"Bagaimana bisa aku terus mengingatnya, jika aku saja, tak bisa mengenali diriku sendiri?"
Chika memberikan 365 hari untuk Rafdelio agar bisa membuat dirinya jatuh cinta. Tapi apa jadinya jika sebelum 365 hari itu berlalu, waktu membawa Rafdelio ber...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
🌻🌻🌻
"Zica gak mau naik mobil, bang," ucap Azica pada Kakak lelaki tertuanya, Aran Adrian Bimantara. Padahal Aran sudah siap dengan mobilnya. Baru saja mereka akan masuk ke dalam, namun langkah Azica berhenti dan hanya sampai di depan pintu rumah saja.
"Lho, kenapa?"
Azica hanya menggelengkan kepalanya dan tetap terdiam di tempat tadi.
"Tapi ini kan kita biar sekalian aja, dek. Motor Tian juga masih di bengkel. Abang mau sekalian ke kafe. Kita juga udah mau telat," jelas Aran pada adiknya. Aran tau Azica takut untuk naik mobil lagi.
"Zica naik ojek aja, Abang sama Tian berangkat duluan aja naik mobil," ucap Azica.
Aran menghela nafasnya pelan. Mencoba memberikan pengertian pada Azica lebih dulu. "Kamu baru sekolah di sana, masa udah mau telat? Abang harus antar kalian karena motor Tian juga gak bisa di pake hari ini kan? Tukang bengkel bilang, baru bisa di ambil paling cepat besok. Kita harus bareng. Abang janji akan pelan-pelan bawa mobilnya, ya? Zica gak akan kenapa-kenapa," jelas Aran, mengelus kepala Azica dengan lembut.
"Tapi, bang...." Kali ini Azica merengek.
"ABANG, ZICA, CEPETAN! KITA TELAT NIH." Kali ini, suara teriakan berasal darilelaki yang sudah berada dalam mobil yang mesinnya sudah menyala sejak tadi. "Noh, kembaran kamu udah berisik. Mau ya, sekali ini. Besok Abang antar naik motor. Motor Tian juga udah bisa di pakai besok," kata Aran sekali lagi.
Aran tersenyum manis untuk adiknya, lalu meraih tangan gadis itu dan mengajaknya berjalan menuju mobil. Sesampainya di sebelah mobil, Aran mengetuk kaca depan, tempat dimana kembaran Azica berada. "Tian, turun, lo duduk di belakang aja sama Zica," kata Aran setelah adiknya membuka kaca mobil depan.
"Lah kenapa?"
"Udah turun aja."
"Duduk belakang, temenin Zica," kata Aran.
"Ayo kalian masuk, keburu telat!"
Aran berjalan menuju ke pintu kursi pengemudi. Sedangkan Azica masih berdiri menatap pintu mobil bersama kembarannya. Lelaki itu memegang pundak Azica. "Lo masih takut?" tanya nya. Namanya Aztian Theodika, saudara kembar Azica.
"Iya. Gue gak mau sebenarnya," kata Azica.
"Udah gak apa-apa. Gue temenin lo, sekarang kita masuk, kita harus ke sekolah. Gue sama Abang bakalan jagain lo, gak perlu takut, ya?" Aztian meyakinkan Azica dengan menepuk pundak kiri saudari perempuan nya itu.
Aztian membuka pintu mobil, lalu membiarkan Azica masuk lebih dulu ke dalam. Menutup pintu mobil setelah mereka semua berada di dalam. Aran mulai menjalankan mobil, keluar dari pagar rumah. Aztian tiba-tiba saja meraih tangan Azica, menggenggamnya erat, setelah melihat wajah takut kembarannya. Entah apa, dirinya tak tau se trauma apa Azica dengan kejadian itu.