[1/2]

1.1K 152 31
                                    







***

"Kookie.."

Yang di panggil hanya balas dengan gumaman. Enggan menanggapi lebih karena terlalu asik dengan buku di tangan.

"Lihat kesini dulu." rengekan itu akhirnya berhasil menarik perhatian. Jimin tersenyum senang.

"Apa?"

"Mau coba sesuatu yang baru gak?"

Alis Jungkook menukik tajam. Menatap curiga pada si mungil yang masih betah menyengir kuda.

"Coba sebut dulu sesuatu yang baru maksudmu itu kayak gimana?"

Lalu Jimin beringsut mendekat. Berbisik pelan di telinganya, tak ingin ada siapapun mendengar. "Sex."

"What the-" Jungkook hampir kelepasan berteriak jika saja dia lupa mereka masih ada di mana saat ini. Matanya memicing tajam, menatap tak percaya pada sahabat mungilnya. "Kamu gila, ya."

"Aaa~ Jungkook, ayoo.." Jimin merengek seperti anak kecil, bahkan kakinya turut menghentak-hentak lantai hingga mengundang perhatian beberapa pengunjung.

Tak ingin membuat keributan lebih besar, Jungkook akhirnya menyudahi acara membaca bukunya dan menarik tangan Jimin keluar perpustakaan.

"Kamu sebenernya kenapa sih, Ji?" tanya Jungkook tak habis pikir. Bisa-bisanya si pendek ini mengajaknya melakukan hal tak senonoh seperti itu.

"Aku, kenapa memangnya? Salah ya kalo aku ngajak kamu? Yaudah lah, aku ngajak orang lain saja."

Argh!

Jungkook ingin berteriak rasanya melihat wajah tanpa dosa itu.

"Heh! Mau kemana kamu? Gak boleh!" teriak Jungkook ketika sadar ternyata Jimin sudah beberapa meter jauh di depannya.

Jimin berbalik dengan rengutan dan wajah sebalnya. "Kenapa? Aku mau cari cowok lain yang mau nge-mmph!" mulut Jimin di bekap oleh Jungkook sebelum ia berteriak yang tidak-tidak di depan umum seperti ini.

Jimin di tarik lagi ke tempat yang lebih sepi.

"Iiih lepas. Tangan kamu bau terasi!"

"Sembarangan!" dengus Jungkook tak terima.

"Kenapa bawa aku kesini? Aku 'kan mau cari cowok yang mau nge-sex sama aku."

Jungkook tidak mengerti lagi mengapa Jimin mengatakan kata-kata itu semudah membuka mata. Ia memijat kepalanya yang tiba-tiba berdenyut.

"Kamu mau nge-sex, nge-sex itu kenapa? Siapa yang ngajarin kamu, hah?" semprot Jungkook, karena setahunya, Jimin bukan orang seperti ini. Jangankan Sex, ciuman saja dia tidak pernah. Jungkook saksinya. Sebab, sejak kecil mereka sudah sama-sama. Cowok-cowok yang berniat mendekati Jimin bahkan angkat kaki duluan ketika bertatap muka dengan Jungkook yang selalu ada di samping Jimin dengan wajah sangar.

Kepala Jimin menunduk. Bibirnya mencebik tanda masih kesal.

"Jimin?" panggil Jungkook lebih lembut. Emosinya sudah terkendali. Dan sekarang ia sedang menuntut jawaban.

"..Kak Seokjin." cicit Jimin. Kedua tangannya bertaut, saling bermain dengan jari-jarinya yang imut.

Mata Jungkook sontak membulat. Rahangnya mengeras, Bangsat! Umpatnya dalam hati. Berani sekali kakak sepupunya itu mengajarkan hal yang tidak-tidak pada Jimin-nya.

"Kak Seokjin bilang apa saja sampai kamu jadi kayak begini?" tanya Jungkook lagi.

Jimin lalu berpikir, mengingat-ingat kembali percakapannya dengan Seokjin kemarin di dalam kamar Jungkook saat si empunya tidak ada.

"Hm.. Kak Seokjin bilang Sex itu enak, dan kamu jago ngelakuinnya." katanya santai, lengkap dengan cengiran polos. Jungkook mengelus dada sambil menangis dalam hati.

Bisa-bisanya..

Mati saja kau Jin tomang! Hujat Jungkook sekaligus berharap doanya itu akan tersampai lewat karma; entah kakaknya itu tersungkur di jalan atau di gigit anjing gila. Jungkook tidak peduli.

"Jimin, kamu tau gak Sex itu apa?" tanya Jungkook lagi, lebih hati-hati dan pelan. Matanya menatap awas kanan-kiri, syukur tidak ada orang.

Kepala Jimin mengangguk-angguk antusias. "Tau kok! Kak Seokjin bilang, Sex itu, Mm.. burungnya Kookie masuk ke lubang Jiminie. Terus nantinya bakal enak."

Jungkook menepuk wajah frustasi. Sebenarnya apa saja yang sudah di ajarkan kakaknya itu? Babi sekali!

"Jimin, itu gak semudah yang kamu bayangin. Gak cuma masuk langsung enak saja. Kamu bakal ngerasain sakit dulu." Jungkook menjelaskan dengan wajah memerah, entah karena malu atau tengah menahan amarah.

"Kak Seokjin bilang sakitnya cuma sebentar.."

Kak Seokjin lagi.. Kak Seokjin lagi..

Jungkook ingin sekali menerjang Seokjin sekarang juga saking emosinya. Mencabik wajah lalu melemparnya ke Palung Mariana biar di makan Megalodon.

"Jim-"

"Aaa~ ayo Kookie, Jimin mau Sex.." Jimin merengek lagi, seperti biasa saat maunya tidak segera di penuhi. "Kalo kamu gak mau, aku cari orang lain, nih!" ancamnya yang membuat Jungkook gelagapan lagi.

"E-eh gak boleh!" bentak Jungkook tanpa sadar. Sebenarnya ia sendiri sedang menahan diri. Jika mau, Jungkook bisa saja memintanya pada Jimin sejak dulu-seperti yang Seokjin ajarkan padanya; meracuni otaknya. Tapi Jungkook tidak ingin merusak kepolosan Jimin. Meski cinta, Jungkook tak ingin mendahulukan nafsu semata. Nanti, setelah waktunya tiba, Jungkook akan meminta Jimin pada keluarganya untuk ia nikahi. Baru hajar sepuasnya.

Tapi, apa ini? Jin palsu itu sudah merusaknya lebih dulu.

Sial!

Tak lagi mendengar rengekan Jimin, Jungkook kemudian meliriknya. Jimin masih memasang wajah cemberut. Bibirnya yang tebal dan merah merekah membuat Jungkook tanpa sadar menelan ludah kasar.

"K-kamu yakin mau.. s-sex?"

Jimin mengangguk-angguk pelan, dengan tatapan anak anjing yang tak mau ketinggalan.

"Kalo aku nolak, gimana?"

"Jimin bakal marah sama Kookie. Gak mau bareng-bareng sama Kookie lagi!"

Laaah..

Jungkook tidak tahu ini berkah atau musibah. Bukan dia, tapi Jimin yang mengajaknya duluan. Sampai merengek pula.

"Yaa-udah, tapi kamu gak boleh nyesel setelah ini. Janji?"

Lagi, Jimin mengangguk semangat. Senyumnya kian melebar. "Yeay! Jimin nge-sex sama Kookie!" soraknya senang. Sementara Jungkook hanya mampu menutup wajah sambil menahan malu.

Next →

more than blueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang