Hidupmu seperti sudah hancur dan berakhir. Berkali-kali kamu terpikirkan untuk menyusul eommamu yang sudah tenang di surga. Tapi sekali lagi niatmu terurungkan setelah memikirkan bayi yang sedang kamu kandung. Seorang bayi yang tak bersalah. Kamu tidak mungkin mengorbankannya. Terlebih appa dan oppa mu yang pasti akan sangat terpukul jika kamu mengambil tindakan bodoh itu.
Setelah membaringkan tubuhmu di ranjang, kamu menatap langit-langit kamar dan mengusap perutmu pelan. Banyak hal yang kamu pikirkan. Hingga kamu memutuskan untuk tetap bertahan. Bertahan demi bayi yang kamu kandung, meski entah kondisi seperti apa lagi yang akan kalian hadapi nanti, kamu bertekad tetap akan bertahan.
Kamu masih menatap langit-langit dengan air mata yang mulai kering. Sekarang bahkan sudah pukul 3 pagi, dan kamu tak bisa sekejap pun memejamkan matamu. Bagaimana tidak, banyak hal yang menggelayut mengganggu pikiranmu saat ini hingga untuk memejamkan matapun rasanya sulit.
"Harusnya dari awal kau mengatakan semuanya Jung. Mengapa baru sekarang kau mengatakannya.. Hiks hiks" batinmu tak bisa menahan tangis lagi.
***
Pagi datang. Kamu tak kunjung tidur. Kini kamu bahkan sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk Jungkook. Sedangkan Jungkook? Setelah bangun Jungkook tak mendapatimu di kamar kemudian mengingat apa yang sudah terjadi semalam. Dia masih di atas kasur mengacak-acak rambutnya kasar mengingat kamu yang menangis semalam atas apa yang diucapkannya. Hingga tak lama dia pergi ke kamar mandi untuk bersiap pergi ke kantor.Ketika keluar dari kamar, Jungkook mendapatimu sedang duduk di meja makan dengan makanan yang sudah siap terhidang di atasnya. Jungkook mencoba mendekatimu dan duduk di depanmu hingga mengalihkan atensimu.
"Duduklah dan makan makananmu." ucapmu tanpa melihat wajah Jungkook seraya menuangkan nasi dan lauk di piringnya.
Jungkook melihatmu pucat bahkan lingkaran hitam yang terpampang nyata di mata sembabmu. "Kamu baik-baik saja?"
"Emmm.." Jawabmu hanya berdeham.
"Yn, aku... soal tadi malam....." ucap Jungkook terpotong.
"Makanlah dulu, aku tidak ingin membahasnya sekarang." katamu tanpa melihat Jungkook. Tentu bukan karna marah, kamu hanya tak berani menatapnya setelah pembicaraan panjang semalam. Kamu juga menyadari bahwa kamu tak punya hak marah padanya.
.
.
.***
Selang 2 bulan kamu menjalani rumah tanggamu dingin. Tak banyak sapa dan cerita yang kalian lakukan seperti sebelumnya. Kamu pun lebih sering memilih tidur terpisah dengannya. Hingga 3 bulan usia kehamilanmu tak pernah ada perhatian dari suamimu. Jungkook memang belum tau tentang kehamilanmu. Berat memang menjalani kehamilan di trimester pertama seorang diri. Hingga akhirnya tubuhmu tak lagi kuat untuk menanggungnya. Kamu terjatuh tak sadarkan diri ketika sedang mengunjungi ibu mertuamu di rumahnya, tentu tanpa Jungkook.Melihatmu terjatuh tak berdaya, eomma dan appa mertuamu langsung membawamu ke rumah sakit dan akhirnya mengetahui tentang kehamilanmu.
"Anakku hamil dok? Tapi dia tidak pernah memberitau kami." ucap eomma Jungkook pada dokter.
"Benarkah? Tapi putri anda sudah pernah memeriksakan kandungannya kesini 2 kali karna usianya juga sudah menginjak 3 bulan." jawab dokter heran.
Eomma Jungkook melihat ada yang tidak beres dengan rumah tangga anaknya. Mengapa selama 3 bulan tak ada yang memberitaunya bahwa kamu hamil, padahal kalian juga tau bahwa eommanya itu sudah menunggu kehadiran seorang cucu. Bahkan Jungkook juga tak pernah mengatakan perihal kandunganmu.
Setelah selesai berbicara dengan dokter, eomma Jungkook kembali ke kamarmu. Melihatmu terkulai lemas dengan selang infus yang tertanam di tanganmu membuatnya tak tega, menantu kesayangannya jatuh sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Reason
Fanfiction[Completed] Dari semua yang pernah datang, Kamu belajar bagaimana cara menggenggam tangan. Sedang dari semua yang memilih pergi, Kamu belajar untuk bisa mencintai lagi.