Anachael 01

50 25 80
                                    

Selamat membaca
.
.
.
.

Seorang gadis balutan piyama corak monokrom tengah duduk di balkon kamarnya. Ditemani dengan secangkir kopi susu dan sebuah benda kecil menyerupai tabung parfum. Sesekali ia mengeluarkan gumpalan asap dari benda tersebut.

Angin malam menerpa wajah sang gadis ini. Rambutnya yang sebahu bergoyang mengikuti arah angin. Menatap lalu lalang kendaraan yang cukup ramai melintas dijalan raya dengan tatapan kosong. Entah apa yang ada dalam pikiran gadis ini.

Selang beberapa menit, sang gadis ini menengadahkan pandangannya keatas menatap gelapnya langit malam tanpa gemerlapan cahaya sedikitpun. Gadis ini tersenyum miring, kemudian menurunkan kembali pandangannya dengan menatap semula lalu lalang kendaraan.

Tok....
Tok......

Pintu kamar terbuka dan langsung menampilkan seorang wanita paruh baya yang tengah membawa nampan berisikan makanan dan susu.

"Makan dulu non, bibi udah buatin non sarapan nih," ujar wanita paruh baya itu yang pasti itu adalah asisten rumah sang gadis ini.

"Tarok aja dimeja itu bi, entar aku makan," balas gadis itu. Asisten rumah gadis ini langsung menuruti ucapannya. Beliau meletakkan nampan tersebut diatas meja belajar sang gadis ini.

"Non dimakan yah non," pinta asisten itu. "Bibi buatin yang paling enak non, habisin yah non," lanjut wanita paruh baya itu hanya untuk mengingatkan gadis ini.

Gadis itu mengubah posisi duduknya menjadi berdiri lalu mendekat kearah sang bibi "Yang bilang makanan bibi gak enak siapa bi?" ujar gadis itu sambil menatap sayu kedua mata sang bibi.

"Eum anu non itu itu loh,---"

"Iya, nanti aku makan yah bi," kata gadis itu yang diakhiri dengan senyumnya. Melihat dia tersenyum membuat keadaan yang awalnya sedikit tegang menjadi lega seketika.

"Ya sudah non, bibi tinggal dulu yah. Kalo ada apa-apa panggil bibi aja yah non," Gadis berambut sebahu ini mengangkat tangannya seraya membentuk 'oke' dengan jarinya.

Wanita paruh baya itu meninggalkan sang gadis yang masih menatap kepergiannya. Setelah melihat pintu kamar yang telah tertutup rapat, gadis itu melirik nampan yang berada diatas meja. Gadis itu mendekati meja belajarnya kemudian menjangkau nampan yang berisikan makanan tersebut.

Menggeser kembali sofa yang berada di balkon kamarnya, gadis berpiyama monokrom ini mendaratkan kembali bokongnya diatas sofa tersebut sembari memegang nampan. Mungkin, makan dengan cara begini akan lebih nikmat. Gadis itu mulai menyantap makanannya sesekali melirik lurus kedepan tepatnya pada lampu kendaraan yang berlalu lalang.

Kenikmatan makan berhasil didapatkan oleh gadis ini setelah beberapa hari yang lalu ia kontak. Selang beberapa waktu, tiba-tiba sebuah cahaya menyala disampingnya tepatnya pada benda berbentuk pipih. Ia menjangkau benda pipih tersebut. Entah apa yang membuat gadis ini tersenyum samar dan pasti diyakini itu mungkin pesan dari seseorang yang dekat dengannya. Dengan cepat, gadis ini menarikan jarinya dilayar ponselnya.

10 menit gadis ini tampak berkutat dengan ponselnya dan pada akhirnya gadis ini memutuskan untuk meletakkan kembali benda pipih tersebut ketempat awalnya.

"Makasih, aku pasti bakal lakuin itu semua," monolog gadis ini.

Hari sudah semakin larut malam dan gadis berkulit putih ini masih setia menduduki dirinya disebuah sofa sembari menatap lurus lalu lalang kendaraan. Akhirnya gadis ini memutuskan untuk segera mengistirahatkan tubuhnya karena rasa kantuk yang sudah mulai menyerang.

AnachaelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang