Bagian 1

338 49 12
                                    

An Haikyuu!! fanfiction

Furtify

Kuroo Tetsurou x Yachi Hitoka
Romance, angst, drama.
Warning : Character death. Tolong, jika konten ini terlalu sensitif, jangan dilanjutkan untuk membaca. Read on your own risk.

Status : on going.

Haikyuu!! © Furudate Haruichi

.
.
.

Furtify
Bagian 1

Yachi tak pernah berniat menangkap basah pemandangan di depannya. Dia hanya ingin pergi ke toilet setelah melakukan penghormatan terakhir pada mendiang. Yachi terlalu banyak minum air karena dia tidak tahu juga harus mengobrol apa disana. Teman-teman lelakinya memang dekat dengan Kuroo, tapi Yachi tidak begitu. Hubungan antar mereka sebatas profesionalisme.

Sekalipun saling mengetahui sejak SMA, Yachi dan Kuroo benar-benar mulai mengenal kala Hinata menghubunginya untuk bertanya, apakah dia mau menerima pekerjaan lepas waktu. Yachi menyetujui tawaran itu dengan Kuroo dan calon istrinya sebagai klien.

Yachi sendiri yang mendesain undangan pernikahan mereka.

Seperti film, senyum kedua orang itu berputar-putar di pikiran Yachi. Kuroo selalu berhati-hati untuk bertanya apakah bayangannya tepat untuk dimasukan ke dalam undangan. Bagaimana (yang saat itu) calon istrinya mengomeli Kuroo untuk tidak berubah-ubah dan menyerahkan saja urusan ini pada Yachi. Perempuan itu bahkan ingat kala dia ikut tersenyum karena aura bahagia mereka yang terpancar tanpa cuma-cuma.

Yachi selalu berpikir bahwa mereka cocok. Seperti dongeng dalam buku-buku lama, Kuroo dan istrinya adalah bentuk nyata kisah romantis yang manis.

Itu belum genap enam bulan saat dia hadir di pernikahan mereka.

Saat berita kematian sampai ke telinga Yachi, itu terdengar seperti yang lainnya. Yachi menyayangkan kepergian untuk sang keluarga, namun dia tidak ikut merasa kehilangan.

Nyatanya benar, hanya yang menderitalah yang merasakan kesedihan itu. Tapi perasaan tetap bisa menular jika Yachi dihadapkan langsung di depan mata. Seperti saat dia disini sekarang.

Yachi tidak pernah membayangkan akan melihat laki-laki itu bersimpuh di lantai dengan air matanya yang mengalir deras tanpa bendungan. Tangan-tangan kekar Kuroo menghapusnya sendiri secara paksa, namun tidak ada yang berhenti sedikit pun. Bahunya bergetar hebat, lirih-lirih isakan juga terbang menabrak lorong-lorong rumah duka yang semakin membisikan kesedihan pada Kuroo.

Yachi hanya berdiri di ujung koridor sepi ini dengan kakinya yang lemas dan dingin. Mata cokelatnya merekam bagaimana Kuroo, terbalut jas hitam yang senada dengan warna rambut, terlihat seakan ini adalah akhir dunia baginya.

Barangkali, Yachi bisa saja menawarkan selembar sapu tangan untuk sedikit mengeringkan banjir di wajahnya, atau menghampirinya, memberi dia sebotol air mineral sehingga Kuroo bisa membasahi tenggorokannya yang kering karena terlalu banyak menangis. Yachi juga punya pilihan untuk duduk di sebelah laki-laki itu ikut meraung, mengutuk kehidupan, atau diam seribu bahasa, yang terpenting, laki-laki itu tahu, dia tidak perlu berduka sendirian.

Tapi Yachi sadar, kebaikan semacam apa yang bisa dia tawarkan untuk menghiburnya di hari paling sulit untuk Kuroo?

Yachi tidak tahu, seperti apakah rasanya ditinggal pergi seseorang yang menggenggam seluruh hidupmu. Perempuan berambut pirang itu tak bisa membayangkan berapa banyak sepaian hati Kuroo yang sekarang pecah berkeping-keping, mungkin itu jadi dua bagian, atau sepuluh, bisa saja seratus, bahkan sebanyak debu sehingga rasa-rasanya Kuroo tidak punya lagi hati yang tertinggal untuk bertahan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Furtify | Kuroo X YachiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang