Pernah gak si, kalian minum kopi di pinggir jalan pake dress mahal dan dandanan ala-ala kondangan?
Mungkin bagi orang lain itu hal yang sangat aneh dan itulah yang sedang Kimmy rasakan. Ia menundukkan kepalanya, meremas gelas plastik ditangannya.
Reyvan memang gila!
Ingin sekali Kimmy memaki pria itu, bisa-bisanya Reyvan membawa Kimmy duduk di pinggir jalan minum kopi starling.
Sturbuck keliling.
Tapi mau bagaimana pun, harusnya Kimmy berterimakasih pada Reyvan. Karena dia menolongnya tadi. Mungkin Kimmy masih meringkuk di depan rumah Sean jika Reyvan tidak datang.
"Udah mendingan?" Suara Reyvan menginterupsi Kimmy, ia menoleh menatap pria itu yang sama tengah menatapnya.
Lagi-lagi, Kimmy merasa tersihir oleh sorot mata Reyvan. Terkadang menyeramkan tapi juga meneduhkan, seperti saat ini Kimmy merasa nyaman memandangi wajah Reyvan.
"Gak usah ngelamun, ada mba kunti di atas."
"Hah?" Kimmy membulatkan matanya, ia refleks mendongak. Tapi tak menemukan apa punn kecuali pohon yang cukup lebat. "Mana?" tanya Kimmy yang masih penasaran.
"Kenapa? Lo mau ajak dia collabs?
Hah maksudnya? Kimmy mengernyitkan dahi, bingung dengan jawaban Reyvan yang malah balik bertanya. Gak jelas emang! "Maksud lo?"
"Kali aja lo mau collabs bareng, nangis di pojokan." Reyvan terkekeh, melihat wajah Kimmy berubah masam. Bahkan abang penjual kopi saja sampai ikutan tertawa.
"Jayus lo!" tukas Kimmy, memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia menyeruput kopi yang mulai dingin. "Pahit!" Kimmy meringis ketika rasa pahit membekas di lidahnya. "Lo pesenin gue kopi pahit lagi? Lo kan tahu gue gak suka!" omel Kimmy.
"Lebay," cibir Reyvan.
Kimmy mendelik, tangannya sudah gatal ingin menumpahkan kopi ke wajah Reyvan. Cowok nyebelin!
"Terserah," balas Kimmy, enggan menggubris Reyvan.
Keduanya pun saling diam, kembali dengan pikirannya masing-masing. Kimmy kembali merenungi nasibnya yang malang, ia baru saja didepak dari rumah tunangannya.
Eh salah, ralat. Mantan tunangan lebih tepatnya karena mama Sean sudah memutuskan pertunangan Kimmy dan Sean.
Kimmy tersenyum kecut, hidupnya begitu pelik. Masalah datang silih berganti, membuat pertahanannya semakin hari semakin goyah. Terkadang terlintas pikiran untuk mengakhiri hidup, terlalu lelah menghadapi kenyataan yang tak pernah berpihak kepadanya. Tapi Kimmy sadar, jika ia mati penderitaannya tak akan pernah usai. Bisa saja ia akan mendapat ganjaran lebih buruk di alam baka.
"Hidup itu kaya kopi. Kadang manis juga kadang pahit," celetuk Reyvan, matanya masih menatap ke jalan raya di depannya. Memandangi hilir mudik kendaraan dengan sorot lampu yang menyilaukan mata.
Kimmy menoleh, memandangi Reyvan. Ia masih diam menunggu Reyvan kembali bicara.
"Meski kopi itu pahit tapi masih bisa diminum. Terkadang hidup juga begitu, hidup kadang pelik, tapi kita pasti bisa melaluinya. Hanya butuh sebuah perjuangan dan keberanian serta tekad yang kuat." Reyvan menoleh, menatap Kimmy. "Jangan pernah punya pikiran untuk menempuh jalan sesat, selagi lo masih punya peta untuk kembali ke jalan yang benar."
Kata-kata Reyvan seperti cambuk bagi Kimmy, mendobrak pertahanan diri Kimmy. Jika sebelumnya Kimmy membenci Reyvan, entah kenapa kali ini Kimmy justru menganguminya. Apa Kimmy mulai tidak waras?
KAMU SEDANG MEMBACA
Secangkir kopi Cinta
HumorAkibat kejadian satu malam, kini Kimmy terjebak dalam sebuah ikatan perjanjian dengan pria asing. Pria menyebalkan yang memiliki sihir di bola matanya, mampu menghipnotis Kimmy untuk menuruti setiap keinginannya. Pria itu bernama Reyvan. Reyvan, pr...