"Ayo. Itung lagi yang bener, Rikkun...!"
"Delapan belas...kurang tiga?"
Riku mengeluh. "Kak, jariku kan cuma 10! Masa aku disuruh kerjain PR yang susah sih?"
"Rikkun, waktu kakak kecil, kakak disuruh itung beginian juga lah..." tegur Shiho.
Gadis berusia 14 tahun tersebut sudah berkali-kali mencoba mengajari adiknya untuk mengurangi angka-angka. Atau lebih tepatnya, membujuknya untuk mulai belajar.
Sudah jam 8 malam, Riku tidak akan bertahan sampai jam 9 dan PR harus dikumpul besok.
"Yaudah deh, gini aja." desah si kakak.
"Mak, Emak ada receh ngga, sepuluh ribu, lima ribu, dua ribu, ama seribu," tanyanya ke ibu mereka berdua, yang sedang merapikan tempat tidur.
Ibunya tertawa kecil, lalu menunjuk ke arah lemari, yang terdapat dompet kecil berisi beberapa lembar uang receh. "Dah tuh sana, ajarin adeknya yang bener ya,"
"Siap mak,"
---
"Yak, Rikkun, misalnya, kakak punya duit 18 ribu. Nih ya, liatin," Shiho memperlihatkan empat lembar uang yang ia ambil.
"Nah, terus...?" Riku penasaran.
"Rikkun ambil 3 ribu deh." kata Shiho.
Rikkun yang biasa jajan tahu mana uang yang harus dia ambil. Set! Uang seribu dan dua ribu pun berpindah ke tangan Riku.
"Nah, sisanya uang kakak berapa?" tanyanya.
"Ngga ada," jawab Riku.
Shiho terhenyak. "Kok ngga ada?"
"Orang semuanya duit emak kok," ujar Riku, merasa menang.
"Ini ceritanya duit kakak, Rikkkkkk!!" si Idol sewot.
"Lagian ga bener juga, tiap kali aku minta beli jajan atau mainan waktu jalan ke rumah, kakak ga pernah bagi duit,"
"Apaan sih Rikuuuu!!"
Percobaan kedua. Kali ini duitnya di Riku. Kakaknya kali ini mengibaratkan dirinya sebagai pedagang.
"Oke, kali ini, kamu lagi pergi jalan-jalan. Terus kamu liat ada tukang...ah iya! Tukang Takoyaki. Rikkun beli takoyaki 3 ribu. Nah, coba liat duit kamu sisa berapa, Rik!"
Riku menggaruk kepalanya. Ia menelan ludahnya, lalu berkata,
"Utuh,"
"Utuh?"
"Kata emak kan gak boleh jajan sembarangan," celoteh Riku.
Kesal, Shiho pun menggerutu, "Iya, ini ceritanya makanannya bersih, Rikkun!!"
"Ya tetap utuh, kan kalo aku jajan bayarnya pakai duit kakak," Rikkun langsung cekikikan setelah mengeluarkan pernyataan tersebut. "Kata mama kalo aku ngga ada duit pake duit kakak aja,"
'Duh, capek juga punya adik 5 tahun tapi bacot minta ampun!' batin Shiho.
Percobaan terakhir.
"Sekarang aku jadi preman yang mau ambil uang tiga ribu kamu!" Shiho menggerutu. Mukanya terlihat seram.
"Ayo sini! Mana uang 3 ribu kamu!"
Rikkun yang ketakutan karena kakaknya mulai berakting seram langsung gemetar, memberikan dua lembar uangnya.
"Nah, sekarang lihat sisa uangmu,"
Tak disangka, Riku terbawa suasana dan menggigit lengan Shiho.
"AAAAAAAA SAKITTTTTT HUAAAAAAAA!!"
"RIK UDAH RIKKK, INI GUA CUMA BERCANDA NJIRRR!!"
Ibu mereka kaget, lalu lari menuju mereka untuk melihat apa yang terjadi.
"Rikkun gigit aku mak......," tangis sang kakak. Untungnya, tidak luka.
"Kakak malakin duit aku, pake marah-marah lagi!" komplain si adik.
"Udah, udah, kalian nakal banget sih, kakak ngga boleh kasar sama adiknya, adik juga, jangan digigit kakaknya!" omel sang pemilik rumah.
"Kalian berdua sekarang ngadep dinding! Time out! Duh... Capek banget ngadepin anak dua, mana baru pulang kerja!"
---
15 menit setelah mereka kena hukuman time out."Rikkun...maaf...."
Naluri seorang kakak, ia akan meminta maaf duluan.
"Tadi aku cuma bercanda kok,"
"Aku tahu kok kak," Rikkun menatap kakaknya. Giginya yang putih terlihat karena senyum mengembangnya.
"Nah makanya aku gigit kakak, karena katanya kalo ngeliat preman, harus bisa bela diri!"
"Ah elah, mau belajar lagi ngg..." ajakan Shiho terputus.
Hening.
"Z....."
"Yaelah, dianya tidur!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kitazawa Offtime
FanfictionCerita gaje tentang keseharian keluarganya Shiho selama ia tidak nge-live.