.

Nenekku yang melihatku sedang menggerutu tersenyum memandangku. "Apa apa sayang? "

Nenekku mengelus rambutku menenangkan. Aku pun sedikit tenang. "Ini nek, masa Roy ga balas-balas chat aku sih dari semalem! "

"Mungkin dia sibuk, Karen. "

"Ah, ga mungkin! Jangan-jangan dia punya jalan sama yang lain! "

"Kamu jangan gitu. Tanyakan dulu baik-baik nanti nyesel lho. "

Aku pun terdiam sejenak. Menyeruput teh hangat yang dibawakan nenekku tadi. "Apa putus aja nek? "

"Eh, kok gitu? Bicarakan dulu baik-baik, Karen. "

Rasanya kepalaku sudah membatu. Tapi untuk memutuskan Roy pun aku bimbang.

Iseng aku tanyakan pada nenek. "Nenek waktu seumur aku punya pacar ga? "

"Punya dong! Dulu nenek dulu banyak yang naksir. "

"Ihh! Kakek yah? "

"Bukan."

"Siapa dong tu? "

Nenekku memandang ke arah taman kecil di halaman rumah kami. Beliau memandang jauh ke depan sana.

"Nek? "

Aku pun bingung.

Tidak beberapa lama nenekku kembali melihat aku lagi. "Kamu mau nenek ceritakan sesuatu? "

"Tentang pacarnya nenek yah? "

"Iya."

Aku pun mengangguk semangat.

****
Lima puluh tahun yang lalu..

Namanya Angga Agustinus Adisucipto, biasa dipanggil si AAA. Yah karena namanya saja seperti itu. Saat itu kami duduk di bangku sekolah kejuruan. Aku mengambil kejuruan Keguruan. Memang cita-citaku ingin menjadi guru SD. Saat itu Angga adalah murid kejuruan Teknik.
Iya, yang terkenal nakal-nakal itu.

Yang ku tahu Angga memang merokok, kadang juga suka kumpul-kumpul sama geng motor. Mesti begitu Angga itu selalu juara satu, padahal kata orang-orang dikelas kerjaannya molor.

Pertama kali aku ketemu Angga itu di perpustakaan kota. Aku dan Lina sedang mencari-cari buku untuk tugas kelompok kami. Tahun ini kami tahun terakhir. Aku berencana ingin ke Jakarta tahun depan, kata ibu walau perempuan aku harus kuliah. Biar pintar. Sementara Lina, tahun depan akan di pinang pacarnya dan kemungkinan tidak bekerja. Tidak tahu teman-temanku yang lain.

"Lin, besok jadi kita ke toko buku? "

Lina memandangku, "Jadi, kalau disini tidak ada buku-bukunya. "

Akupun menggangguk. "Sudah jam dua Lina. Kita bagi tugas saja. Aku ke rak satu dan dua. Kamu ke rak tiga dan empat. Nanti ayahku mau jemput. "

"Ok, nanti sejam lagi kita ketemu disini yah. "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Story from The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang