Selamat Datang, Dunia!

4 1 2
                                    

Namaku adalah Rania Andita Syafitri. Aku dilahirkan pada tanggal 2 Agustus 1999. Ayahku adalah orang Sunda, sedangkan ibuku adalah orang Jawa. Aku menjadi satu-satunya harapan dari orangtuaku agar bisa menjadi penerus generasi masa depan. Aku hidup di dunia, setelah 9 bulan berada di dalam rahim ibuku. Siapa yang tidak menyangka, ibuku adalah pejuang yang keras. Melahirkanku dengan selamat dan normal tanpa menjalani operasi sesar. Tubuhku bersimbah darah, menangis meronta-ronta. Tiada henti-hentinya ibu dan ayah mengucapkan "Alhamdulillah" sebagai tanda rasa syukur kepada Allah.

---

2 tahun kemudian, aku merayakan hari ulang tahunku yang ke 2 pada tahun 2001. Aku menggunakan gaun cantik berwarna merah muda, dengan wajahku yang riang gembira. Aku belum sepenuhnya bisa berbicara, hanya memanggil ibuku dengan sebutan "bunda".

"selamat ulang tahun rania sayang, cantiknya anak bunda:)" ibuku mencium kening dan pipiku.

Kue tart yang begitu besar, bergambar princess di atas kue dan diberi lilin angka 2. Keluarga besarku menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun, aku senangnya bukan main.

Tiup lilinnya, tiup lilinnya. Tiup lilinnya sekarang juga. Sekarang jugaaa, sekarang jugaaaa.

"ayo nak ditiup lilinnya ya, biar dibantu sama bunda"

Huffffff (bunyi tiupan)

Yeeeaaay (tepuk tangan)

Semuanya memberi kado yang spesial. Termasuk boneka favoritku, yaitu barbie.

"Rania, cita-cita kamu ingin menjadi apa sayang?" tanya nenekku.

"Kalau kakek sih pengennya Rania menjadi polisi seperti kakek. Biar menjadi abdi negara" harapan dari kakekku

Aku tersenyum riang gembira. Semuanya makan kue tart, ada juga yang sebagian makan nasi dengan makanan lainnya yang benar-benar menjadi khas Jawa Timur.
Pada tahun 2003, keluargaku pindah rumah dan menghuni rumah baru. Dan rumah itu milik kakekku, beserta semua perabotan rumah tangganya.

---

5 tahun kemudian, aku merayakan ulang tahunku yang ke 7. Semua keluarga besar ibu dan ayah juga turut hadir di acara ulang tahunku. Tidak menyangka, aku sudah sebesar ini. Banyak juga teman-temanku yang hadir dan memberi ucapan selamat ulang tahun padaku. Kue tart sudah berada di depanku. Kali ini kue tartnya benar-benar spesial, dan dikelilingi oleh puluhan kado yang diberikan oleh teman-temanku. Acaranya pun dimulai, kami menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun dan meniup lilin.

Tetapi, 2 hari kemudian. Aku tidak menyangka, ayahku bisa berbuat kasar pada ibuku. Ibu bertengkar pada ayah, dan lebih naasnya lagi ayah menampar ibu di depanku.

"Ayah! Ayah kenapa menampar pipinya bunda? Bunda salah apa sama ayah? Ayah jahaaat! Bunda jangan pergi" ucapku sembari menangis.

"Apa?! Kamu mulai berani sama ayah? Siapa yang mengajari kamu sampai-sampai kamu mengatakan ayah jahat? Kamu jangan ikut campur urusan orang tua!! Dan kamu Riska (nama ibuku), kamu pulang ke rumah orang tuamu dan jangan pernah berharap kamu bisa balik lagi kesini untuk menemui Rania!"

"Aku akan pergi, dan ingat ya! Rumah ini milik bapakku! Kamu adalah orang yang tidak pernah berterimakasih. Kalau kamu menyuruhku pergi, berarti kamu juga punya urusan dengan bapakku. Apa kamu berani menentang mertuamu sendiri? Dan aku yang akan jamin, kamu yang akan diusir dari rumah ini karena rumah ini bukan rumahmu. Bukan tanahmu!!" ibu langsung pergi dan aku mengejar ibu.

"Bundaaaaa, jangan pergiiiii"

"Kamu jangan nangis ya sayang, bunda pasti pulang kok. Ini hanya kesalahpahaman saja. Kamu ga usah khawatir" ucap ibu sambil memelukku. Dan akhirnya ibu melepas pelukanku dan pergi ke rumah nenekku.

---

Keesokan harinya, ibu datang kerumah bersama kakekku.

"Bundaaaa, Kakeeeeek...."

"Cucuku sayang.. Ayah kemana?"

"Ayah ada di dalam rumah kek"

"Yasudah, kamu bermain saja ya. Tapi kamu jangan masuk rumah dulu. Biar kamu bermain saja sama teman-teman kamu"

"Iya siap graaak!"

Kakek dan ibu langsung masuk kerumah dan menemui ayah. Saking penasarannya, aku mengintip dan mendengarkan percakapan mereka bertiga.

"Apa yang kamu lakukan terhadap anakku? Apa kamu tidak pernah berfikir, selama ini bapak sudah banyak membantu kamu? Rumah dan seluruh isi perabotan rumah tangga ini milik bapak. Kalau kamu melakukan kekerasan terhadap anakku lagi, bapak tidak akan segan-segan menyuruh teman bapak yang menjadi Manager HRD Pabrik Kertas untuk mengeluarkan kamu dari pabrik kertas itu. Atau kamu yang saya masukkan ke dalam jeruji.  Apalagi sampai menampar anakku. Itu sama saja, kamu berurusan dengan bapak! Ingat itu!!"

"Iya pak, maafin saya pak. Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi"

"Baguslah, sekarang kamu yang harus minta maaf sama anakku"

"Aku sudah memaafkan dia pak"

"Yasudah, kalau kamu diperlakukan seperti itu lagi bilang sama bapak"

"Iya pak" ucap ibu.

Strong WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang