Gelisah

233 24 4
                                    

Dream

Qishan Wen telah hancur, kejayaan dan kekuatan yang mereka miliki tak sanggup melawan api perjuangan yang dilapisi oleh rasa kebenaran. Wen Rouhan yang menjadi tonggak kekuatan telah mati ditangan orang kepercayaannya, semua orang melantunkan sorak-sorak kegembiraan. Penindasaan dan penyiksaan yang selama ini mereka rasakan telah hilang, belenggu yang mengikat setiap gerak-gerik mereka telah lepas. Tak ada yang tidak merasakan kebahagian ketika perang yang telah menggugurkan banyak pejuang itu kini berbuah manis.

Tapi, pemuda yang memegang seruling dengan rumbai merah itu hanya diam, mengurung dirinya dikamar. Tidak berniat untuk merayakan keberhasilan mereka dalam menumpas habis Sekte Wen, padahal kekuatannya yang sangat hebat dalam mengendalikan mayat hidup sangat berjasa besar dalam memenangkan pertempuran. Setelah pertempuran selesai, ia pingsan karena kehabisan tenaga selama tiga hari, tapi semenjak bangun dari tidurnya seminggu yang lalu dia hanya diam dikamarnya.

Tidak mengikuti perjamuan malam yang bahkan secara khusus mengundangnya, seminggu lamanya dia hanya diam termenung dikamarnya. Tidak ada yang tau apa yang di fikirkannya, tidak ada yang tau apa yang membuat pemuda ceria itu memilih diam dengan sejuta misteri yang tidak sanggup mereka pecahkan.

" A-xian, kau tidak ingin keluar merayakan kemenangan kita? "

Suara halus dan lembut penuh kasih sayang itu menyapa indra Wei WuXian, Jiang YanLi masih setia membujuknya untuk keluar dari kamarnya, ia tau kalau dia sudah membuat kakak yang sangat di sayanginya ini khawatir, ia juga tau bahwa adik seperguruannya itu juga merasa cemas dengan sikapnya. Tapi kali ini dia ingin menutup mata dan berpura-pura tidak tau kekhawatiran mereka, fikirannya masih berkecamuk dengan segala mimpi yang didapatkannya saat koma seminggu yang lalu.

" Jie, aku baik-baik saja. Shijie tidak perlu khawatir!"

" A-xian, sudah seminggu kau mengurung diri. Tuan Muda kedua Lan sering menanyakanmu, kenapa tidak coba keluar dan menyapa mereka. A-cheng juga mencemaskanmu!"

Wei WuXian menarik senyum simpul, menyandarkan kepalanya dipangkuan kakak seperguruannya itu. Jiang YanLi sama sekali tidak menolak bahkan mengusap lembut helaian rambut adiknya. Walaupun Wei WuXian sudah beranjak dewasa, tapi ia masih menganggap kalau Wei WuXian tetaplah adik kecilnya yang akan menangis ketika bertemu anjing.

" Jie, aku akan tetap berada dikamar malam ini. Shijie tidak perlu khawatir, pergilah menyambut tamu diluar! " Jawab Wei WuXian

" Bagaimana aku tidak khawatir jika A-xianku terlihat sangat murung seperti ini? "

" Aku tidak akan murung lagi kalau Shijie memasakkan akar teratai untukku!"

Jiang YanLi tersenyum mendengar ucapan adiknya, karena Wei WuXian sama sekali tidak bisa dibujuk untuk keluar kamarnya, akhirnya Jiang YanLi memutuskan untuk mengalah dan keluar dari kamar pemuda itu, kembali mengemban tugasnya sebagai tuan rumah dan menyambut tamu yang datang. Wei WuXian menatap kepergian kakak yang sangat disayanginya dengan tatapan nanar, bagaimana mungkin dia akan tega membunuh kakak nya itu dimasa depan kelak? Bagaimana mungkin dia akan berani membelot dan berkhianat dari YunMeng Jiang yang telah membesarkannya selama ini? Dan bagaimana mungkin adik seperguruannya itu akan menusukkan pedang kepadanya? Ini sama sekali tidak masuk akal, seharusnya dia tidak menganggap serius masalah mimpi itu.

Lan Wang Ji mengedarkan manik emasnya keseluruh ruangan perjamuan malam, mencari sosok pemuda yang selama ini selalu menjadi alasan kecemasan dan kekhawatirannya. Sudah seminggu semenjak pemuda itu siuman dari koma, tapi Lan Wang Ji sama sekali tidak pernah melihatnya, baik itu diperjamuan malam atau diskusi pembagian wilayah kembali. Lan Wang Ji bahkan sudah bertanya dengan Jiang YanLi kenapa pemuda itu tidak juga keluar dari kamarnya, tapi bahkan kakak yang sangat disayangi pemuda itu juga tidak tau apa yang sedang mengusik kepala adiknya.

DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang