Secret Story of Alice | Part 1 - Tulus

4 2 0
                                    

🦇

"Memberi tanpa mengharap balasan"
_______________________________

"Penghasilan perbulan, berapa banyak?"

"Penghasilan–perbulan?"

Melihat gadis di hadapannya mengangguk, Sean bagai tersambar petir–seluruh tubuhnya menegang, kepalanya mendadak pening. Ia harus menjawab apa jika ditanyai tentang penghasilannya? Sean tidak pernah terpikir untuk menghitung seluruh penghasilannya apa lagi berpikir akan mendapat pertanyaan semacam ini dari calon istrinya.

Pertanyaan seperti ini jelas jauh lebih sulit dibanding dengan pertanyaan rumus fisika yang dulu ia kerjakan.

"Sean?"

Sean tanpa sadar menghela nafas berat lalu memutuskan untuk menatap Alice tepat di kedua netra indahnya, dengan ragu ia menjawab "Saya nggak pernah kepikiran buat ngitung sih"

Alice mengangguk ragu. Lantas jawaban Sean membuatnya ambigu, apakan penghasilan Sean terlalu banyak untuk di hitung atau penghasilannya tidak begitu banyak hingga Sean enggan menghitungnya?

Tapi, jika di lihat dari penampilan Sean–setelan jas hitam formal yang terlihat mahal, sepatunya pun terlihat mahal, jam tangan yang juga terlihat mahal–jam tangan!?

Alice menunjuk pergelangan tangan Sean yang berada di atas meja, "Ini berapa?"

Sean mulai berpikir jika gadis di hadapannya ini mata duitan, hanya mengincar hartanya. Tapi, bukannya ini terlalu jelas?

"Kenapa kamu antusias banget dengan uang saya?"

Alice yang mendengarnya tidak tampak goyah bahkan tidak tersinggung, lalu Alice berdehem karena tenggorokannya lumayan kering "Kita–" Alice menghela nafas "Kita menikah karena saya di paksa sama mama saya, kamu juga mau nikah sama saya karena kamu anak yang penurut sama orang tua, saya tahu itu" Tangan Alice mengangkat topi untuk merapikan poni  ke belakang "Hear me, ayah saya meninggal dalam keadaan mengenaskan. Dia di bunuh sama istri keduanya"

Lagi, Alice menghela nafas "Ayah saya selingkuh karena selama ini dia hidup di biayai oleh mama. Dia merasa malu karena penghasilan mama jauh lebih banyak"

"Saya nggak mau bernasib sama dengan orang tua saya, bertengkar hanya karena uang terlalu menyedihkan. Juga, saya anak tunggal yang nggak ada temen di rumah, setiap hari hanya bisa denger mereka teriak-teriak. Saya juga nggak dekat dengan mereka, keduanya hanya sibuk cari uang yang katanya untuk saya tapi saya bahkan tetep nggak bisa beli apa yang saya mau. Saya mau baju bagus, saya mau makan makanan enak di mall, saya mau jalan-jalan, saya mau beli banyak hal dan nggak bisa" sekali lagi Alice menghela nafas "Setidaknya saya mau bahagia sama pasangan saya, saya mau bahagia hanya sama kamu, saya mau kita bisa bahagia sama-sama, nggak ada pertengkaran walaupun saya tahu kalau di dalam rumah tangga pasti akan ada yang namanya selisih pendapat. Tapi, saya harap setidaknya kita nggak akan bertengkar hanya karena uang kalau kamu punya penghasilan yang nggak akan habis sekalipun kamu dan saya nggak kerja––"

"Kamu mau bahagia sama saya?"

Alice lumayan dibuat terkejut dengan pertanyaan Sean, namun dia malah terkekeh "Kamu menawarkan atau hanya bertanya?"

"Saya menawarkan kamu dengan bertanya, jadi keduanya. Kamu mau bahagia sama saya?"

Jangan buat Alice berharap sepenuhnya dengan pria asing ini!

Alice menaruh siku di atas meja lalu menyandarkan rahangnya pada punggung tangan, "Saya nggak mau berharap dan berakhir kecewa"

"Apa itu artinya saya di tolak?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

dollarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang