Bulan yang terang memberikan cahaya pada gelapnya malam, ditemani oleh sang bintang yang ada di sampingnya memberikan sedikit cahaya sepertinya,mengalahkan gelap dan dinginnya malam.
Ketika sang bulan memberikan cahayanya ada seseorang yang sedang termenung sendiri dibawahnya ya itu adalah sang Juli.
Juli mulai masuk ke dalam lamunannya tidak peduli dinginnya malam dan gelap disekitarnya, dia hanya peduli dengan apa yang sedari tadi dipikirkannya.
"Apakah ada sesuatu yang membuat kau termenung hingga malam seperti ini?" Ucap seseorang yang langsung ikut duduk disampingnya, Juli pun menoleh " Oh Juni sejak kapan kau berada disini? Kenapa kau belum kembali?" Tanya sangat Juli
"Jawablah pertanyaanku baru nanti aku bakal jawab pertanyaan kamu" Ucap Juni
"Aku hanya teringat janji yang pernah dikatakan oleh April, bahwa aku harus menjadi orang yang baik dan dibanggakan semua orang" Jawab Juli lesu
"Hey Juli menjadi seorang yang baik itu mudah dan bagiku kamu sudah menjadi orang yang baik" Juli mengelus rambut Juli lembut membuat Juli tersenyum lesu
"Tentu saja menjadi orang baik itu mudah, tapi percuma saja jika aku baik tapi masih menyakiti orang lain apakah masih sama? " Tanya Juli frustasi
"Hmm Juli dengarkan aku, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini dan yang paling sempurna hanyalah Tuhan semesta alam, orang baik itu bukan berarti kamu harus terlihat sempurna ada kalanya orang baik pun tanpa disengaja melakukan kesalahan bahkan menyakiti seseorang yang ia sadari atau tidak"
"Semua orang pasti punya masalah dan kesalahannya masing-masing, bagian kamu menyakiti atau tidak tinggal kamu yang berintropeksi pada diri kamu sendiri dan meminta ampun kepada Tuhan, karena menjadi orang baik itu dia yang selalu ada untuk orang yang disekitarnya tanpa memandang orang tersebut dan selalu memaafkan dan belajar dari apa yang kamu lihat, dengar dan juga cara kamu menghadapinya" Juni berbicara dengan terus menatap mata Juli tanpa teralihkan oleh apapun, mencoba untuk meyakinkan Juli.
Tanpa sadar Juli meneteskan air mata hingga terjatuh mengenai pipinya, ia merasakan seperti sesuatu yang menusuk tajam kedalam hatinya bukan suatu hal yang menyakitkan dan bukan suatu hal yang membuat ia kecewa. Tapi ia merasakan sakit atas apa yang ia lakukan karena terus berpikir terlalu jauh hingga ia melupakan segalanya. Juli merutuki dirinya sendiri berapa bodohnya hingga ia terlalu jatuh dalam pikiran yang entah akan berujung dimana.
"Terima kasih banyak Juni" Juli melebarkan tangannya dan memeluk juni
"Biarkan bulan dan malam menjadikan saksi atas kesedihan dan masalahmu, jangan orang lain, orang lain belum tentu peduli dan hanya ingin tahu belum tentu bisa membantu"
☁☁☁☁
Tunggu di chapter selanjutnya
☁☁☁☁