Agustus, 2020A lovely morning in Jakarta, 25°C
Memasuki awal semester, banyak penduduk kampus yang sudah memulai aktivitas barunya entah itu membuat skripsi, sidang skripsi, dan test masuk PTN.
Sementara itu, di pinggiran Kota Jakarta, di sebuah rumah sederhana bergaya klasik minimalis, seorang cewek masih nampak mengantuk. Meskipun pengelihatannya masih samar, matanya mulai menjelajah kamar bernuansa eropa dengan dominasi warna putih dan cokelat tersebut, khas kamar cewek.Ia berjalan ke arah kamar mandi dengan langkah gontai, disampirkan handuk di gantungan. Tak lupa memutar lagu yang hits jaman sekarang, yang dipopulerkan oleh Juara Indonesian Idol 2020 .
" Aku t'lah tau kita memang tak mungkin...
Tapi mengapa kita selalu bertemu..."
Arraya bernyanyi mengikuti lagu, Ya walaupun tidak terlalu bagus, yang penting happy. Begitulah Arraya, gadis berusia 21 tahun yang sedang berjuang untuk menyelesaikan skripsinya di Fakultas Kedokteran.
Meskipun tingkahnya yang seperti itu, Arraya tetap fokus pada kuliahnya. Ia sangat giat belajar. Targetnya, menjadi lulusan terbaik diangkatannya dengan IPK tertinggi.
Arraya sudah siap berangkat ke kampus untuk bertemu Dospem, tak lupa dengan memesan Grab. Namun saat Ia membuka grup chat milik kelasnya, ada info masuk jika mereka harus ke aula kampus untuk menghadiri acara "Seminar Kewirausahaan Muda"
Ia sempat bingung juga kesal, kenapa fakultasnya terpilih untuk menghadiri seminar tersebut, sedangkan seminar itu bertemakan "Kewirausahaan" sudahlah, yang terpenting Ia harus sampai 10 menit lagi.
Saat sampai di kampus, Ia buru buru pergi ke aula, karena waktu sudah mendekati pembukaan acara.
"Arra, sini!" Adelyn, teman se-fakultasnya. Dengan tidak ada rasa malu cewek itu sedang meneriaki dirinya untuk segera duduk disampingnya, padahal seisi ruang aula sudah sunyi karena acara tersebut akan dimulai. Teriakan tersebut mampu membuat sebagian mahasiswa di aula menoleh padanya, membuat Arra merasa malu atas perbuatan temannya itu.
"Bisa nggak si, jangan bikin pagi gue berantakan" Ujar Arraya dengan wajah cemberut
"Nggak bisa Arra sayang.. Pagi-pagi udah cemberut aja nih" Adel berusaha menggoda Arra dengan menusuk-nusukkan jarinya ke pipi Arra." Ya masa tad--" Ucapan Arraya reflek berhenti ketika panitia sudah memberi aba aba untuk memulai seminar tersebut.
Sekitar 2jam lebih acara tersebut baru selesai. Arra dan Adelyn memilih untuk keluar dari aula tersebut ketika kondisi mulai sepi, mereka malas jika harus berdesak-desakan dengan mahasiswa lainnya.
"Ehm Ra gue mau tanya nih" Ujar Adelyn secara tiba tiba.
Arraya hanya memberi respon anggukan.
"Lo masih yakin buat cari kerja part- time?"
"Yakin, kenapa enggak?" balas Arraya
"Ya sekarang gini aja, kita udah semester tujuh, bukannya disaat saat seperti ini kita harus lebih giat belajar, belum lagi Pengabdian. Bukannya gue ngehalangi lo, gue cuma pengen yang terbaik buat sahabat gue yang satu ini"
"Lo tau kan, gue kerja part- time buat apa?"
Matanya menjelajah sekitar, ruang aula sedikit sepi, mereka segera keluar dari aula tersebut.
"Iya gue tau, uang hasil kerja lo mau lo buat bangun Caffe sendiri kan" Serdik Adel "Kenapa lo nggak minta orang tua lo aja" Lanjut Adelyn.
"Gini Adel sayang, lo inget kan apa kata panitia seminar tadi, Ketika kita ingin menjadi pengusaha, bukan berarti kita harus memulai semuanya saat sudah besar besarnya, jaya jayanya. Kita harus punya modal dulu, dan gue gak mau ada campur tangan orang tua gue"
Balas Arraya.Brukk...
Lelaki itu memekik kaget.
"Astaga! maaf ya, maafff... aku nggak sengaja!"
Buku yang ada di pengangan Arra sudah jatuh berserakan di lantai. Bukannya membantu, Lelaki itu malah fokus melihat wajah Arra.
ContinueSemoga kalian suka🌈
Entahlah mau seperti apa kelanjutan cerita ini
hehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY HIM?
Teen FictionBrukk... Lelaki itu memekik kaget. "Astaga! maaf ya, maafff... aku nggak sengaja!" Buku yang ada di pengangan Arra sudah jatuh berserakan di lantai. Bukannya membantu, Lelaki itu malah fokus melihat wajah Arra. ...