" kakak gamau lagi denger kamu berantem apalagi sampai dikeluarin dari sekolah kaya kemaren "
Yuto melirik kakaknya yang duduk dikursi kemudi, matanya masih terpaku pada jalanan.
Yuto diam. Ia tak ingin mengomentari apapun.
" yut, kamu denger kan kakak ngomong apa? " kali ini dengan penuh penekanan, kakaknya mencuri pandang ke arahnya. Yuto hanya bergumam.
Ketika dia membuka seatbelt, jari kelingking kakaknya tersodor didepan muka. " janji " katanya.
Yuto tak segera menyambut, ia hanya diam.
Maka dengan kesabaran yang tersisa ia menarik tangan adiknya, menyatukan kelingking mereka berdua dan tersenyum setelahnya.
Tetapi senyumnya pudar tak lama kemudian.
" ga janji "
Dan pintu mobil ditutup dengan sedikit bantingan.
————————————————————
Ini hari pertama yuto sekolah tapi dia sudah merasa tak betah. Sekolah seperti nereka menurutnya.
Jadi ia memilih menghabiskan pelajaran terakhir nya disini, lapangan kotak dengan bola basket ditangannya.
Sepi, tentu saja. Semua masih ada didalam kelas, mendengarkan ocehan guru yang menurutnya tak berguna. Tch, membosankan.
Ia masih sibuk memasukan bola kedalan ring saat suara click dari kamera seseorang mengalihkan pandanganya.
Disana berdiri seorang lelaki tinggi, dengan kamera ditangannya. Yuto meneliti dengan hati-hati. " kenapa?" Tanyanya tak santai.
"Hm?"
" kenapa memotretku? " ia tidak melihat orang lain disini dan si pemotret ini menghadap kearahnya
Lelaki itu tersenyum geli " pede banget "
" huh? "
" look behind you " seperti perintah, ia berbalik.
Disana ia melihat seekor kucing yang sepertinya baru bangun tidur meregangkan kaki depannya.
Mengatasi rasa malunya , Yuto berdecih. Ia kembali melanjutkan permainan basketnya yang tertunda.
" ngapain disini? Bukannya masih pelajaran ya? " si lelaki tinggi itu bertanya tiba-tiba.
Yuto masih mendengar beberapa kali suara jepretan kamera disekitarnya. Tetapi kini si tinggi yang belum ia tau namanya itu berpindah ke depan si kucing kecil. Memotret wajah imutnya.
" ngapain juga disini ?" Yuto bertanya balik.
" ngefoto kucing " jawabnya absurd. Yuto malas menanggapi.
" hey, jawab dong! "
" malas "
" oh, gue juga kalau gitu. Ngomong-ngomong, anak baru ya? Kok gue baru liat. "
" hm "
Hening sesaat. Hanya ada suara pantulan bola dan jepretan kamera yang terdengar.
" gue wooseok "
Oh jadi namanya wooseok.
Yuto mulai menghentikan permainannya, kini pandangannya sepenuhnya pada si orang yang masih sibuk mencari angle untuk memotret kucing yang sedang tidur.
Ngefoto kucing aja ribet banget. Pikirnya
" bukannya ngecat rambut dilarang disini. "
" ya emang "
" terus kenapa rambut lu coklat? "
" ya suka-suka gue dong " Wooseok ini nyebelin ya.
Yang yuto tau, kalau dilihat wooseok itu seperti dirinya, nakal dan tidak taat aturan. Buktinya mereka berdua ada disini sekarang bukannya dikelas mendengarkan ceramah guru tentang pelajaran atau apalah itu.
Setidaknya yuto punya teman, kalau wooseok mau sih.
" lu belum jawab nama lu btw "
" yuto "
Persis setelahnya suara bel terdengar, riuh suara siswa tertawa, berlari dan lainnya mulai menggema dari lorong-lorong sekolah.
Yuto beranjak, meninggalkan si lelaki tinggi yang masih berjongkok didepan seekor kucing dengan pandangan heran.
Dan ketika yuto mulai berjalan menjauh, wooseok berdiri, menggeser foto-foto yang ia ambil di kamera miliknya.
Kemudian tersenyum, seseorang dengan bola basket ditangannya menghadap ring dengan pandangan serius terpampang di LDC display nya.