Prolog.

63 4 0
                                    

⚠DON'T BE A SILENT READER!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


⚠DON'T BE A SILENT READER!!

HAPPY READING!


  "MARI KITA BERI TEPUK TANGAN KEPADA SANG JUARA, William SADERIUS!!"

Suara gemuruh tepuk tangan dan sorakan seketika menggema di seujung ruangan, Bangga dengan keberhasilan 'Orang itu dalam mengharumkan nama sekolah,

   "WOO!!!"

   "YOU ARE THE BEST ALLAZARD!!"

   "WE'RE PROUD OF YOU!!"

   "HIGH SCHOOL MARCITY, JAYA!!"

Dengan langkah tegap dan pandangan lurus, 'Orang itu berjalan ke atas podium. Ia menundukkan sedikit kepalanya ketika sebuah mendali di berikan kepadanya, tidak lupa dengan piala penghargaan. Lalu menjabat tangan kepada Kepala Direktur penyelenggara.

Setelahnya pemberian penghargaan, Ia Lantas membetulkan Mic-nya, Lalu berdehem,

Suara yang tadinya sangat heboh, Seketika diam memberi waktu kepada Sang juara.

   "Disini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Guru yang sudah membimbing saya hingga saya dapat berdiri disini saat ini juga, Dan terimakasih juga kepada teman-teman yang telah datang mendukung saya. Sekian terima kasih." Ucapnya tersenyum simpul.

Sebut saja, William Saderius. Seorang Lelaki dengan segudang prestasi. Lelaki tampan yang sering disebut kebanggaan sekolah.

Lelaki dengan sejuta ketenangan dan tidak banyak omong, Tapi selalu di Hormati oleh seluruh Murid High School Marcity.

Dengan Langkahnya yang tegap dan aura yang dominan, William berjalan menuju para Guru yang sudah menunggunya.

   "Sekali lagi selamat William, Kamu memang tidak pernah mengecewakan sekolah." Puji Miss Vika, Guru pembimbing William.

   "Terima kasih, Miss."

Ya. William si Lelaki kaku, yang akan selalu berbicara Formal kepada siapapun itu.

Miss Vika melihat Jam tangannya lalu berucap, "Mobil yang akan menjemput kamu akan segera tiba, Persiapkan dirimu, kita akan segera kembali ke sekolah." Dan William hanya mengangguk sebagai respon.

~*~

   "Heh, Lo tau si William menang lagi?"

   "Serius?! Demi apa?!!" Tanya yang satunya tak percaya.

   "Gue sih udah yakin, Si William selalu menang." Ujar satunya lagi.

   "Gila! Ini Udah yang kesekian kalinya dia menang Olimpiade."

   "Gue udah ngga kaget lagi sih, Lu berdua ga liat apa? Tampan, Kaya, jenius! Kurang apa coba?

   "Iya tanpa lu bilang kita juga udah tau shel. Tapi satu yang minus dari dia, Jujur, Dia susah di dekati."

   "Gimana coba kalau gue dekati? Secara gue cantik, kaya, Bodygoals lagi. Cocok ngga jadi pendampingnya??" Tanya gadis itu bergaya layaknya model.

   "Itu sih maunya lo. Ga cocok! William cocoknya dengan gue." Sahut gadis satunya tidak terima.

   "Apasih lo?! William cocoknya dengan gue! bukan Biji kacang kayak lo!!"

   "Enak aja lo bilang biji kacang!! Kalau gue biji kacang, lo apa?! Biji pasir?!"

   "Enak aj------"

   "Permisi, Berantamnya boleh tunda dulu? Saya ingin mencuci tangan." Ucap Seorang Gadis yang sedari tadi melihat pertengkaran itu. Jujur ia merasa aneh, Melihat ketiga gadis dihadapannya bertengkar di dalam toilet.

Melihat ke arah siswi yang menggangu perdebatan mereka,

   "Cih. Ganggu aja lo!" Ucap salah satunya, Sengaja menabrak Bahu siswi tersebut, Kemudian pergi.

   "Heh Princess! Tunggu!!" Teriak Keduanya yang juga ikut keluar.

Sedangkan Gadis yang di senggol tadi, Hanya mengibas bahunya yang terkena kotoran mungkin?

   "Aneh banget mereka" Gumamnya pada dirinya sendiri.

Melupakan kejadian tersebut,  Kini ia menatap dirinya di depan cermin besar yang ada di hadapannya. Lalu menelisik penampilannya,

Rambut ikal lurus bewarna kecoklatan dengan kacamata bulat tipis yang bertengger di hidungnya, Kulit putih di tambah bibirnya yang bewarna peach menambah kesan Baby Face di mukanya.

   Dirinya bukan kecantikan yang luar biasa.

Karena dia hanya gadis Nerd yang tidak terlalu penting di ingat, Tapi itu tidak masalah. Selagi otaknya yang memenuhi kapasitas, Penampilan bukan hal yang patut di banggakan.

Ia itu melangkah keluar dari toilet, Lalu berjalan di Koridor sendirian.

Kembali memikirkan pembicaraan ketiga siswi tadi, William..

Ia tidak tau menahu soal itu, yang dirinya tau William itu merupakan Murid peringkat satu di Marcity. Dan itupun karena dirinya tidak sengaja melihat nama William yang berada di atas namanya dari papan peringkat.

Masih dengan pikirannya, gadis itu terhenti melihat banyaknya siswa saat ini sedang menyambut seseorang

   "CONGRAT KAK WILLIAM!!"

   "WILLIAM LO HEBAT!!"

   "SELAMAT DATANG KEMBALI, KAK WILLIAM!!"

   "AAA!! GANTENGNYA!!"

   "WILLIAM MUNDUR DIKIT DONG! GANTENGNYA KETERLALUAN!!"

Ia itu menutup mulutnya tidak percaya dengan apa yang di dengarnya barusan.

Ia cukup paham dengan reaksi itu.

Gadis itu kembali mengangguk, Ini bukan pengalaman baru. Sudah beberapa bulan dirinya di sekolah ini dan mengamati semua rutinitas para murid sekolah elite ini, Dia yang awalnya tidak terlalu banyak mengetahui keadaan sekitar, jadi sedikit tertarik setelah melihat dunia yang benar-benar berbeda.

Tapi sangat di sayangkan, ia tidak akan mungkin bisa merasakan semua hal itu. Dunianya benar-benar berbeda dengan mereka semua. Gadis seperti dia mungkin hanya cocok di tempat seperti pustaka.

Memikirkan perpustakaan..

BUKU, I'M COMING!!! Batinnya berteriak semangat. Lalu pergi berlari ke perpustakaan.

  
 
 

   Tbc.

Pls, Don't be a silent reader.

Note : Ini hanya cerita ringan yang akan mengisi Hari-hari kalian, Happy reading!

 

FRIEND-LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang