Bab 10

588 63 2
                                    

Nami terus meronta dan menangis sekuat apapun ia ingin melepaskan diri dari lelaki ini tetap tidak bisa karena tenaganya kalah kuat, ia hanya seorang gadis yang lemah jika di bandingkan dengan seorang laki-laki.

Nami masih berusaha meronta tapi hasilnya tetap sama sepertinya ia harus pasrah dan hidupnya akan hancur malam ini.

"Tenanglah gadis man——"

Plakk...

Ucapan lelaki terhenti saat kepalanya di lempari batu kecil oleh seseorang. Laki-laki itu menoleh menatap seseorang tengah berdiri tak jauh dari mereka.

"Yakk... Apa yang kau lakukan?"

"Lepaskan dia."

Lelaki itu tertawa. "Waaah kau berniat ingin jadi pahlawan..." Lelaki itu melepaskan Nami dan menghampiri orang itu. "Sepertinya aku punya dua gadis manis malam ini."

"Ahjussi aku bukan gadis manismu... Dalam hitungan ketiga polisi akan datang."

Gadis itu mulai mengangkat tangannya keatas dan mengacungkan tiga jarinya, gadis itu mulai menurunkan jari pertama.

"Kau kira aku akan percaya."

Gadis itu menurunkan jari kedua dan saat jari ketiga turun. Langsung terdengar suara sirine mobil polisi.

Lelaki itu terkejut ekpressi wajahnya langsung berubah. "Yakk.. Kau! awas kau gadis sialan."

Dengan cepat lelaki itu lari dan masuk ke mobilnya, dan kabur secepatnya.

Nami bersyukur hidupnya tidak jadi hancur malam ini, gadis itu tersenyum meskipun air matanya masih menetes. Nami burusaha berdiri tapi tidak bisa kakinya masih lemah masih syok karena kejadian barusan.

Gadis itu langsung menghampiri Nami. "Kau tidak apa-apa?"

"Aku tidak apa-apa, aku hany—— Eoh..." mata Nami terbelalak begitupun gadis itu.

"Han Yuri."

"Choi Nami."

Ucap mereka secara serentak.

Sekarang Nami sedang duduk di halte bus dengan gadis yang sudah membantu yang ternyata adalah Han Yuri. Teman satu sekolahnya di jepang dulu meskipun Yuri hanya bersekolah di jepang satu tahun, dan tiba-tiba pindah.

"Terima kasih Yuri-ah."

"Tidak masalah, tapi apa yang kau lakukan di luar malam-malam?"

Nami terdiam beberapa saat, melihat ekpressi Nami, Yuri sadar kalau gadis itu ada sedikit masalah.

Nami menarik nafas dan kembali menghembuskannya. "Aku hanya mencari udara segar... Kau sendiri apa yang kau lakukan malam-malam begini?"

Yuri menunduk. "Aku baru selesai bekerja paruh waktu."

"Nee? Bekerja??."

"Mmmm, Ayahku bangkrut jadi aku harus mencari uang sendiri sekarang."

Nami mengangguk. "Mungkinkah karena itu kau tiba-tiba kembali ke korea?"

Yuri mengangguk. Nami hanya bisa menatap Yuri tanpa bisa berkata lagi.

Yuri berdiri. "Hari semakin larut, sebaiknya kau pulang..." Yuri tersenyum. "Aku juga akan pulang."

Nami bingung tidak tau harus kemana, dia tidak mau pulang ke apartemen lelaki pucat itu. Akan sangat memalukan jika ia pulang dan lelaki itu masih ada di rumah lebih baik Nami pulang besok pagi.

Nami langsung berdiri. "Yuri-ah tunggu..." Nami berlari menghampiri Yuri. "Boleh aku ikut bersamamu?"

"Nee?"

My Frist LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang