S A T U

63 8 1
                                    

"Kebebasan itu keinginan semua orang, tetapi terlalu bebas pun itu takkan berakhir dengan baik." - K


🎑

Don't forget to play the music video while reading.

00.00 ━━●━━━━━━━ 03.24
      ⇄       ◁         ⅼⅼ         ▷     ↻

🕊

Dug!

"Anjirr! Siapa yang lempar botol ini?!"

Gadis bersurai coklat itu mengedarkan pandangannya keseluruh arah. Namun, nihil tidak ada seseorang disini kecuali dirinya dan ibu kantin. Karena saat ini sedang jam pelajaran tetapi bagi gadis anti buku seperti Rina tak ada yang namanya sekolah dan mengikuti pelajaran seperti kebanyakan murid, Rina berangkat sekolah hanya untuk nongkrong dan uang jajan pastinya. Sejauh ini Rina tak pernah mendapatkan panggilan orang tua, entah mungkin karena sekolah yang ia tempati tidak seketat itu dan tak memiliki peraturan yang cukup banyak hingga berbaris rapi di list tata tertib sekolah. Bahkan gerbang sekolah selalu terbuka kapan saja, itu lah yang membuatnya nyaman bersekolah disini.

"Awas aja, itu pasti adik kelas yang sok. Gak ada akhlak emang!"

Karena tak mau ambil pusing Rina pun akhirnya memesan makanan, karena diperutnya sudah berbunyi meronta-ronta minta diisi.

"Bu!"

"Ya neng? Bakso kayak biasa?"

Rina mengangguk, "Bener, tapi bawang gorengnya dibanyakin ya, Bu."

"Siap, neng."

Setelah kepergian Ibu kantin, Rina pun memutuskan untuk memainkan ponsel miliknya yang selalu rame oleh notifikasi dari beberapa sosial media miliknya, menscrol beranda sosmednya dengan santai, Rina bukan orang yang bucin dan memiliki banyak mantan pacar, meskipun wajahnya memang cantik dan manis cukup membuat siapa saja akan tertarik olehnya, tetapi selama 18 tahun hidup di dunia Rina tak pernah merasakan bagaimana rasanya pacaran. Rina gadis yang cuek serta keras kepala, Rina hanya mau melalukan sesuatu yang membuatnya senang serta menguntungkan untuknya.

"ASTAGA SI ONYED GUA CARIIN JUGA UDAH NANGKRING AJA DI MARI!"

Teriakan melengking itu membuatnya secara spontan menjatuhkan ponsel yang sedari tadi ia genggam, lalu ia menoleh mendapati seorang gadis dengan rambut di kuncir kuda dan bersuara toa sedang mendengus menatapnya, mengetahui jika itu adalah sahabatnya Rina mengumpat kesal, amarah yang sudah meluap serta makian yang sudah diujung lidahnya terpaksa harus ia pendam.

"Eh cacing pita, ngapain lo kesini?" tanya Rina berusaha sabar saat menatap wajah tanpa dosa milik sahabatnya, Jane.

"Ya makanlah, masak mau mancing!"

"Iya tau lo mau makan, TAPI BISA GAK SIH KALAU GAK TERIAK TERUS NGAGETIN GUA, HAH!?"

"Lo juga teriak, ogeb!"

"IYA KARENA GUA KESEL SAMA LO, NOH LIAT HANDPHONE GUA RETAK GARA-GARA JATUH!"

"Kok nyalahin gua sih, Rin? Itu kan hp lo."

"Iya itu emang hp gua, dan gara-gara lo lah hp gua retak gini, coba kalau lo gak teriak tadi gua gak bakalan kaget, kalau gua gak kaget hp gua gak bakalan jatuh."

"Ya...maaf."

Rina mendengus kesal, menarik nafas panjang guna meredakan emosinya. "Oke, tapi lo harus traktir gua hari ini."

KATHARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang