Our Promise | One Shoot

175 25 4
                                    

Hujan yang cukup deras membasahi jalanan kota Berlin. Terlihat ada seseorang yang sedang berlari dari bus menuju toko mainan, hanya untuk sekedar berteduh.
Seseorang itu adalah pria bernama Lee Jeno.

Dia melihat kedalam toko ada sebuah mainan. Mainan yang mengingatkannya pada seseorang yang sangat ia cintai, yang tidak lain adalah anaknya sendiri.

"Jendra, bentar lagi ayah pulang bawa mainan ini buat kamu." Ucapnya dalam hati.

Tak terasa, hujan yang tadinya lebat, kini mulai mereda. Jeno pun bergegas untuk pergi ke gedung kesenian ternama yang ada disana. Jauhnya kurang lebih sekitar 100 meter.

Beberapa saat kemudian, ia telah sampai di gedung tersebut dan merapihkan penampilannya.

"Pak Jeno?" Ucap seorang pegawai yang ada disana.

"ya, kenapa?" Balas Jeno.

"Ohiya pak, ini saya yang mengundang bapak ke acara ini" ucapnya.

Ternyata ia bukan pegawai biasa, melainkan orang yang mengundang Jeno untuk berangkat ke Berlin.

"Harusnya bapak kasih tau saya, biar saya bisa jemput bapak" lanjutnya.

"Ah... tidak usah repot-repot. Saya bisa sendiri kok" ucap Jeno.

"Mari pak, kita ke ruang ganti dulu. Baju bapak basah."

"Ohiya, baik" ucap Jeno sambil sedikit menundukan kepalanya, lalu berjalan mengikutinya.

.
.
.
.
.
.
.

Hening, sangat hening. Hanya ada suara dentingan piano yang terdengar. Terdengar sangat indah, lembut untuk di dengar dan sopan masuk ke telinga para penonton.

Jeno memainkannya dengan sangat menghayati. Selesai Jeno bermain piano, penonton pun bersorak dan bertepuk tangan. Jeno berdiri untuk membungkukkan badannya.

Lalu ada dua MC dan staff yang membawa kursi menghampiri Jeno.
It's time to interview.

"Wah anda sangat keren pak" puji MC
"Ah biasa aja ko" Jeno sedikit tertawa dan menunjukkan eyesmilenya yang telah lama hilang."

"Pak kita mau sedikit interview nih. Tanya-tanya dikit boleh?" Tanya MC.

"Tentu saja boleh, silahkan" Ucap Jeno dengan ramah.

"Bapak asli orang korea?" Ucap MC itu bertanya.

"Iya saya asli orang korea."

"Wah, dengan warna rambut bapa yang blonde ini makin keliatan kalo pak Jeno itu mirip warga lokal Jerman! Saking bulenya hahaha" mereka tertawa renyah.

"Yasudah kita langsung aja. Barangkali ada penonton yang mau bertanya?"

Seseorang pun mengangkat tangannya.

"Ya silahkan" ucap MC

Dan salah satu staff memberikan mic-nya pada wanita yang bertanya tadi.

"Saya ingin bertanya pak, kenapa anda bisa sangat menyukai piano apakah ada alasan khusus? Sehingga anda menyukai bidang seni terutama piano?" Ucapnya.

"Sudah? Boleh saya jawab sekarang?"

Wanita yang bertanya tadi menganggukan kepalanya.

"Oke saya jawab. Tentu saja ada"

Jeno pun melanjutkan "Ada seseorang yang sangat baik pada saya. Dia seorang teman saya. Saat saya sedang berada di titik terendah dalam hidup, dia membantu saya. Dia menyarankan untuk bermain piano, sehingga saya bisa meluapkan emosi dan lupa akan masalah dan rasa sakitnya. Dia tidak hanya menyarankan saja. Tetapi juga mengajari."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang