Satu.

42 3 3
                                    

Malang, 20 Januari 2018.

Tepat pada 20 Januari 2018, aku memutuskan memberikan jawaban "Ya" atas pertanyaan dari salah seorang yang ada dihadapanku saat ini, dia adalah Adirahman Mahatma, seorang yang baru kukenal belum genap 1 bulan ini. Perkenalanku dengannya berawal dari Instagram. Di lockscreen ku terlihat sebuah notifikasi instagram: 

@adirhmn_mahatma menyukai postingan anda. 

Saat melihat notifikasi itu, aku tidak mengenali akun dengan username tersebut, karena kepo akhirnya ku buka notif tersebut dan melihat profil instagramnya. Ternyata ia mengirim direct message yang berisi pesan: "Follback". Sesaat membaca DM, aku membalasnya sekaligus mem-follback akun instagramnya. Semua berawal dari hari itu, hingga kita saling mengenal, jalan berdua, dan sampailah pada hari ini, Aku dan Adi berpacaran.

Sejak hari itu aku berharap 20 akan selalu menjadi tanggal yang aku nantikan hingga beberapa tahun kedepan. Dari awal kita pacaran hingga bulan ke-5, hubungan kami baik-baik saja. Namun sampai di bulan ke-6, saat aku mengatakan padanya tentang keinginanku kuliah di Yogyakarta, Adi tidak mendukung keinginanku itu, dia tetap berharap aku kuliah di Malang. Menurutnya, Yogyakarta terlalu jauh, dia tidak sanggup untuk menjalani hubungan jarak jauh (long distance relationship). Dari situlah hubunganku dengan Adi terasa renggang dan semakin terasa jauh. Adi jarang memberiku kabar, begitupun aku yang lebih mementingkan gengsiku untuk tidak menelepon atau memulai chat untuk menanyakan kabarnya lebih dulu.

Seminggu berlalu, hubungan kami mulai membaik. Adi menjemputku untuk pergi menonton film terbaru yang sedang tayang di bioskop. 

WhatsApp

15.00 Adirahman Mahatma ♡ : Sayang, aku otw yaa. Jangan lupa jaket ya."

15.10 Athalea Adhisty : Mbb ya, baru selesai siap-siap. Iya sayang, hati-hati yaa."

Sepulang dari nonton, kami merasa lapar. Adi mengajakku ke tempat saat awal kita bertemu. Sesampainya di cafe, suasananya kaku kaya kanebo kering. Sepertinya ada sesuatu yang ingin Adi katakan.

"Kamu mau ngomong sesuatu, Di?" tanyaku dengan menggapai tangan kanannya.

"Iya sayang. Soal beberapa waktu lalu, Aku minta maaf karena aku nggak pengertian atas keinginan kamu. Asal kamu tau, ini semua karena ketakutanku Ta."

"Takut apa sih, Di? Aku tetep punya kamu kok, sejauh aku pergi. Kamu tetep tempatku buat pulang."

"Kalo kamu udah yakin sama keputusanmu. Dan, Bunda sama Ayah kamu juga udah setuju, aku udah nggak bisa apa-apa sih, Ta. Semoga ini yang terbaik buat kamu."

"Sayang, percaya deh sama aku. Aku pasti pulang tiap liburan semester. Kamu nggak perlu khawatir ya, you always be my one and only."

"Aku hargai keputusan kamu Ta, yang terpenting jaga diri kamu baik-baik disana dan inget tujuan utama kamu ke Yogyakarta itu untuk apa. I love you, always."

Itu merupakan momen manis terakhir yang aku rasakan bersama Adi, sebelum akhirnya aku memutuskan pergi ke Yogyakarta.



Oh ya, sampai sini dulu ya. Diusahakan untuk upload cerita baru di hari Sabtu atau Minggu. Jangan lupa vote dan sarannya bisa disampaikan di kolom komentar. Semoga suka, terimakasih:)

HINGGA 365 HARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang