Tok... Tok...
Bunyi ketukan itu terdengar lagi malam ini di pintu balkon kamar Kim Dahyun.
Dahyun yang baru saja keluar dari kamar mandi sontak langsung melompat ke tempat tidurnya dan menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya, membekap mulut agar tak mengeluarkan suara apapun dari bibirnya.
Tak lama kemudian.
Dugh...
Ptak...
Setelah bunyi tersebut hilang Dahyun memberanikan diri untuk menyingkap selimutnya, turun dari tempat tidur dan berjalan menuju balkon dimana bunyi tadi berasal.
Manik hazel gadis berkulit putih susu itu mengedar ke sekeliling rumah.
Kosong.
Tidak ada siapa pun, yang ada hanya pohon yang dahannya sedikit bergoyang karena hembusan angin malam.
Saat hendak masuk kedalam kamar, ujung netra sang gadis tak sengaja menangkap bayangan sebuah kotak kecil tergantung di pagar pembatas balkon. Dahyun mengambil kotak tersebut dan melihat ke sekeliling lagi takut jika ada orang jahat dan sebagainya. Namun, lagi-lagi tak ada orang sama sekali.
"Coklat dan surat permintaan maaf lagi?" tanya seorang gadis lagi yang entah sejak kapan berdiri di belakang Dahyun.
Dahyun berbalik.
"Astaga! Sana!" pekik Dahyun sembari mengelus dadanya karena terkejut melihat penampilan seorang gadis yang ternyata bernama Sana. Bagaimana Dahyun tidak terkejut jika malam-malam begini Sana memakai Daster polos putih, dengan wajah memakai masker wajah, juga rambut yang terlihat berantakan.
Sana menangkupkan kedua telapak tangannya yang mengisyaratkan meminta maaf.
"Ya, seperti biasa." Dahyun mengangguk, memperlihatkan isi kotak kecil tersebut.
Memang beberapa bulan ini, disetiap malam Dahyun selalu mendengar suara dari arah balkon kamarnya. Namun, setelah dicek hanya ada sebuah kotak kecil yang isinya sepucuk surat dan sebatang coklat."Tidak ada nama pengirimnya lagi." lanjutnya menghembuskan napas pelan sembari menatap secarik kertas berwarna putih gading tersebut.
"Menurutmu siapa? Mengapa disetiap suratnya selalu meminta maaf?" tanya Sana.
Dahyun menggidikan bahu lalu menggeleng pelan. Gadis itu berlalu memasuki kamar diikuti Sana, tak lupa mengunci pintu balkon.
"Kau tidak penasaran dengan orang ini? Juga apa kau tidak menaruh curiga dengan seseorang di kampus kita?" tanya Sana sambil menepuk-nepuk pelan wajahnya agar sisa essence dari sheet mask-nya meresap.
"Tentu saja penasaran, tapi teman-teman ku di kampus tidak ada yang mencurigakan. Lagipula teman-teman di kampus tak ada yang pernah berbuat jahat padaku, kecuali saat..."
"Ah... sudah-sudah tak usah diingat kembali, itu sudah menjadi masa lalu Dahyun." kata Sana yang menyadari perubahan raut wajah Dahyun.
🍫📜📨
KAMU SEDANG MEMBACA
APOLOGY
FanficCerita ini dibuat untuk mengikuti writing contest yang diselenggarakan oleh @tx421cph © shipperable, 2020