10 - 𝓟𝓲𝓵 𝓚𝓑 𝓓𝓾𝓵𝓾, 𝓩𝓪𝓬

20.8K 561 9
                                    

"Kamu serius dengan kata-katamu itu?" Zac mengangguk mengiyakan. Pria itu mengecup kening Reina sambil kembali menggerakkan pinggulnya. "Apa aku kedengaran sedang bermain-main?"

Reina mendesah kecil ketika merasakan milik Zac membesar di dalamnya. Apakah sebaiknya ia membiarkan Zac menghamilinya? Tidak. Ia tidak bisa hamil dulu. Ia tidak siap.

"Zac," lirih Reina. "Aku perlu pil KB itu."

Zac mendesah pelan. "Baiklah," kata Zac sambil mengecup pipi Reina. "Lain kali saja." Kata Zac yang kemudian mempercepat temponya.

Erangan dan desahan yang panjang keluar dari bibir bengkak Reina. Gadis itu melingkarkan tangannya di leher Zac sambil terus meracau dan mendesah. "Keluarkan di luar, Zac." Bisik Reina.

Zac tersenyum sambil kembali mencium dan menjilat bibir Reina. "Aku mau bertanggung jawab kok."

Reina terkekeh kecil tapi ia menggeleng. "Bukan itu masalahnya. Aku belum siap untuk hamil, Zac. Kita terus mengulang-ulang topik ini."

"Aku hanya bercanda, sayang." Kata Zac sambil terkekeh.

Ia kembali fokus pada gerakan pinggulnya yang mulai kembali memberikan rasa nikmat yang tertunda bagi mereka berdua. Reina menatap Zac yang tengah menjilat dan memilih kedua payudaranya. Gadis itu mendesah dan menarik rambut Zac ketika ia mulai merasakan sesuatu memuncak di dalam dirinya. Zac pun demikian.

"Zac," rengek Reina manja. "Zac.. ohh.. ahhn.. keluarkan diluar, Zac."

Zac hanya tersenyum miring sebelum akhirnya mendekap Reina dalam-dalam ketika merasakan orgasmenya. Begitupula dengan Reina. Ia menyentak sampai ke pintu rahim Reina dan menumpahkan spermanya di dalam sana. Reina tidak mampu untuk mengatakan apa-apa lagi selagi ia pun merasakan klimaksnya.

Gadis itu hanya mendekap Zac erat sambil melenguh manja. Zac mengecup dan menjilat bibir Reina untuk meredam lenguhan yang sepertinya membangkitkan nafsu Zac lagi.

Pria itu mengeluarkan juniornya yang sebenarnya masih keras. Cairan putih segera meleber keluar dari milik Reina ketika ia mengeluarkan miliknya.

"Aku keluar di dalam." Kata Zac sambil membuka milik Reina sedikit dengan dua jarinya untuk melihat sebanyak apa dia keluar.

"Ya sudahlah. Sudah terjadi." Kata Reina sambil menutup kedua matanya dengan lengannya. Reina menoleh pada Zac yang kelihatan datar saja. Otot rahangnya bergerak, mengeras.

Gadis itu segera bangkit dan melihat Zac dengan kedua mata bulatnya. "Kamu marah?" Cicit Reina. "Karena aku tidak mau dihamili?"

Zac tersenyum kecut lalu menyisir rambut Reina dan mencium ujungnya. Pria itu kembali mendekatkan wajah Reina kepada wajahnya lalu memakan bibir Reina dengan rakus. Gadis itu berdeham tapi ia tidak menjauh.

"Tidak apa-apa." Kata Zac. "Aku punya banyak waktu untuk membuatmu jatuh cinta padaku. Lalu setelah itu kamu akan mengandung anakku dengan sukarela."

Reina menatap wajah Zac sambil mengatupkan mulutnya yang sedikit menganga dengan kata-kata jujur Zac. Pria ini selalu mengatakan hal-hal yang mengejutkan bagi Reina.

"Aku ingin lagi." Kata Zac. Reina tertawa kecil sambil terus menjawab setiap lumatan dan jilatan Zac. "Pil KB dan kondom dulu, Zac."

"I like it raw, baby." Bisik Zac yang serak sambil menyisir rambut Reina yang acak-acakan dengan jari jemari tangannya. "Gak aman." Kata Reina dengan penuh kesabaran.

Zac mengecup Reina sekali lagi lalu meraih telepon yang ada di sebelah mereka dan menekan angka nol. Ia langsung terhubung pada telepon di kantor Julian. "Julian. Tolong pesankan pil KB dan kondom. Apa perlu sekali ya kondom?" Tanya Zac yang mengalihkan pandanganya kepada Reina. Reina mengangguk sambil tersenyum simpul.

Love To HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang