Orang bilang tahun kedua sekolah menengah atas itu adalah saat anak-anak lagi nakal-nakalnya.
Tapi hal itu tidak berlaku untuk wooseok, yang sudah terkenal nakalnya bahkan seminggu setelah ia masuk sekolah.
Ia sering membolos, menyemir rambutnya, memakai sepatu warna-warni padahal jelas peraturan menyebutkan sepatu harus hitam. Tapi nampaknya wooseok tak peduli.
Duduk diam dikelas dan mendengarkan seksama guru yang menjelaskan sama sekali bukan gayanya, ia lebih suka berpanas-panasan bermain bola saat jam pelajaran, bermain basket sampai malam hari walaupun harus menghindari kejaran satpam sekolah dan akhirnya harus memanjat pagar karena pintu depan sekolah sudah dikunci.
Ia memang nakal, semua orang tau itu. Maka dari itu dia tidak heran jika teman-temannya menjauhinya.
Meskipun begitu dia punya seorang yang ia percaya, seorang yang dengan tangan terbuka membantunya, seorang yang rela menemaninya meskipun ia tau masalah akan datang setelahnya.
Dia yanan, yang kini berdiri disamping pintu mobilnya, menunggunya untuk pulang bersama.
Terkadang wooseok heran, orang se sempurna yanan kenapa mau berteman dengannya yang bukan siapa-siapa?
Yanan itu populer, pintar, tampan, banyak yang suka. Dia berbanding terbalik dengannya. Tapi kenapa ia lebih memilih berteman dengannya?
Wooseok tidak tuli untuk mendengar semua ocehan orang-orang disekitar tentang mereka berdua. Ia juga tak buta untuk melihat pandangan orang-orang terhadap pertemanan keduanya. Tapi ia memilih berpura-pura tidak peduli.
Click
Yanan yang menunduk tersentak, mengangkat kepalanya. Satu detik kemudian sebuah senyum terukir di bibirnya.
" kok lama? " tanyanya melihat sang sahabat yang berjalan kearahnya, membuka pintu mobil dibelakangnya seperti itu miliknya sendiri. Yanan menyingkir.
Mengangkat kedua bahunya, wooseok berkata " dihukum " jawabnya enteng.
Yanan tersenyum geli " kenapa? "
" bolos "
" lagi? "
Wooseok mengangguk. Kemudian masuk mobil. Meninggalkan si empu yang menghela nafas lelah.
_________________________________________
Perjalanan dengan wooseok tak pernah membosankan, ia akan menyetel radio keras-keras dan bernyanyi sepenuh hati sampai yanan tertawa dibuatnya.
" YAN KIRI KIRI "
yanan tersentak, " napa sih "
Meskipun begitu ia tetap meminggirkan mobilnya.
" nanti gue ditilang nih parkir sembarangan!"
" sst diem " wooseok membuka pintu mobil dan berlari keluar.
Yanan was-was, berkali-kali mengecek keadaan apakah ada polisi atau tidak. Kalo ditilang berabe nih batinnya.
" ck, mana sih tuh bocah " gerutunya.
Lima menit kemudian pintu mobilnya terbuka, menampilkan wooseok yang ngos-ngosan karena berlari. Dua eskrim dengan beda varian rasa ada ditangannya.
" coklat kan? Nih " ia menyodorkan eskrim coklat dihadapan yanan yang terdiam.
" buruan yan ntar keburu ketauan parkir sembarangan " gerutunya sambil menggoyangkan eskrimnya seperti anak kecil.
" iya-iya " yanan bergegas melajukan mobilnya kembali, tangan kirinya memegang kemudi sedangkan tangan yang lain memakan eskrim miliknya.
Tak jarang ia melirik pemuda disampingnya yang memakan eskrim strawberrynya dengan kepala mengangguk- angguk mengikuti irama lagu yang terputar di radio.
Yanan tersenyum, manis seperti eskrim coklat yang meleleh dimulutnya.