"Pagi cantik!"
Adalah sapaan yang didapatkan oleh hampir seluruh siswa perempuan di SMA Garuda. Yang menyapa tidak lain dan tidak bukan adalah Jovi Lexander, pemuda dengan titel playboy nomor satu di Garuda selama dua periode. Sungguh prestasi yang mengesankan.
Titel tersebut tidak semata-mata diberikan begitu saja kepadanya atau dia sendiri yang menentukannya, tidak, karena banyaknya perempuan yang menggilainya sudah menjadi bukti atas pesona seorang Jovi Lexander.
Siapa sih yang tidak mengaguminya? Jovi Lexander, kapten basket, pandai bermain musik, dan poin paling penting adalah wajahnya yang rupawan. Tidak mungkin ada yang tidak mengaguminya. Ibu kantin sekolah saja suka padanya.
Memangnya ada yang tidak menyukai nya? ada, jawabannya adalah Hazelio, salah satu orang yang tidak jatuh pada pesona Jovi, bahkan mungkin membencinya. Sudah rahasia umum bahwa mereka berdua tidak pernah akur, selalu bertengkar disetiap kesempatan, salah satunya adalah bertengkar memperebutkan lapangan indoor di gedung 2B.
Tidak ada yang tahu apa yang special dari lapangan tersebut, sebab di SMA Garuda terdapat 3 lapangan indoor, jadi kenapa harus berebut?
Rumor bilang, Hazelio dulu ingin menjadi kapten basket di SMA Garuda, tapi tidak terwujud karena adanya Jovi yang memakai bantuan orang dalam, yaitu kakak sepupunya Jeandra untuk lolos menjadi kapten basket SMA Garuda. Dan dari situlah cikal bakal kebencian Hazelio untuk Jovi bermula.
Rumor lain berkata keduanya menyukai gadis yang sama, tapi Hazelio yang pertama menyukainya, dan mengetahui fakta bahwa Jovi si playboy ikut mendekati sang pujaan hati, jelas Hazelio tidak terima, dan terjadilah kompetisi untuk mendapatkan hati si gadis. Untuk identitas gadis tersebut tidak ada yang tahu, tapi banyak yang bersepekulasi bahwa gadis tersebut adalah Nora Maharani yang merupakan teman dekat Hazelio.
Tetapi rumor tetaplah rumor, meskipun banyak yang mempercayainya kebenaran dari rumor tersebut tidaklah valid.
Contohnya adalah Nora sebagai gadis yang dirumorkan menjadi rebutan dua pemuda tampan tersebut hanya bisa membuang nafas keras-keras, lelah dengan tingkah laku Jovi dan Hazelio yang seperti anak kecil.
Dua pemuda di depannya itu sedang bertengkar, lagi, untuk yang kesekian kalinya pada hari ini. Permasalahannya? Berebut kursi kantin.
"Apa-apaan sih lo! Kursi lain masih banyak yang kosong, gak lihat heh? Dan lagi gue duluan yang duduk di sini."
"Tapi gue mau nya duduk di sini, gimana dong?"
"Tapi gue gak mau elo duduk di sini, gimana dong?"
Ah shit, here we go again. Nora menatap datar kedua pemuda yang masih asyik bersilat lidah, ini tidak akan selesai jika tidak ada yang menyudahinya. Menghela nafas keras untuk yang terakhir, Nora berdiri membawa serta nampan makanannya.
"Gimana kalo lo berdua yang duduk bareng di sini? Gue pindah."
Tanpa menunggu respon dari Jovi dan Hazelio, Nora melenggang pergi menuju meja teman perempuannya, meninggalkan dua pemuda yang saling melemparkan tatapan sengit.
"Gimana rasanya?" tanya Rui.
"Rasa mie ayam." Bukan itu sebenarnya yang ingin Rui tanyakan pada Nora. "Gimana rasanya direbutin dua cowo ganteng?"
Setelah tahu pertanyaan yang sebenarnya, Nora menjeda suapannya. Sumpitnya ia arahkan pada Rui lalu pada Jovi dan Hazelio yang sudah berpencar tempat duduk. "Asal lo tau, mereka itu sebenarnya..."
"Apa?"
Nora menggantungkan ucapannya, kembali melirik Jovi dan Hazelio lalu Rui yang menatapnya penuh penasaran, kemudian menggeleng. "Mereka itu orang gila."
Sungguh jawaban yang sangat diluar ekspetasi. Nora ini memang beda ya, pantas saja dua pemuda hits Garuda itu memperebutkannya.
•••
Kabarnya akan ada pertandingan futsal siang ini di lapangan outdoor utama dengan Jovi Lexander melawan Hazelio Leonhard. Kenapa tanding futsal, dan bukan basket atau bulu tangkis yang merupakan masing-masing klub yang diikuti Jovi dan Hazel? Supaya adil, katanya, kalau mereka tanding basket akan berat di Hazelio, begitupun sebaliknya.
Seluruh warga SMA Garuda—kebanyakan kaum hawa— berbondong-bondong datang ke lapangan, mencari tempat duduk paling depan agar terlihat lebih jelas. Kapan lagi menonton pertunjukan seperti ini, bukan?
Sorak sorai bergemuruh ketika dari kedua tim memasuki lapangan. Di pinggir lapangan yang tidak ramai akan penonton ada seorang pemuda yang sedang memijit keningnya dengan sesekali mendesah kasar.
"Sumpah lo gak tau gimana pusingnya gue waktu didatengin dua berandal itu." Yohanes Dewantoro namanya, kapten futsal SMA Garuda. Dari wajahnya terlihat belum pulih dari rasa schok. Bagaimana tidak, dia yang sedang asyik makan siangnya itu tiba-tiba diseret oleh Jovi yang memintanya untuk menjadi wasit. Yohanes hampir tersedak makanannya jika Nora tidak buru-buru memisahkannya dari Jovi.
“Iya Han, sekarang simpen dulu keluhan lo dan cepetan samperin itu mereka berdua keburu baku hantam anjir!” Rui dengan segera mendorong tubuh Yohanes menuju tengah lapangan.
“Jovi sama Hazelio kayaknya hidupnya tuh gak akan tenang ya kalo sehari aja gak ribut,” Ysabelle berceletuk.
Rui berdecak, “Beneran deh, gue sumpahin pacaran itu berdua, biar gue ketawain paling kenceng.”
Nora yang sedari tadi hanya diam kini mendengus, “Siapin banyak tenaga buat ketawa Ru.”
Rui, “?????”
•••
“Inget perjanjiannya, tim yang kalah bakal relain lapangan indoor 2 ke tim yang menang.” Hazelio menjelaskan untuk ke sekian kalinya pada Jovi. Si teruna hanya mengangguk dan tertawa kecil, lucu sekali si Hazelio ini, sebegitu takutnya kah dia akan Jovi yang mengingkari janjinya.
“Iya tenang aja Ajel, laki-laki selalu menepati janjinya.”
“Don't call me with that name.”
Seakan tidak mendengarnya, Jovi tersenyum polos, “Ajeeelll.”
“Sialan.”
Yohanes, “.....”
Sungguh Yohanes bimbang sekali, dia tidak ingin ikut campur tapi jika dibiarkan saja dua anak Adam itu bukannya duel futsal malah baku hantam. Jadi dia sebagai wasit di sini memberanikan diri untuk memisahkan mereka. Memberi tahu sedikit arahan yang mana hanya didengar lalu karena dua pasang mata di depannya itu masih saja melayangkan tatapan sengit.
Tiga menit setelah arahan sangat tidak penting dari Yohanes, pertandingan pun dimulai.
Teriakan bergemuruh, saling meneriaki dan menyemangati masing-masing tim. Jika ada yang berpikir teriakan itu akan didominasi oleh nama Jovi, maka itu adalah pemikiran yang salah. Nama Hazelio pun diserukan sama kencangnya dengan nama Jovi.
Hazelio walaupun sifatnya pendiam begitu jugalah memiliki penggemarnya sendiri. Dia selalu mendapati juara umum dan menjadi perwakilan dari klub bulutangkis ke nasional. Jadi popularitasnya tidak kalah terkenal dengan Jovi.