1

13 0 0
                                    

"Nai ?" Yang di panggil nai menoleh tersenyum, dengan nama lengkap Calya Nailazaara Meuriz.

"Gimana ?" Timpalnya dengan lembut.

"Dengan jawaban kamu, soal perasaan saya ?" Naila tersenyum memegang lembut tangan lelaki yang sudah menunggu jawabannya.

"Maaf mas saya tidak bisa, saya masih menunggu dengan orang yang sama" lelaki itu pergi meninggalkan naila tanpa kata. Naila memang tidak enak sudah menolaknya, tapi dia memang tidak bisa memberikan perasaannya kepada orang lain.

"Wah pridona kita habis nolak orang ni. maaf mas saya tidak tidak bisa, saya masih menunggu dengan orang yang sama" timpal perempuan yang suka membuat onar, mengejek perkataan Naila. Ya dia Arabella Nara Xvneva, Naila terdiam membuat orang tertawa mengejek dan ada yang merasa kasihan ingin membela.

"Apa liat-liat ? Gak suka ? Murahan, lo Tu murahan tapi orang gak tau diri lo murahan. Terlalu takut menampakkan jati diri lo sebenarnya. Pagi jadi mahasiswa malamnya jadi pelacur" Naila terdiam dengan perkataan ara yang cukup membuat dirinya sakit hati.

"Apa ? Mau marah ? Gua cuma becanda kali, terlalu ambil hati. Ayok guys jalan, muak deh liat muka bekantan mukanya serius amat" ara dan 3 temannya Wina, yolan, dan orin berjalan keluar menyenggol dan menginjak kaki naila tertawa kegirangan.

"Kamu berhenti" seisi loby terdiam, rektor telah melihat pembullyan yang banyak diadukan oleh mahasiswa.

"Ikut saya, dan kamu juga ikut saya sekarang" rektor menunjuk ke arah Naila dan ara. Dengan santainya ara mengikuti rektor dan masih sempat menyenggol bahu Naila. Semua yang melihat masih berbisik-bisik penasaran.

"Duduk" ucap lelaki yang sedang memperhatikan Naila dan ara ketika memasuki pintu yang di suruh rektor. Seketika keduanya terpaku menatap ketampanan lelaki tersebut.

"Kamu Cayla Nailazaara Maurez ? Sudah berapa lama jadi korban pembulyan ? Tidak perlu takut dengan ancaman, katakan saja" ara memutar bola matanya, merasa kesal dengan Naila yang masih diam saja. Kalau di tanyak jawab, terserah mau di jawab jujur atau nggak.

"5 tahun" jawab ara. Lelaki itu terdiam, mengernyitkan dahi seolah meminta penjelasan.

"Saya satu SMA sama dia pak" jelas ara membuat lelaki tampan tersebut mengerti.

"Sekolah dimana kalian dulu ?"

"SMA elit bina bangsa" jawab ara.

"Baik kalian sudah bisa keluar dari ruangan ini" ara dan Naila mengernyit heran, masa sih cuma di tanya itu aja.

"Pak, bapak dosen apa ?" Tanya ara penasaran.

"Saya bukan dosen, tapi saya yang punya kampus ini. Saya kesini ingin melihat keadaan kampus dan sosial nya, ternyata masih saja ada yang suka membully" ara menaikkan satu alisnya dan maju mendekati lelaki tersebut. Ara tersenyum saat membaca nama pemilik kampus ini Alvarendra Davian Maxen.

"Dan saya yang punya sekolah elit bina bangsa" ucap lelaki tersebut. Ara berdeham menatap lekat, hingga ara berbisik.

"Alvarendra Davian Maxen, gua nggak akan takut sama lo" ara meninggalkan Davian yang sudah menahan geram karena ara sudah bertindak tidak sopan dengannya.

"Alvarendra Davian Maxen, gua nggak akan takut sama lo" ara meninggalkan Davian yang sudah menahan geram karena ara sudah bertindak tidak sopan dengannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Ootd ara pergi ke kampus)

(Ootd ara pergi ke kampus)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Ootd Naila ke kampus)

(Ootd Naila ke kampus)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


(Ootd davian)

MEMILIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang