..
.
.
Jeongin menggeram. Jam istirahatnya yang harusnya berlangsung tentram malah diganggu setan-setan berwujudㅡhingga ia naik pitam. Hyunjin dan Changbin, mereka datang begitu saja, mengakuisisi bangku di samping dan depan Jeongin yang kosong tanpa ajuan tanya. Tidak tahu sopan santun! Walaupun mereka lebih tua setahun.
Hyunjin, lelaki itu duduk di sebelah kiri. Sebelum duduk tadi ia sempat mengerling jahil kepada Jeongin. Syukur belum suap nasi, bisa-bisa Jeongin sudah muntah karena geli.
"Bangku perasaanku banyak, kenapa duduk di sini?" Jeongin bertanya masam, makanannya ia aduk-aduk tak minat, padahal ia tadinya lapar berat.
Changbin tatap Jeongin takut-takut. Kakinya yang di bawah meja menendang tulang kering Hyunjin, beri sinyal untuk beri jawaban pada sumber suara.
"Mau saja di sini. Lebih adem." Hyunjin terkekeh, kembali suapkan roti lapisnya yang sudah tinggal setengah.
"Kalau kalian di sini, nanti Felix sama Jisung duduk dimana? Sana pindah!" Protes Jeongin tidak terima.
"Suruh duduk dimana saja, kek. Jangan ribet."
Jeongin banting sumpit. Changbin malah sudah mengangkat nampan, ingin kabur, tidak mau ikut-ikutan.
Jeongin bangkit dari kursi, menghadap Hyunjin yang kini sibuk mengupas jeruk, tidak terganggu sedikitpun, padahal sang adik kelas sudah mengamuk.
Orang-orang di kantin hanya saling lirik, tidak terlalu perduli sebab sudah hampir dua minggu kejadian seperti itu terjadi. Setiap hari, Hyunjin buat Jeongin teriak melulu. Kemarin bahkan muka Hyunjin ditinju.
"Kak Changbin! Bawa pulang nih, lintah air tawar! Ganggu."
Changbin meringis. Kalau bisa ia seret si Hyunjin, juga bakal dia lakuin. Perutnya sudah menangis minta diisi, tapi mau makan bagaimana kalau begini?
"Jin, ayo pindah!"
Hyunjin selesaikan kunyahan. Masih tak gentar akan geraman Jeongin yang tertahan. Ia dongakkan kepala, kemudian lengan ranting Jeongin di tarik untuk kembali duduk di kursinya.
"Sayang, janganㅡ"
"Mau mati?"
Hyunjin langsung singkirkan tangan, mengangkatnya minta ampun sembari menangguk cepat dengan ringisan. Jeongin berikan ia tilikan tajam begitu pasti sudah benar-benar tanda ia habis kesabaran.
"Saya pindah, tapi dengan satu syarat."
Kelopak Jeongin memicing, tidak tertarik dengan kalimat Hyunjin yang memancing. Pasti tawarannya kurang ajar. Jeongin bertekad, kalau lelaki ini sampaikan omongan tak masuk akal, supnya mau ia layangkan ke kepala Hyunjin.
"Putus sama pacarmu, jadian denganku."
Byur.
Persetan sama senioritas, kalau modelan begini sudah kelewat batas.
"Jangan mimpi."
°˖✧◝✧˖°
Nah/yay?
KAMU SEDANG MEMBACA
FULL-ON.
FanfictionSudah tahu Jeongin itu punya pasangan, tapi Hyunjin masih saja ajak dia pacaran. Hyunjeong' story written in Bahasa. (Pictures belongs to the rightful owner.) ㅡ cj.