Penyihir Kecil dan Selimutnya

22 4 1
                                    

Di suatu tempat di desa pembuat selimut paling nyaman, terdapat legenda kecil:
"sebuah penyihir kecil tinggal di dalam hutan di sebelah desa ini." seorang wanita dewasa berbicara
"dia tidak bisa membuat keinginan baikmu menjadi kenyataan, tapi dia hanya bisa menebar kebencian." lanjutnya
"kebencian?" Tanya anak kecil di sebelahnya.
"iya! Jangan berteman dengannya apapun yang terjadi!" jawab wanita tersebut.

Suatu hari yang sangat dingin di musim hujan, sang penyihir kecil turun ke desa untuk mencari pengganti selimutnya yang usang.
"akankah ada orang baik hati yang akan memberikanku selimut?" tanyanya berjalan ringan ke desa.

"pergilah!" teriak seorang anak kecil dari ujung jalan.
Sang penyihir kecil hanya terdiam dan tersenyum ramah dia berjalan ke arah anak itu,
"anak kecil, kamu tahu dimana tempat terbaik untuk mencari selimut?"
"pergilah!!" teriak seorang ibu anak itu yang berlari memeluk anaknya.
Warga desa berbondong-bondong datang ke arah mereka.
Antara penasaran ataupun benar-benar marah dan panik.

Sang penyihir kecil kemudian memasang muka sedih,
"aku hanya ingin selembar selimut untuk melewati dinginnya musim hujan!" teriaknya
"tidak ada yang akan memberikanmu selimut lagi!!!" teriak seorang kakek-kakek di tengah-tengah kerumunan
Sang penyihir kecil kemudian menyeringai, mendekati kakek tersebut.
"ayolah kakek tua, kamu pasti banyak persediaan selimut untuk menutupi badanmu yang ringkih." Bisik penyihir kecil itu kepada kakek itu.
Seorang wanita datang dan menarik tangan penyihir kecil itu,
"AKAN KUBERIKAN KAMU SELIMUT!"
Dia perlahan menarik badan penyihir kecil itu ke arah rumahnya.
Warga hanya terdiam melihatnya.

Mereka tiba di rumah wanita tersebut, pemandangan pertama yang penyihir kecil itu lihat di dalam rumahnya adalah..
Seorang anak laki-laki yang tertidur dengan pulas di atas kursi goyang.
"anak mu?" Tanya penyihir kecil itu.
"jangan sentuh dia!" wanita itu berjalan ke arah lemari di belakang rumahnya.
"umm.. baik-" penyihir kecil tersebut terdiam melihat bahwa anak tersebut tidak memiliki kedua tangannya dan hanya satu kaki. Dan penyihir kecil itu menyeringai.
Wanita itu kembali dan berdiri di depan penyihir kecil itu,
"ambilah selimutmu dan pergi" wanita tersebut memberikan selimut tebalnya kepada penyihir kecil itu.
"betapa bahagianya menjadi anakmu. Aku ingin menjadi anakmu." Tanya penyihir itu dengan sangat menyebalkan.
"tidak. Anakku hanya satu, dan itu cukup. Sekarang pergilah." Wanita tersebut memasang muka sedih.
"tapi lihatlah aku! Aku punya tangan dan kaki!" jawab penyihir kecil itu memaksa.
"tidak, terimakasih." Wanita tersebut mulai menitihkan air matanya. Melihat itu penyihir kecil berjalan ke arah pintu keluar.
"haruskah dia hilang, agar aku jadi anakmu?" gumamnya pelan. Dan penyihir kecil itu kembali ke hutan.

Seminggu berlalu dari hari itu, sang penyihir kecil terkadang diam di depan pohon tua ajaib.
"Wanita tersebut menangis! Haruskah anaknya kusingkirkan?" penyihir kecil itu diam, dan dia melanjutkan, "apakah anaknya menganggu hidupnya?" tanya penyihir kecil itu ke pohon tua ajaib.
"mengapa kamu tidak mendatanginya lagi?" jawab pohon tersebut.

Sang penyihir kecil kembali ke desa dengan berlari.

Dia melihat dari balik jendela depan rumah wanita tersebut.
Dilihatnya senyuman wanita tersebut kepada anaknya yang tertidur pulas.
"aku kira kamu menangis karena sedih, ternyata. Tidak." Penyihir kecil itu kesal.
Ia memotong ranting kayu dan meruncingkannya dengan sihirnya, menggoreskan tulisan d pintunya:
"teruslah tersenyum kepadanya. Di saat kamu mengeluarkan emosi lain terhadapnya , maka aku akan datang kepadamu seperti musim panas tiada akhir di dalam sebuah kuali."
Tulisan itu perlahan menghilang dan masuk ke dalam jiwa rumah tersebut.
Sang penyihir kecil itu kembali ke dalam hutan.
Mengambil selimut dari wanita itu dan kemudian tidur. "hangat, selimut ini hangat" gumam penyihir kecil itu sambil terisak.

Di desa... di hari yang sangat panas..
"tolonglah, aku ingin istirahat sebentar nak!" Pinta wanita itu kepada anaknya dan wanita tersebut menangis memeluk anaknya.

Rumah wanita itu perlahan memercikkan sebuah api dan tak lama api besar langsung menghabiskan rumah itu, beserta wanita dan anaknya yang masih ada di dalam.
Warga desa berbondong-bondong datang sambil membawa selimut di tangannya.
Sang warga melemparkan selimut itu ke arah rumah wanita itu, dan perlahan api pun padam.

Sang kakek berdiri di belakang kerumunan, menyanyikan sebuah lagu:
"Seorang penyihir kecil datang ke desa,
Membawa sebuah luka dari dirinya,
Meminta selimut untuk hari dinginnya,
Jangan berikan dia lebih dari itu,
Atau dia akan meminta kepadamu,
Hati yang hangat lebih dari selimutmu."🎵

-tamat-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dongeng - Penyihir Kecil dan SelimutnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang