Lost Boy

201 22 5
                                    

Hai! Kuharap kalian suka ya!

.

.
.

There was a time
When I was alone
Nowhere to go
And no place to call home

Aku bingung harus kemana.

Orangtuaku memutuskan untuk bertengkar dan berpisah, dan mereka juga tidak menginginkanku.

Aku berjalan dan membawa barang-barangku. Berat.

Aku ingin menuju ke rumah bibiku, tapi bibiku tinggal jauh dari Busan dan aku tak punya cukup uang. Semua keluarga yang kukenal tinggal jauh dari Busan.

Seluruh kehangatan dari keluarga kecilku, semuanya menghilang. Bahkan, seperti tidak pernah ada.

Sekarang, aku menyadari satu hal.

Aku sekarang sendirian.

Telah berjalan selama beberapa jam membuat kakiku serasa ingin patah. Sudah malam dan di luar sangat dingin.

Aku mendapat satu bangunan kosong, dan aku pun segera masuk ke dalam.

Tak ada kunci, yang berarti bangunan ini sudah tak berpenghuni.

Aku dulu takut sendirian, di dalam ruangan gelap tanpa cahaya. Tapi, sejak orangtuaku sendiri membuangku seperti sampah, aku harus bertahan hidup.

Aku memeriksa apakah ada orang yang tinggal disini, yang bernasib sama denganku.

Setelah tahu bahwa semuanya aman, aku menaruh barang-barangku di tempat yang aman, aku segera menyamankan diri di tanah yang keras itu, dan tak lama, aku terlelap.

Setelah matahari memutuskan untuk memunculkan diri, aku meregangkan diri akibat dari kerasnya tanah. Aku merasa bahwa aku akan berjalan-jalan sedikit dan berolahraga pagi.

Aku tak merasakan waktu berjalan sangat cepat, dan untung saja aku sudah menghafal jalan menuju 'rumah' sementaraku.

Tak sadar bahwa sudah malam, aku menikmati angin malam. Aku tahu itu tidak sehat, tapi untuk sekali saja, aku ingin merasakannya.

Aku merasakan tubuh besar menabrak samping tubuhku, tapi aku pikir itu hanyalah tiang. Tak banyak cahaya di jalanan ini.

Aku terus berjalan sampai ke belokan terakhir menuju barang-barangku, dan tiba-tiba seorang pria melempar tubuhku ke dinding.

Sakit.

Aku tidak tahu apa masalah mereka, tapi aku mencoba melawan. Aku menepis tangannya yang tadinya berada di leherku.

"Bocah tidak tahu diri!" pria penuh tato itu menatapku sombong dan rendah, "Kau berani menabrakku dan malah melawan?"

Aku hanya menatapnya tajam.

"Kau seharusnya meminta maaf, dasar bocah!!" dia melancarkan serangannya, dan aku tak bisa menghindarinya.

Mereka cuma berani jika bersama-sama. Dasar pengecut.

Aku hanya menahan sakit saja, tak ingin melawan. Jika aku melawan, aku pasti akan kalah dan aku tak ingin membuat masalah lebih panjang lagi.

Lagipula, sering dipukul oleh ayah tampaknya sudah membuatku kebal.

Setelah mereka selesai denganku, mereka segera pergi. Membiarkanku sendiri dengan luka memar di wajah dan tubuhku.

Aku jatuh dan bersandar pada dinding itu, mencoba meredakan rasa sakitnya untuk sedikit.

Lost BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang