Robby terkadang heran dengan Alvin yang pintar, muka oke, punya mobil tapi perihal teman, Robby pikir Alvin dalam masalah besar. Diawal kepindahannya ke sekolah ini yaitu ketika kelas sepuluh semester dua, Alvin seringkali lupa nama teman-teman sekelasnya dan dirinya kenal akrab dengan teman sekelasnya ketika akan naik ke kelas sebelas.
Setidakpeduli itu dia pada lingkungan pertemanan, baginya sekolah untuk belajar bukan untuk mendapat teman supaya bisa nongkrong bareng di kantin.
Toh dia bisa kok makan sendiri di kantin atau dia bisa ke perpustakaan dari pada nongkrong bareng mengobrolkan hal yang temanya bisa berubah-ubah dalam sekejap.
Seperti saat ini, Alvin masih penasaran dengan ending novel kemarin yang ia baca, rasanya ia ingin sekali menuntaskan di hari itu tapi kemarin perutnya yang belum diisi dari pagi sudah berteriak meminta makanan. Pada akhirnya ia menyimpan novel itu dan berniat membacanya esok hari yaitu pada hari ini.
Mata tajamnya bergerak mulai mencari novel yang akan ia baca. Namun lama sudah ia mencari, tak ada hasilnya. "Mungkin ada yang pinjam," gumam nya berbisik pelan
Dengan berat hati Alvin berhenti mencari-cari novel tersebut. Namun pada detik itu juga, sebuah tangan dengan susah payah menyimpan satu novel karena terhalangi olehnya. "Kak maaf, geser dulu badannya." ucap Yesha sopan
Alvin melihat wanita itu yang juga baru menatapnya,"Ah... dia yang kemarin." gumam Yesha namun masih terdengar oleh Alvin tapi Alvin bersikap bodo amat.
Sekilas Alvin melihat novel yang baru saja diletakkan oleh siswi yang rambutnya diurai itu. "Oh jadi dia yang udah pinjem novel ini" pungkas Alvin di dalam hati, lalu ia meraih novel tersebut.
Yesha melihat lelaki ini mengambil novel yang tadi malam selesai ia baca. Dia langsung berjalan mengikuti lelaki tersebut. "Emm Kak. Sebelumnya nih aku mau tanya, kakak suka gak sih baca novel terus ending novelnya ngegantung?" tanya Yesha pada seseorang yang belum dikenalnya itu.
Alvin melirik ke sebelahnya namun tak ada siapa-siapa, "Nanya gue?"
"Ya iyalah masa nanya sama Pak Udin." balas Yesha sedikit bercanda dengan menyebut nama petugas kebersihan sekolah.
Alvin hanya berucap 'oh' tanpa suara. Setelah itu ia duduk di kursi baca, tanpa menghiraukan Yesha yang bengong karena diabaikan.
"Eh, pertanyaan tadi belum dijawab," ujar Yesha mengikuti Alvin duduk di kursi "Gak tau," Alvin merasa risih ada seseorang yang tak dikenalnya sok dekat dengan dirinya.
"Dihh kok gak tau, jarang baca novel ya? Eh gak mungkinlah kan kemarin-- eh" ucapannya terputus, ia takut lelaki ini berpikir Yesha seorang penguntit.
"Yaudah, aku cuma mau bilang kalo novel ini pasti ada kelanjutannya, gantung banget soalnya. Bener-bener gantung." ucap Yesha serius
"Oh" balas Alvin dan lanjut mencari halaman sampai mana kemarin ia baca. Yesha melihat lelaki di sampingnya ini mulai membaca satu halaman.
"Nah.nah..si Felix ini tuh endingnya mati tapi belum disebutin karena apa, pasti ada di buku kedua nya."
"Gue gak suka spoiler." Sorotan mata tajam Alvin membuat Yesha diam seketika.
Yesha beranjak mencari sekali lagi kelanjutan novel itu. Tadi ia sudah mencari namun tidak ditemukan. Ia melihat satu persatu judul novel dengan teliti, namun hasilnya tetap nihil.
Tiba-tiba ponsel di saku roknya bergetar terus menerus, membuat Yesha geli sendiri. Ia membuka pesan whatsapp dari Netta yang mengirimkan satu huruf berkali-kali yaitu 'P"
Yesha hanya membalas dengan stiker kesal. Lalu Yesha mematikan data selulernya, karena dia tahu Netta sedang gabut.
Netta sering sekali seperti ini jika ia tidak ada kegiatan, atau dia mengirimkan stiker-stiker koleksi terbarunya ataupun sekadar foto-foto gabutnya.
"Netta tuh ya ish," geram Yesha kesal
Yesha kembali lagi duduk untuk memberitahu cowok yang sedang membaca tadi. "Hey Kak, aku udah cari-cari ternyata gak ada. Hem kayanya aku harus ke toko buku deh, aku masih penasaran kenapa Pangeran Zelfrad mengkhianati Raja" cerocos Yesha.
Alvin mulai agak kesal kepada Yesha yang sok akrab dengannya, padahal sifat Yesha memang seperti itu, sehingga tak heran banyak orang yang kenal dia.
"Berhenti spoiler!" Alvin menatap tajam Yesha, "Dan gue bukan kakak kelas lo."
Alvin membuka satu halaman dimana ada secarik kertas yang merupakan hasil ulangan sejarah Yesha yang kemarin baru dibagikan lalu dilipat-lipat olehnya menjadi pembatas buku.
Yesha membuka mulutnya kaget, baru teringat kertas sejarahnya belum ia simpan. Dan masalahnya nilai ulangan sejarah itu kecil walaupun tidak dibawah KKM, lebih tepatnya pas dengan nilai KKM. Tapi itu merupakan aib baginya.
Dibelakang kertas ia tulis 'hey sejarah, ada dendam apa si sama Yesha? Kok nilai pelajaran kamu kecil mulu?'
"Ish lo ngomong dong kalo bukan kelas dua belas!" Yesha tiba-tiba kesal, mungkin karena malu.
Siapa sangka laki-laki jangkung ini seangkatan dengannya, lagi pula selain kemarin dan sekarang ia merasa belum pernah melihatnya.
"Aihhh lo berdua di sini ternyata, jadi gue gak perlu lagi nyari orang yang bernama Alvin," ucap Netta yang tiba-tiba ada di perpus dengan nafas yang terengah-engah.
Alvin yang namanya disebut jadi menoleh pada seseorang yang memanggilnya seolah-olah bertanya ada apa dan Netta mengerti maksud tatapan Alvin, lalu ia menjelaskan bahwa Yesha dan Alvin dipanggil oleh Pak Dian di ruang guru.
"Jadi tadi lo ngechat buat ini?" tanya Yesha sedangkan Netta hanya mendelik sebal, "Tau ah, sebel gue sama lo."
°°°°
"Permisi Pak, bapak manggil saya?" tanya Alvin
"Heh.. kita bukan saya!" ucap Yesha mengingatkan.
"Oh iya Alvin, Yesha bapak mau bicara sama kalian. Langsung saja lah ke intinya. Jadi gini bapak mau kalian mewakili sekolah untuk Olimpiade yang akan diselenggarakan sebentar lagi." Pak Dian meraih secangkir kopi dan menyeruputnya.
"Yesha Olimpiade matematika dan Alvin Kimia kalau Fisika bapak mau di wakili oleh Gina kelas IPA 1, tapi katanya dia tidak sekolah hari ini."
"Pak maaf, tapi apa lebih baik kita diseleksi dulu, kan anggota Olimpiade yang lain juga mungkin ingin ikut."
Yesha mengikuti ekskul Olimpiade yang mana pembinanya adalah Pak Dian.
"Iya boleh saja, tapi walaupun ada seleksi bapak yakin pasti kamu yang lolos untuk Olimpiade matematika," ucap Pak Dian lalu matanya menatap Alvin.
"Oh iya Alvin juga mungkin harus ikut kumpulan besok ya di ruang Olimpiade setelah pulang sekokah, bapak akan mengadakan beberapa tes." Alvin mengangguk sopan, kemudian Pak Dian mempersilahkan mereka keluar ruangannya.
Wajah Alvin terlihat bingung dan sepertinya ada hal yang ingin dia tanyakan. "Kenapa lo kok kebingungan gitu?" tanya Yesha penasaran, Alvin hanya menjawab dengan gelengan kepala.
"Alvin." teriak seseorang di koridor, ia berlari menuju Alvin. Sedangkan yang diteriakinya tersenyum sedikit pada gadis yang memanggil nama dia.
"Eh Yesha," ucap gadis cantik dengan rambut yang dijedai.
"Hai Sarah Anastasya Pramono," balas Yesha disertai cengiran Sarah tersenyum sebelum sedetik kemudian senyumannya hilang.
"Kalian berdua lagi ngapain?" Yesha menjelaskan bagaimana dia dan Alvin bisa ada disini sejelas mungkin.
Yesha tidak ingin ada salah paham dengan Sarah. Sarah kemudian tersenyum kembali, "Gak perlu sedetail itu kali Sha, yaudah gue cabut dulu ya. Ayok Vin," Sarah menarik lengan Alvin.
"Ah.. dia kayaknya pacar Sarah, untung Sarah baik banget. Jadi gak akan ada salah paham antara gue sama dia."
Meskipun Yesha orang yang memiliki banyak teman, dia tetap selalu menjaga hubungan pasangan temannya seperti saat ini, hubungan antara Sarah dengan Alvin. Tapi Yesha tidak menyadari bahwa ada beberapa teman lelakinya yang putus hanya karena sedang dekat dengan Yesha padahal Yesha sendiri menganggap mereka hanya sebatas teman.
••••
Tiga karakter utama telah terpublikasikan. Horeee. Mari kita berkenalan dengan karakter pendukungnya. Cus lanjut part berikutnya!!!

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Choosing You
Teen FictionYesha Delviana Adara. Siswi cantik nan imut yang memiliki banyak teman. Sungguh ia tak percaya akan jatuh cinta ketika masih bersekolah. Walaupun memiliki banyak teman dekat lelaki ia tidak pernah menganggapnya lebih dari teman. Yesha heran mengapa...