Pertengahan Musim Dingin, 2005
Bel akhir terdengar di koridor. Seluruh kelas menghela nafas dan mengeluh atas kelelahan mereka sessat setelah itu. Aku bahkan tidak mendengarkan apa yang guru itu ajarkan dan hanya melamun sepanjang jam pelajaran.
"Sugawara-san, bisa dengarkan aku sebentar."
"Apa maumu?"
"Aku sebagai ketua kelas tidak bisa membiarkanmu bertingkah seenaknya dengan membolos, terlambat atau bahkan tidak mengikuti pelajaran dengan baik."
"Lalu?"
"Kita sudah kelas tiga, bisakah kau memikirkan masa depanmu sedikit."
Seluruh kelas melihat kearahku, jujur saja itu membuatku sedikit kesal.
Aku berdiri dan berkata dengan nada sarkas, "Terima kasih, aku akan mempertimbangkan itu."
Aku meninggalkan kelas dengan kesal lalu pergi menuju gerbang sekolah. Aku bahkan tidak peduli apa yang mereka katakan padaku.
"Sugawara-san dengarkan dulu." Ia mengikutiku .
Kalimat itu mempercepat langkahku.
Dia berlari dan menangkap tanganku.
"Sugawara-san, kelulusan hanya menghitung bulan dan Ennoshita-san ingin kita semua lulus."
Aku berbalik badan dan berkata, "Apa yang kau harapkan dari seorang berandal dan pembolos ini? Sekarang permisi, ada seseorang yang harus aku temui."
Aku menarik tanganku dan melangkah menjauh. Aku menarik sepedaku yang diparkirkan di samping gerbang dengan kerut didahi dan seribu kata makian bergumam dimulutku.
Seperti hari lainnya, aku pergi ke rumah sakit untuk mengunjunginya. Dengan dua buah shortcake yang aku beli dari toko kue ditanganku aku mengetuk pintu kamar rawatnya.
"Siapa?"
"Ini aku Eita."
"Masuklah."
Aku membuka pintu dan melihat kamar yang mulai tidak asing bagiku dengan seorang gadis yang aku cintai duduk diatas kasur memakai piyama bermotif bunga Chrysanthemum tersenyum padaku. Badannya mungil, rambut hitamnya yang panjang terurai diputihnya kasur rumah sakit, dan senyum polos mewarnai wajahnya yang putih layaknya boneka keramik.
"Maaf membuatmu menunggu."
Dia menggelengkan kepalanya, "Meskipun terlambat aku senang kau ada disini." Ucapnya.
"Aku membawakanmu Shortcake."
Aku membuka kotak yang berisi shortcake dan menaruhnya di piring kecil yang ada di meja kecil.
"Terima kasih, Eita."
Aku menarik kursi yang ada diujung ruangan dan duduk disamping kasurnya.
"Bagaimana keadaanmu?"
"Sedikit membaik." Ucapnya sembari memegang piring.
Dia sudah berada disini hampir satu tahun dan masih belum pulih. Dia adalah teman masa kecilku sekaligus kekasihku dan kami bersekolah ditempat yang sama dari taman kanak-kanak. Dia menjadi kekasihku saat kami berada dikelas 3 SMA. Semua berjalan baik sampai ia jatuh sakit dan aku diskors setelah dituduh memulai pertengkaran disekolah. Semua mulai memandang buruk padaku setelah kejadian itu dan aku mengulang kelas.
"Nee.... Kamu masih sekolah dengan benar, bukan?"
"Ya, aku akan lulus sebentar lagi."
Aku berbohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely Lily
Short StoryKalau semuanya berakhir dan hanya menyisakan harapan. Maka, apa makna hidupku selama 20 tahun ini?