Serial Family First – 01. Beli Pembalut
Penulis : Uniessy
Dipublikasikan : 2020, 11 Agustus
-::-
Tanggal merah gini, Fathul memilih untuk berdiam di rumah. Kedua orangtuanya sedang ke Semarang, menghadiri pernikahan kerabat mereka. Fathul males lah diajak pulang kampung, nanti dia ditanyain; Kapan wisuda?
Yaelah, masih lama, Bambang! Fathul kan baru semester empat!
Fathimah juga ogah lah diajak mudik, nanti dia sebel ditanyain mulu; Kapan nikah?
Yaelah, emang dikata nikah tuh kayak beli ciki di warung apa? Yang penting punya duit? Fathimah kan baru lulus kuliah, baru ngerasain dunia kerja, baru nyicipin uang hasil keringatnya sendiri. Jodoh mulu urusannya. Kan katanya, kalau jodoh pasti bertemu, bukan???
Kalau Fathiyah sih emang ngga bisa diajak mudik, padahal ini enak sih, libur tanggal merahnya kan hari Senin, jadi orangtua mereka berangkat dari Jumat sore, pulang bapake kerja. Tapi Fathiyah demam. Kayaknya kecapean ekskul paskibra. Sampe sekarang masih geletakan di kasur aja itu bocah.
"Lakes!"
Panggilan suara Fathimah sukses membuat Fathul mengalihkan perhatian dari ponselnya. Di rumah, dia memang dipanggil dengan nama Lakes, dari nama lengkap Fathul Lakeswara. Idenya Fathimah lah. Makanya, Fathul balas memanggil kakaknya dengan sebutan...
"Paan, Jayes?" respons Fathul yang sudah kembali melihat layar ponsel. Tadi itu nengok karena kaget, hehe.
Fathimah mendekat, "Tolong beliin pembalut dong."
Colekan tangan Fathimah di pundak Fathul, sukses membuat Fathul menggerakkan lengannya cepat-cepat.
"Dih, ogah," kata Fathul cepat. "Beli sendiri lah!"
"Kalau gue beli sendiri, ngapain mintol elu?" Jayes ngedeprok di samping adiknya, "Tolongin kek! Perut gue sakit banget neh! Kalau gue pingsan pas otewe ke minimarket depan, gimana?"
"Alig lo ah," Fathul jelas sebal. Drama banget ini mbaknya! "Mana ada orang sakit perut pingsan?!" Fathul menempelkan tangannya ke kening Fathimah. "Mana tuh, panas juga ngga!"
"Hadoh, tolongin kenapa?" Fathimah terlihat jengkel. "Gue bagi goceng deh, lumayan buat beli es bungeoppang!"
"Ngga. Males."
Tidak menyerah, Fathimah menarik kaos yang dikenakan adiknya.
"Fathuuul, Lakes, Waraaa!" kata Fathimah. Maksa ini sih. "Tolong dong. Males banget gue keluar harus pake jilbab dulu, pake gamis, pake kaos kaki, terus---"
"Berisik!" dumal Fathul. "Ya udah, mana sini?"
Telapak tangan Fathul membuka, menyuruh Fathimah agar meletakkan uang di sana. Selembar uang dua puluh ribu mendarat setelahnya.
"Ini, beliin pembalut yang merk-nya charming ya, isi tiga puluh yang extra maxi. Sisanya bisa buat beli es krim bungeoppang buat adeknya Mbak Fathimah Jayeswari yang cuwantiiik!"
Fathimah berkata dengan aegyo tertampil di wajah, kedua tangannya terkepal di bawah dagu, sepasang matanya mengerjap-ngerjap melihat adik lelakinya yang langsung berjengit. Jijik banget Fathul kalau Fathimah udah sok manis begitu.
"Makasih ya, ganteng! Nanti gue gorengin telor buat makan malem yaaa..."
Fathul mengelus dada begitu menutup pintu rumah. Dengan sandal jepit hitamnya, dia mengambil sepeda yang biasa dia pakai kalau mau ke minimarket depan komplek. Ini sepeda satu-satunya, jadi pakainya gantian. Siapa aja bisa pakai. Untuk kuliah, Fathul biasanya naik motor yang dibelikan Bapak untuknya.