Bab 5

7.6K 737 24
                                    

Jakarta, sebelas tahun lalu.

"Moza."

Aku yang baru masuk rumah, menoleh. Menemukan Jojo yang sedang duduk sendiri di sofa ruang tamu. Dia tampan seperti biasa. Dengan celana panjang dan kemeja krem lengan panjang yang dilipat hingga siku. Ransel kuliahnya tergeletak di atas meja. Kuurungkan naik ke kamar dan memilih menghampirinya.

"Hai, tunangan!" Tanpa pikir panjang, aku langsung duduk di sebelahnya. "Kangen banget ya, sampai nyamperin aku ke sini? Padahal nanti aku mau ke rumah Budhe lho. Eh kamu udah ke sini duluan."

Dia tidak bergeming. Bahkan hanya melirik sekilas, seolah aku hanya kuman. "Apalagi sekarang?"

Keningku berkerut. "Apanya yang apa?"

Dia menegakkan duduk. Kini, memandangku dengan tatapan tajamnya yang tak pernah santai padaku. "Kamu dari mana?"

Ah, aku paham sekarang kenapa dia kelihatan kesal. "Nemuin itu temen kuliah kamu."

"Kenapa?"

"Karena kemarin dia posting foto selfie kalian berdua di Facebook."

"Kenapa?"

"Masa udah bertahun-tahun, kamu masih nanya sih Jo?" Aku menjawab dengan santai. "Aku nggak suka. Aku nggak pernah rela kamu dekat dengan cewek mana pun, kecuali Shei dan semua sepupu kita. Aku nggak suka, kamu tahu itu."

Dia menggelengkan kepala. "Makin sakit, kamu."

"Emang." Aku berdiri, masih menatapnya tanpa takut sedikit pun. "Dan itu karena kamu. Kalau kamu nggak macam-macam, aku nggak bakal nekat kayak gini."

Sebelah alisnya terangkat, menatapku. "Yakin, kamu nyalahin aku? Setelah semua yang aku lakukan?"

"Emangnya kamu lakuin apa? Kamu bersedia tunangan dan tetap kuliah di kota ini, ternyata nggak ada bedanya. Kamu tetap deket sama banyak perempuan. Kamu tahu aku nggak suka itu."

"Dan menurutmu, aku harus membatasi pergaulan, hanya karena keegoisan kamu?"

"Aku nggak pernah larang, asal jangan cewek."

Dia langsung bangkit berdiri dan menajamkan tatapan. Satu tangannya mencengkeram bahuku. "Ini hidupku, kalau kamu lupa."

"Dan milikku." Aku menyambung.

"Jangan semakin melewati batas, Moza. Kamu tahu, selama ini aku sedang menahan semuanya. Dan kamu juga tahu, sebenarnya aku bisa melakukan semua yang kumau." Wajahnya mendekat hingga hanya berjarak beberapa sentimeter dari wajahku. "Bahkan membuang kamu pun, aku bisa."

Mataku membelalak. "Ka-kamu ... mau buang aku?"

Senyumnya tersungging. Aku agak gemetar karenanya. Senyum itu, merupakan seringai yang jarang sekali dia perlihatkan pada orang lain.

"Tunggu di waktu yang tepat."

Dia pergi setelah itu. Aku mematung untuk beberapa saat, sebelum berderap naik dan membanting pintu kamar. Apa tadi katanya? Dia mau membuangku? Membuang Moza Aurelia? Setelah dia membuatku jadi seseorang yang penuh obsesi di dalam kisahku sendiri? Jangan harap!

Kulempar tas di atas kasur, kemudian berjalan menuju nakas. Dari laci bawah, aku mengambil sebuah kotak kayu berukuran sedang. Kubuka gemboknya, dan mengeluarkan beberapa buah buku dari dalamnya. Mereka adalah buku harianku. Rekaman dan saksi bisu bagaimana rasaku yang menggebu-gebu pada kakak sepupuku sendiri.

Sejak kapannya aku lupa, karena itu sudah sangat lama dan nyaris tak kusadari sama sekali. Hanya saja, sejak kecil aku memang selalu berputar di sekelilingnya layaknya satelit. Tapi Jojo tak pernah mau menjadi planetku. Dia, dengan segala sifat dingin dan jahatnya, selalu mengusirku dekat dengan berbagai cara. Termasuk ketika kami sudah remaja, mencoba dengan gadis-gadis lain. Yang tentu saja bukannya membuatku menyerah, namun aku memukul mundur mereka semua dengan segala cara yang kupunya.

Bahkan dengan memanfaatkan kebaikan semua orang di keluarga kami termasuk Budhe Indri, aku berhasil membuatnya tak punya pilihan lain selain menerima pertunangan kami. Sebuah tali yang mengikatnya denganku, beberapa hari setelah dia lulus SMA. Ya, aku juga menggunakan kelemahannya yang tidak pernah berani melawan permintaan ibunya. Betapa beruntungnya aku, yang sangat disayangi orang tuanya layaknya Sheila. Licik? Kuakui. Tapi, tidak ada yang salah dalam mendapatkan cinta, bukan?

Ini tahun pertama dia kuliah. Kupikir, dia akan menjadi lebih mudah kukuasai setelah kami berubah status. Nyatanya? Dia tetap berteman dengan banyak gadis. Bahkan, tak jarang aku menemukan fotonya diposting di beranda Facebook beberapa gadis. Atau bahkan saling berbalas komentar yang akrab dan hangat. Mana mungkin aku diam saja, bukan?

Seperti hari ini. Seorang gadis dengan berani mengunggah foto selfie mereka. Aku tahu Jojo tidak tertarik padanya—bisa kulihat dari caranya memandang. Tapi, antisipasi itu adalah keharusan untukku. Mungkin dia belum tertarik sekarang, tapi bagaimana dengan besok atau di waktu yang akan datang? Aku tidak mau kecolongan. Jadilah aku tadi melabraknya dan membuat gadis itu terpaksa mundur.

Bagaimana caranya? Jangan penasaran. Nanti kamu takut denganku.

***

Fyi, yang nggak sabar nunggu, sudah ada versi PDF atau di Karyakarsa ya. Thanks ♡

Direpost 11 Maret 2022

Oh iyaa, aku ada promo nih.

PROMO 12.12 PDF Septi Nofia Sari

Khusus hari ini, ada promo diskon 50% untuk semua judul PDF kecuali Favorite Person dan Cinta dalam Diam. Promo berlaku untuk chat yang masuk sebelum pukul 23.59.

Yuk jangan sampai ketinggalan.

Direpost 12 Desember 2023

Mōichido (Repost Still Full)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang