Chapter 1: Mesin Pemotong Daging

64 7 4
                                    

Fani kira Seoul akan ramah kepadanya. Dia kira Seoul juga akan romantis kepadanya. Namun semua ekspetasinya menguap diudara saat dia dipermainkan takdir dengan lucunya.

Dia menginjakkan kaki disini dua bulan yang lalu untuk menimba ilmu di salah satu universitas swasta. Dia memutuskan untuk mencari pekerjaan part time karena tidak mau terlalu membebani Bapak di Solo, Indonesia.

Dan disinilah dia, bekerja disebuah toko roti kecil dikawasan kampusnya. Hari ini Fani mulai bekerja setelah kemarin dia datang dengan surat lamaran.

Ibu Sari, si pemilik toko langsung menerima Fani setelah tau kalau dia merantau untuk kuliah. Mungkin beliau tahu kalau kebanyakan mahasiswa memilih part time untuk bertahan hidup di perantauan.

Ibu sari asli Jakarta dan menikah dengan orang korea. Dia merintis toko ini 3 tahun yang lalu, untuk kesibukan katanya.

Fani bersyukur karena dia disambut baik hari ini, teman shift malamnya adalah Johnny, kakak tingkat dikampusnya yang sudah akan wisuda tahun ini. Dia punya badan yang sangat tinggi dan juga senyum yang manis.


Johnny dengan sabar menjawab semua pertanyaan yang Fani lontarkan karena banyak hal yang harus dia ketahui untuk pertama kalinya. Walaupun hanya bertugas di counter dan bahan baku mentah karena dia memang tidak berpengalaman dibidang pastry, tapi Fani merasa dia harus cepat beradaptasi supaya tidak menyusahkan orang lain disini.

Johnny bilang mereka berdua harus menyiapkan bahan baku untuk diproduksi pastry chef besok paginya setiap akan tutup toko. "Fan bisa tolong kamu ke gudang belakang gak? Ambil bahan-bahan buat produksi besok pagi, saya buatin list-nya sebentar ya", Fani langsung mengiyakan permintaan Johnny hitung-hitung sekalian dia mempelajari tempat ini.

Fani tidak tahu kalau toko ini punya gudang penyimpanan yang cukup besar dibagian belakang. Banyak jenis tepung dan juga mesin-mesin besar yang dia kurang tahu fungsinya. Mungkin nanti dia akan mencari tahu pelan-pelan.

Fani masih berkutat dengan catatan kecil yang diberikan Johnny padanya, dia sedang berjuang mencari jenis bahan yang ada di list itu. Tapi ada satu mesin yang menyita perhatiannya.

Fani sangat yakin kalau mesin besar disudut ruangan ini adalah mesin pemotong daging, tapi untuk apa mesin pemotong daging ada di toko roti? Apalagi dengan ukuran sebesar itu?

Rasa heran dan penasaran Fani membuatnya mendekati mesin itu. "Mesinnya terlihat bersih, berarti masih dipakai" fikirnya.

Dia mencium bau darah saat sudah semakin dekat dengan mesin itu. Saat sudah benar-benar ada didepan mesin itu, Fani melihat setitik kotoran(?) terselip didalam mesin itu.

Tangannya terulur untuk membersihkan kotoran yang mungkin bekas potongan daging itu, namun belum sempat tangannya menyentuh benda itu Fani dikejutkan dengan tangan besar yang menarik lengannya dengan kasar dari arah belakang. "Siapa kamu? Dan ngapain disini?" tanya orang itu.


Dia besar dan tinggi, berkulit putih pucat, rambutnya ikal dan berwarna cokelat gelap,wajahnya dingin dan mengintimidasi. Untuk sesaat Fani merasa takut dengan pria didepannya ini. "Hey! I asked you!" bentakan laki-laki itu menyadarkan Fani dari lamunannya.

"Ehm, saya karyawan baru yang masuk hari ini. Dan kamu siapa? Tentu bukan karyawan disini kan?" tanya Fani balik karena dia yakin partner kerjanya cuma Johnny saja. Apalagi pria ini hanya mengenakan hoodie hitam dan jaket denim warna senada, bukan seragam karyawan di toko ini.

WITNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang