1

88 6 0
                                    

Langkah ku terhenti begitu melewati pintu masuk kelas. Aku memandang sekitar ku, ada beberapa orang yang ku kenal. Tapi mereka sudah duduk berpasangan, jadi aku bingung harus duduk dengan siapa.

Dengan sedikit keberanian aku melangkah ke meja paling pojok, disana sudah ada seorang siswi yang duduk. Aku menatap sosok itu hati-hati dan berfikir bagaimana caranya aku memulai obrolan.

"Apa aku boleh duduk disini?" Tanya ku

"Iya, duduk aja.."

Setelah mendapat izin, aku pun menaruh tas ku dan duduk di sebelahnya. Aku mengulurkan tangan sebagai tanda akan memperkenalkan diri, dan dia pun menerima nya.

"Halo, Namaku Hinata.. nama mu?" Kataku sambil tersenyum

"Tenten"

Setelah perkenalan singkat, guru yang akan menjadi wali kelas kami pun masuk dan memberi beberapa pemahaman awal pada kami. Aku pun menyimaknya.

Saat bel istirahat berbunyi, aku dan Tenten berkenalan dengan orang di meja belakang kami. Dari situ aku mengetahui nama mereka, yaitu Sakura dan Ino. Disitu lah awal mula kami mulai akrab satu sama lain.

"Hinata pulang sama siapa nanti?" Tanya Sakura dengan ramahnya

"Nanti dijemput mama ku" jawabku jujur, yang di balas anggukan

"Heheheh.. akrab ya sama mama" goda Ino

"..." Aku hanya tersenyum sebagai balasan

Seperti kata ku sebelumnya, aku di jemput mama ku. Kami pulang dengan sepeda motor dan sampai dengan cepat. Aku segera berberes dan makan.

"Kakak udah pulang?" Tanya adik ku sambil memeluk ku, aku mengangguk

"Gimana sekolahnya tadi?" Tanyaku berbasa-basi

Dia menjawab sambil menceritakan apa yang terjadi di sekolahnya dan aku mendengarkan. Bisa di bilang aku sangat dekat dengan adik ku, begitu juga sebaliknya. Mungkin bisa di bilang dia lebih patuh pada kata-kata ku dari pada kata-kata mama. Kenapa? Ada alasannya..








----•----•----









"Astaga Hanabi!! Kalo dibilangin tuh dengerin! Udah dari dulu dibilang tapi masih aja nakal!"

Suara nyaring mama membuatku terdiam. Aku bangkit dari acara rebahan santai ku dan berjalan ke depan, ke ruang tv. Saat melihatku mama segera bangkit dan mendekati ku.

"Kak, bilang tuh ke adek mu! Capek mama ngomong sama dia!"

Dengan emosi mama berjalan pergi ke kamarnya dan mengabaikan adik ku yang masih menangis. Aku berjalan mendekati adikku dan duduk dihadapannya.

"Kenapa Hana? Kok mama marah?"

Tanya ku tenang sambil mengusap kepalanya lembut. Bukannya diam dia justru menangis semakin keras.

"Udah, jangan nangis.. ntar mama makin marah"

walau aku masih bicara dengan tenang, tapi ucapan ku sarat akan ancaman yang membuatnya takut dan terpaksa berusaha menahan tangis.

"Jadi tadi kenapa? Hana ngapain? Kok mama marah?"

Dengan terisak ia menceritakan apa yang terjadi, ia mengakui semuanya dengan jujur. Aku menghela nafas. Bukan kah wajar kalo anak seusia adik ku banyak bertingkah?

Kalo ada yang salah tinggal kasih tau dan beri contoh yang baiknya. Amarah dan bentakkan gak akan memberikan dampak apa-apa.

Ia tadi bahkan tidak mengerti letak kesalahannya, padahal dibentak begitu keras tadi. Dengan perlahan aku menjelaskan letak kesalahannya, dan dia menyimak. Saat aku bertanya apa dia mengerti, dia pun mengangguk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang