#12

556 92 9
                                    

War merapihkan berkas dan semua kerjaannya. Dia menengok jam tangan dan mendesah kecil. Seperti biasa, dia akhir akhir ini suka lupa waktu kalau sedang focus bekerja.

Ini sudah pukul 8 malam dan ia yakin hampir semua orang di kantor telah pulang.

Dia menutup pintu dan bergegas berjalan ke arah lift.

"war.." langkahnya tertahan, dia menoleh pelan. Kenal sekali, suara itu, siapa lagi pemiliknya jika bukan seseorang yang bekerja disebrang ruang kantornya.

Hanya saja, dia sedikit heran. Mengapa dia belum pulang? Tak mungkin jika pria itu menunggunya, bukan?

dahi war mengerut menunggu dia mengatakan sesuatu setelah memanggilnya, namun dia hanya diam menatapnya dengan aneh.

War menaikan bahu, berbalik ke depan mengabaikannya. Lagipula dia harus buru buru ke rumahnya soalnya dia masih harus bebenah.

Dia masuk ke dalam lift, alisnya naik sebelah melihat pria itu ikut masuk. Namun war tetap mengabaikannya.

Ponsel berdering, war bergegas mengangkatnya.

"euh ada apa james?"

"....."

"sorry, aku tidak bisa pergi. Rumahku masih berantakan aku harus segera membereskannya."

"....."

"Tidak, tidak perlu. Aku bisa mengurusnya sendiri."

"....."

"oke thanks."

war menyelipkan ponsel ke saku celananya dan berjalan keluar saat pintu lift terbuka.

Dia berjalan ke depan mencari taxi. Bukan, bukannya dia tidak punya mobil, mobilnya kebetulan dia tinggalkan di rumah ayahnya dan dia belum sempat mengambilnya lagi.

"kau menunggu taxi?" terdengar suara disampingnya.

War sedikit terkejut, dia hampir lupa jika sejak tadi dia masih mengikutinya. Entah mengapa war bisa lupa keberadaannya.

Dia menengok sejenak dan mengangguk.

"Kau hebat sekali dalam mengabaikanku, hmm?" katanya sambil mendesah, lantas tertawa kecil membuat war menoleh lagi. Namun war tidak menjawab.

"ayo pulang denganku." pintanya. war menggeleng.

"tidak, terimakasih. Aku bisa pulang sendiri." balasnya kecut.

Yin memercak pinggangnya dan tersenyum simpul. "kukira kau sudah setuju untuk pulang ke rumahku?"

"kau yang menyimpulkan sendiri, aku tidak pernah mengatakan apapun."

"baiklah, kalau begitu aku akan menunggu."

dahi war mengerut heran. "menunggu apa?"

"menunggumu."

war geleng geleng dan focus ke jalan lagi. Dia kesal, mengapa jika saat dibutuhkan seperti ini taxi mendadak tidak ada yang lewat.

"ayo pulang denganku, war." pinta yin dengan suara lembut.

"atau aku bisa mengantarmu pulang, jika kau tidak mau ke rumahku."

war tetap mengabaikannya.

yin mendesah dan akhirnya pergi meninggalkan war sendirian.
war pun akhirnya bisa bernapas lega saat melihat dia pergi.

beberapa detik kemudian. Terdengar suara klakson mobil. war menoleh dan menemukan mobil yin sedang melaju kearahnya lalu berhenti dipinggirnya. Kaca mobil yin turun, "ayo naik. Please jangan keras kepala, okay?!" pinta yin dengan suara sedikit memohon.

•I saw you in my dream• [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang