Prolog

3 1 0
                                    

"Pah... Nayla udah gak sanggup di pesantren. Nayla sering gak dapat jatah makan, pah." Rengen Nayla berbicara melalui telpon.

"Kalau kamu gak sanggup di pesantren, kamu mau sekolah dimana?"

"SMA aja, pah."

Di seberang sana, papanya Nayla, Rumansyah, menghela nafas kasar. Bagaimana tidak? Anaknya yang baru satu bulan berada di pondok pesantren merengek ingin di pindahkan dari sana.

"Coba sampai satu tahun, ya."

"Itu lama, pah. Nayla merasa gak nyaman di sini. Mandi harus ngantri, BAK dan BAB juga. Semua harus ngantri."

"Kamu harus sabar dong. Kita coba sampai satu tahun, ya"

"Oke, pah. Satu tahun, ya. Setelah itu Nayla pindah."

"Iya."

"Kalau begitu telponnya Nayla tutup dulu, ya."

"Iya, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Nayla akan bersabar, cuman setahun aja, kan? Beda dengan papanya, dia berharap selama satu tahun ini, Nayla akan betah dan tidak akan minta pindah lagi.

***

"Sekarang kamu mau lanjut kemana?" Tanya Agung. Dia merupakan abi dari Akbar.

"Rencananya mau lanjut ke Kairo aja."

"Ke al-Azhar, ya?"

"Iya, bi."

"Sudah yakin?"

"Insya Allah sudah, bi."

"Baiklah. Kalau begitu nanti abi bantu kamu buat mempersiapkan berkas kesana."

Itulah Muhammad Akbar Tufail, seorang hafizd lulusan dari Pesantren terkenal di Indonesia. Tidak salahkan jika ia akan melanjutkan ke Mesir.

Bismillah.
Semoga banyak yang baca, vote dan juga coment.
Syukron.

Hijrah KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang