"Merpati yang berwarna putih melambangkan kesucian dan keabadian," jawab Sena sembari melihat merpati putih yang terbang ke sana ke mari.
Pulau ini sungguh dilengkapi dengan keindahan yang tak terkalahkan. Karina juga merasakan betapa sejuknya angin sepoi-sepoi itu.
"Sena, terima kasih telah membawaku ke tempat ini," kata Karina.
"Mengapa kau berkata seperti itu, Nona? Memang di sinilah tempat Nona Kerla berada," jawab Sena, Dayangnya.
Karina mengiyakan dia. Mereka berdua berjalan bersama menuju ke tempat lain. Namun sebelum sempat beranjak dari situ, mereka bertemu dengan seorang laki-laki yang tampan.
Laki-laki itu terlihat seperti beberapa tahun lebih muda dari Karina dan beberapa tahun lebih muda dari Sena. Laki-laki ini bertubuh semampai dengan rambut dan pakaian yang rapi. Aroma tubuh harumnya yang khas membuat semua orang mendekatinya.
"Halo," sapanya.
"Halo juga?" jawab Karina.
Sena tidak membalas sapaannya. Sena hanya membungkuk dan memberi hormat kepada laki-laki itu.
"Bangunlah," kata laki-laki itu pada Sena.
"Terima kasih, Tuan Muda," balasnya.
"Tuan muda?" tanya Karina.
Akhirnya wanita yang paling dewasa itu menjelaskan siapa sebenarnya sosok remaja laki-laki ini. Dia memiliki nama panjang sebagai Orlando Vinz. Anak sulung atau sekaligus anak penerus satu-satunya dalam keluarga ini.
Suka menolong, ramah, dan perhatian adalah sifat ciri khas yang dimiliki oleh Orlando Vinz.
"Apa kau benar-benar adikku, Kerla?" tanya Orlando.
"I-Iya? Sepertinya begi—"
Kata-kata Karina terputus oleh sebuah pelukan dari Orlando. Laki-laki yang terlihat berwibawa dan tegar itu, tiba-tiba saja mendaratkan air matanya. Air matanya jatuh dan membasahi pundak baju Karina.
"Ada apa ini? Apa kau tidak apa-apa?" tanya Karina.
Jujur, Karina panik sekali. Tiba-tiba saja dia mendapatkan seorang kakak laki-laki tampan, memeluk dirinya, kemudian menangis? Skenario macam apa ini?
"Ah, maaf! Aku tidak dapat mengontrolnya tadi. Aku benar-benar minta maaf, aku tidak sadar, dan—" kata-kata Orlando sempat terputus karena Karina.
"Tidak apa-apa, Kak. Aku sayang kakak," kata Karina.
Ups, Karina tidak sengaja melontarkan perkataan seperti itu. Dia sempat salah tingkah dihadapan 'Kakak'nya ini. Sena yang sedari tadi diam di sampingnya pun terlihat tertawa kecil.
"Ekhem— syukurlah kau kembali dan aku bisa bertemu denganmu. Aku tidak dapat percaya sebelumnya, bahwa aku dapat menjumpai dirimu, Kerla," ucap Orlando.
"Sena, tolong tinggalkan aku bersama adikku. Kau boleh pergi terlebih dahulu," sambung Orlando.
"Astaga, jangan tinggalkan aku bersama kakak tampan ini, Sena," batin Karina.
"Baik, Tuan Muda. Saya permisi."
Dayang itu mulai meninggalkan mereka berdua sendiri. Entah apa yang akan dilakukannya setelah ini, yang pasti, dia akan kembali bekerja.
Orlando yang melihat sifat kaku Karina terasa aneh dan canggung pula tentunya. Dia berusaha mencairkan suasana dengan mengajak Karina ke tempat bermain Orlando dulu.
"Kerla, apakah kau bersedia kuajak ke tempat bermainku dulu?" ajak Orlando.
"Kenapa tidak?" jawab Kerla sambil tersenyum kaku.
"Baiklah, ikuti aku, ya!" seru Orlando.
Kedua remaja tersebut pergi ke arah barat, tempat bermain Orlando 10 tahun yang lalu. Orlando mulai bercerita tentang kisah-kisah konyol yang dia percayai sewaktu kecil. Contohnya seperti membereskan tempat bermainnya seperti sedia kala kalau tidak ingin semua mainannya diambil oleh Kerla dan Tamara.
Pelan-pelan mulai menunjukkan suatu kenyamanan dalam diri mereka berdua. Meskipun hanya hubungan kakak dan adik, tetapi Karina merasa aneh. Seharusnya dia merasa aman dan bahagia bisa berjumpa dengan sosok kakak laki-laki. Tetapi yang sedang dia rasakan sekarang adalah hati yang berdetak lebih kencang dan hawa yang panas.
Tidak mungkin bukan, seorang adik jatuh cinta pada kakak kandungnya? Tidak, tidak mungkin. Karina pasti hanya kurang sehat.
"Ah!" teriak Karina.
"Kerla!" panggil Orlando.
"Kau tidak apa-apa?" sambungnya.
"Kepalaku sedikit pusing, Kak. Aku belum istirahat sedari tadi," jawab Karina.
"Oh, pasti karena Sena mengajakmu jalan-jalan, kan?" tanya Orlando.
"Tidak bisa menyalahkan Sena. Tadi dia hanya menjalankan apa yang dikatakan Bunda," jawab Karina.
"Bunda? Bunda Mona?" tanya Orlando untuk meyakinkan.
"Iya, Kak. Beliau bunda kita berdua, kan?"
"Bukan hanya bunda kita berdua, kita masih memiliki saudara yang lain."
Tidak banyak kata yang terucapkan oleh Orlando. Dia segera mengantarkan Karina untuk beristirahat. Benar-benar istirahat dan tidak boleh ada 1 orang pun yang boleh mengganggunya.
Setelah sekian lama Orlando merindukan sosok adiknya, akhirnya dia kembali.
***
"Kak, Kakak habis dari mana?" tanya seorang gadis yang baru beranjak 14 tahun.
"Apakah kamu tidak tahu? Kerla sudah kembali! Kakak baru saja menemuinya!" seru Orlando dengan semangat.
"Apa kakak yakin tidak salah orang?" tanya gadis itu.
"Tidak, Tamara. Dia benar-benar Kakakmu," jawab Orlando.
Reaksi wajah dari Tamara, remaja baru tersebut, terukir jelas. Tamara tidak menyukai kehadiran Kerla di sini.
"Kakak, pergi dulu, ya. Ingat, berperilaku seperti seorang gadis biasa," ucap Orlando sambil mengelus kepala adiknya.
"Ih, Kakak. Aku tidak suka kepalaku dipegang," kata Tamara sembari menepis tangan Kakaknya.
Kedatangan Karina ke pulau ini, apakah memberikan pertanda baik atau buruk?
T.B.C
KAMU SEDANG MEMBACA
Eilanden
AdventureKebingungan terus melanda, aku tidak tahu apa-apa tentang diriku. Tiba-tiba saja aku terhempas dan mengapung di laut yang berwarna biru. Air yang sangat jernih dan berwarna kebiruan, bukankah artinya sangat dalam? Aku merasakan tubuhku mengapung dan...